Penulis :
Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
Editor :
David Myoga
Penerjemah :
Karlina Irsalyana
BANTUL (9 Februari 2022) - Senyum sumringah nampak di wajah Mbah Adi saat mengendarai sepeda baru yang diberikan Kementerian Sosial melalui Balai Handayani. Kakek berusia 76 tahun itu sudah lama mengidamkan sepeda baru karena sepeda lamanya terlalu kecil untuk ukuran pria sepertinya, dan bahkan pedalnya kadang sulit dikayuh.
Mbah Adi meminta sepeda bukan tanpa alasan. Sehari-hari, Mbah Adi pergi ke sawah dengan sepeda. Sawah garapannya memang tidak jauh, hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai di sawah dengan sepeda, namun sepeda cukup menghemat energinya.
Sawah yang digarap Mbah Adi bukanlah sawah miliknya sehingga hasil panen dari sawah tersebut harus dibagi dua antara Mbah dan pemilik.
Setiap kali panen, Mbak Adi dapat mengantongi uang senilai Rp. 500 ribu sampai Rp. 1 juta. Ada tiga kali panen setiap tahun. Artinya, Mbah Adi mendapat penghasilan paling banyak sebesar Rp. 3 juta dalam satu tahun.
Untuk menambah penghasilan, Mbah Adi kadang berjualan pisang yang ia tanam di belakang rumah. Meskipun tidak seberapa, namun cukup membantu memenuhi kebutuhan.
Mbah Adi hanya tinggal berdua dengan cucunya di rumah berukuran 10 x 12 meter persegi. Rumah tersebut tampak tidak terurus karena keduanya sibuk bekerja dari pagi hingga malam hari.
Sama seperti Mbah Adi, David, juga bekerja mengelola peternakan milik saudara dengan sistem bagi hasil. David beternak kambing dan ayam yang dijual ke restoran-restoran di Bantul. Setelah mengelola peternakan di siang hari, malam harinya David mengelola warmindo yang juga milik saudaranya.
“Warung ini milik paman saya. Kalau malam ramai bu, karena dekat tempat wisata kebun buah Mangunan dan hutan pinus,” ucapnya kepada Pekerja Sosial Balai Handayani dan Tim Pendamping PKH yang datang ke rumahnya.
Sebelumnya, Mbah Adi dan David merupakan salah satu keluarga penerima PKH (Program Keluarga Harapan) yang identitasnya masuk dalam verifikasi dan validasi data visual yang langsung diperintahkan oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini agar dapat diasesmen dan diberikan bantuan kewirausahaan.
Pada data tersebut, tertera nama David sebagai penerima dengan alamat Duren Sawit, Jakarta Timur. Namun nama David tidak terdaftar sebagai warga atau penerima PKH di Duren Sawit. setelah dilakukan penelusuran melalui titik koordinat, diketahui David berada di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
David menjadi pengelola dana PKH milik Mbah Adi karena adanya aturan bahwa lansia tidak bisa menjadi penanggung jawab. David menggantikan Neneknya (istri Mbah Adi) yang meninggal tahun 2018 silam. Menurut David, PKH sangat membantu kehidupan kakeknya.
“Alhamdulillah sangat membantu Mbah bu. Bantuannya juga lancar tiap 3 bulan. Sebulannya itu dapat Rp. 600 ribu,” jelasnya.
Mbah Adi dan David berharap agar mereka bisa mendapatkan bantuan yang berguna dan bisa membuat mereka bisa mandiri. Oleh karena itu, berdasarkan hasil asesmen, Mbah Adi diberikan bantuan berupa sepeda baru senilai Rp. 1.650.000, sedangkan David diberikan bantuan ATENSI Kewirausahaan senilai Rp. 3 juta dalam bentuk barang dan bahan untuk membuka warmindo. Bantuan diserahkan langsung kepada keduanya pada Rabu (9/2).
Sementara itu, Kepala Balai Handayani, Sulistya Ariadhi mengatakan bahwa Balai bergerak cepat merespon arahan dari Mensos Risma.
“Kami bergerak cepat merespon arahan Bu Menteri. Misalnya kasus Mbah Adi ini. Kami diminta untuk verifikasi sesuai dengan wilayah jangkauan, lalu kami langsung turunkan tim untuk penelusuran. Sampai akhirnya ketemu di Bantul, yang awalnya di data ada di Jakarta Timur. Alhamdulillah sekali kita juga banyak dibantu oleh teman-teman dari pemerintah daerah dan pendamping,” katanya.
Menurut Sulistya, saat ini bantuan dari Balai menjadi lebih luas cakupannya. ATENSI, lanjutnya, memberikan keluwesan bagi Balai dalam memberikan bantuan yang tidak hanya terbatas pada akses sumber, namun memberikan bantuan dan pendampingan.
Bagikan :