Semangat dalam Keterbatasan, Modal Iskandar Jadi Pengusaha Mandiri

Semangat dalam Keterbatasan, Modal Iskandar Jadi Pengusaha Mandiri
Penulis :
Humas BRSPDF "Wirajaya" Makasar
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N

“Kesuksesan itu bukan milik orang pintar, tetapi kesuksesan itu adalah milik orang yang berani melakukan perubahan dalam hidupnya untuk menjadi lebih baik," demikian sepenggal kutipan dari B.J. Habibie yang menjadi modal sosial bagi sosok Iskandar, salah seorang penyandang disabilitas fisik yang kini menjadi karyawan di salah satu perusahaan asuransi.

Sejak menyelesaikan sekolahnya di SMU pada tahun 2008, Iskandar yang akrab disapa Aldi sempat mengalami frustrasi. Betapa tidak, sebagai anak yatim dan anak sulung dari empat bersaudara, Aldi tidak bisa memaksakan ibunya untuk menyekolahkan dirinya ke jenjang pendidikan tinggi. Aldi harus mengalah karena ibunya yang berperan sebagai tulang punggung keluarga tentu punya beban yang besar untuk menafkahi keempat anaknya.

Masa kelam betul-betul ia rasakan. Keinginannya amat besar untuk membantu orang tuanya mencari nafkah. Oleh karena itu, Aldi memutuskan mencari kerja, namun itupun susah karena keterbatasan fisik menjadi kendala untuk mendapatkan pekerjaan.

Ditambah lagi Aldi tidak mendapatkan dukungan keluarga, bahkan malah perlakuan diskriminasi sering ia dapatkan. Kegagalan dan masa kelam itulah yang justru menjadi pelecut semangat dan motivasi Aldi untuk terus berusaha.

"Proses yang dilakukan secara sungguh-sungguh tidak akan pernah mengkhianati hasil," ungkap Aldi saat ditemui di tempat kerjanya.

Hingga pada tahun 2012, Aldi memutuskan untuk meninggalkan Palopo Sulawesi Selatan merantau ke Makassar. Pada saat di Makassar ia pernah mencoba beberapa kali melamar pekerjaan, namun lagi-lagi ditolak karena keterbatasan fisik yang dialaminya.

Aldi juga pernah mencoba ikut bisnis Multi Level Marketing (MLM) dengan menjual produk obat-obatan herbal. Banyak kisah dan pengalaman hidup yang Aldi dapatkan saat menggeluti bisnis MLM tersebut. Salah satunya adalah pernah diusir oleh satpam komplek, pernah di kejar-kejar anjing, bahkan setiap hari ia mesti menempuh puluhan kilometer berjalan kaki demi menjajakan jualannya. Seluruh proses itu Aldi jalani dengan sepenuh hati.

Sampai pada akhirnya, sekitar tahun 2013 silam, melalui keluarga dekat Aldi, ia mendapatkan informasi tentang keberadaan Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) "Wirajaya" Makassar yang sekarang bernama Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BRSPDF) "Wirajaya" di Makassar.

Saat pertama menginjakkan kakinya di Wirajaya, Aldi merasa jika selama ini mimpi dan doanya terkabulkan. Ketika masuk di Wirajaya tahun 2013, Aldi menjalani proses rehabilitasi sosial selama dua tahun. 

Disaat kegembiraan datang, berita duka ia terima, karena disaat yang bersamaan, Ibunya berpulang ke pangkuan ilahi. Namun berkat pemberian terapi sosial secara maksimal selama mengikuti Rehabilitasi sosial di BRSPDF "Wirajaya", kepercayaan diri dan semangat hidupnya muncul kembali. 

Semua cobaan yang dirasakan oleh Aldi dijadikan sebagai dinamika yang menjadikannya sebagai pribadi yang kuat. Dengan berbekal semangat, kini ia telah memiliki keluarga dan dikarunia dua orang anak yang terdiri dari satu orang putra dan putri.

Saat ini, selain sebagai karyawan di salah satu perusahaan asuransi, Aldi pun telah membuka usaha penjualan es teler dan sop buah dengan menggunakan mobil miliknya sendiri. Motivasi hidupnya yang besar dari sosok pria 29 tahun ini, bisa dilihat dari prinsip hidupnya yang selalu bersyukur dan penuh semangat dalam melawan keterbatasan.

نشر :