Hari Literasi Internasional 2021: Momentum Ajak Masyarakat Majukan Literasi Braille Indonesia

Hari Literasi Internasional 2021: Momentum Ajak Masyarakat Majukan Literasi Braille Indonesia
Penulis :
Humas BLBI Abiyoso/Biro Humas-Tutik Inayati

JAKARTA (9 September 2021) - Sejak tahun 1967, perayaan Hari Literasi Internasional (International Literacy Day ILD) atau sering juga disebut Hari Aksara Internasional tanggal 8 September telah berlangsung setiap tahun di seluruh dunia untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya literasi sebagai ihwal martabat dan hak asasi manusia. HLI juga mengedepankan agenda literasi menuju masyarakat yang lebih melek huruf dan berkelanjutan. 

Meskipun kemajuan telah dicapai, tantangan di bidang literasi tetap ada. Menurut UNESCO, setidaknya terdapat 773 juta orang di seluruh dunia tidak memiliki keterampilan literasi dasar saat ini. 

Lantas bagaimana dengan literasi braille? Ragam literasi yang diminati oleh Penyandang Disabilitas Netra (PDSN) di Indonesia terus meningkat mulai dari tulisan hingga audio, cetak hingga digital. Satu-satunya lembaga penyedia layanan literasi bagi PDSN di bawah naungan Kementerian Sosial adalah Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) "Abiyoso" Bandung. 

"Keberadaan BLBI Abiyoso yang dimiliki oleh Kementerian Sosial adalah bentuk pemerintah hadir dalam pemenuhan hak PDSN dalam mengakses informasi berupa penyediaan bahan bacaan dalam format braille dan audio. Bahkan saat ini dilengkapi dengan format digital melalui aplikasi Audio Mobile Library," kata Kepala BLBI "ABiyoso" Bandung, Isep Sepriyan

Semua pihak, lanjutnya, termasuk pemerintah pusat dan daerah serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), swasta, dan seluruh warga masyarakat, hendaknya mendukung eksistensi BLBI "Abiyoso" untuk memajukan literasi bagi PDSN agar sejajar dengan rekan-rekan sesamanya di negara-negara maju lainnya.

BLBI "Abiyoso" berupaya menjamin tersedianya bahan bacaan dan informasi serta layanan bimbingan teknis di bidang literasi bagi PDSN. Selain mencetak buku braille, buku bicara, dan buku digital, BLBI "ABiyoso" juga memberikan layanan bimbingan teknis yang membantu penyandang disabilitas netra meningkatkan kompetensi di bidang literasi braille dan teknologi informasi sehingga mereka mampu mengakses berbagai informasi dari beragam media, baik cetak maupun digital. 

"Karena itu, sudah sepatutnya peran strategis BLBI "Abiyoso" di bidang literasi tetap dipertahankan, bahkan diperkuat dengan dukungan dari semua pihak, baik dari segi kebijakan maupun implementasinya di seluruh lini kehidupan berliterasi masyarakat," kata Isep.

Di BLBI "Abiyoso", kesempatan berkarya di bidang penulisan juga dibuka luas bagi PDSN dengan mempublikasikan karya-karya mereka melalui majalah Gema Braille yang merupakan satu-satunya majalah berformat braille berskala nasional di Indonesia sejauh ini. 

Sebanyak 40 karya tulis PDSN dari seluruh Indonesia diterbitkan dalam Majalah Gema Braille secara periodik dua bulan sekali. Apresiasi berupa honor juga diberikan bagi penulisnya.

Selain itu untuk memperluas wawasan literasi, sedikitnya 60 PDSN diundang dalam kegiatan bedah buku setiap tahunnya. Ratusan perpustakaan (nasional dan daerah), Sekolah Luar Biasa (SLB), yayasan, Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), dan ribuan PDSN di seluruh Indonesia menggunakan produk dan layanan BLBI "Abiyoso". 

"Jumlah ini pasti akan terus bertambah seiring meningkatnya kualitas dan kuantitas produk dan layanan serta makin luasnya jejaring BLBI "Abiyoso". Dengan demikian semakin banyak PDSN yang akan terjangkau literasi braille," kata Isep. 

UNESCO menetapkan Hari Literasi Internasional 2021 diperingati dengan tema “Literacy for a human-centered recovery: Narrowing the digital divide”. Tema ini mengeksplorasi bagaimana literasi dapat berkontribusi untuk membangun fondasi yang kuat untuk pemulihan yang berpusat pada manusia, dengan fokus khusus pada interaksi literasi dan keterampilan digital yang dibutuhkan oleh pemuda dan orang dewasa yang tidak melek huruf. Ini juga akan mengeksplorasi apa yang membuat pembelajaran literasi berbasis teknologi inklusif dan bermakna untuk tidak meninggalkan siapa pun (no one left behind), termasuk bagi PDSN.

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI
Bagikan :