Buka Diklat Bela Negara, Mensos Ingin Pastikan ASN Berjiwa Pancasila
JAKARTA
(9 Desember 2019) – Menteri Sosial Juliari P. Batubara menyatakan, Aparatur
Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kementerian Sosial wajib menerapkan Pancasila
yang dicerminkan dari semua produk, program dan kebijakan di Kemensos. Memang,
ASN dituntut untuk bisa mengikuti inovasi dan beradaptasi dengan dinamika
lingkungan.
“Namun
pada saat bersamaan, ASN harus tetap berjiwa Pancasila. Nilai-nilai Pancasila
harus tercermin tidak hanya di tingkat kebijakan, namun juga dalam perilaku
setiap ASN dimana pun ia berada,” kata Mensos, saat membuka kegiatan Diklat
Bela Negara dan Workshop Wawasan Kebangsaan di Lingkungan Kementerian Sosial
RI, di Gedung Konvensi Kompleks Taman Makam Pahlawan Nasional Utama, Jakarta,
Senin (09/12/2019).
Mantan
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Motor Indonesia (IMI) itu menyatakan, tantangan
dalam kehidupan berbangsa sangat kompleks. Termasuk salah satunya revolusi di
bidang infrmasi dan digitalisasi telah bergerak melintas batas ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan nasional.
Salah
satu dampak negatif dari perkembangan teknologi terbukti bisa memicu konflik
dan gejolak yang mengganggu keragaman bangsa. ”Pada gilirannya, hal ini
membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, kegiatan ini untuk
memastikan bahwa ASN Kementerian Sosial tetap inovatif tapi berjiwa Pancasila,”
kata pria kelahiran Jakarta, 22 Juli 1972 itu.
Kemudian,
timbul gejala dimana mulai tercabutnya nilai-nilai religius dari akar budaya
bangsa. ”Kini orang ingin serba instan, tidak sabar, pragmatis, materialistis,
individualis, sampai pada tingkat krisis kemanusiaan yang berbahaya,” kata
Mensos.
Makin
berkembangnya sikap primordialisme sempit, kesukuan, kedaerahan dan
diskriminasi yang berlatarbelakang suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
Dalam kesempatan itu, hadir pula Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri yang diundang sebagai narasumber.
Dalam
paparannya, Mega menekankan pentingnya internalisasi nilai-nilai ideologi
Pancasila. Terutama di tengah masih maraknya tantangan kebangsaan termasuk
tantangan terhadap ideologi Pancasila.
Di
hadapan 900-an ASN Kementerian Sosial, Presiden kelima itu juga menekankan
pentingnya ASN menjaga Pancasila. Menurut Mega, Pancasila merupakan ideologi
bangsa yang berakar pada nilai budaya asli Indonesia.
"Karena
itu, Bung Karno mengatakan, beliau adalah penggali Pancasila, bukan penemu.
Karena nilai Pancasila sudah berakar kuat di bumi tanah air. Sekarang ini
berkembang ideologi asing yang tidak sesuai dengan Pancasila,” katanya.
Kepada
peserta, Mega menyatakan bila ASN merasa menjadi warga negara Indonesia, maka
Pancasila harus jadi jati diri dan selalu berada dalam sanubari kita. Ia
mengingatkan semua elemen masyarakat termasuk ASN Kementerian Sosial untuk
tidak berpaling kepada ideologi asing.
Untuk
itu, ASN perlu memahami dan menjiwai benar nilai-nilai Pancasila, sehingga
tidak salah dalam menyikapi tantangan. Kemudian Mega menjelaskan tentang apa
yang dimaksud dengan bela negara.
Ia
menyatakan, apakah bela negara berarti keberanian mati bunuh diri sebagaimana
dilakukan teroris. “Apakah bela negara berarti berani mati seperti teroris?
Saya tidak habis pikir, bagaimana seorang ibu bisa bunuh diri bersama dengan
anaknya yang masih balita?” katanya.
Kepada
ASN Kemensos, Mega mengingatkan bahwa Pancasila sudah terbukti dan diakui
seluruh dunia, sebagai ideologi yang menjaga keberagaman dan toleransi. “Kalau
yang mau mengganti Pancasila dengan ideologi lain, silakan pindah (negara).
Kalau mau mendirikan negara, kalau ingin mendirikan apa yang disebut negara
kilafah, silakan pergi,” kata Mega.
Mega
mengingatkan, bahwa konsep kilafah sudah berakhir sejak Turki modern berdiri
tahun 1924. Menurut Mega, konsep negara kilafah tidak sesuai dengan sifat dan
karakter bangsa Indonesia yang heterogen dan menjunjung tinggi beragaman.
Salah
satu aspek penerapan Pancasila adalah dengan keberanian menyatakan kebenaran.
“Misalnya, saya katakan bahwa Bung Karno bukan PKI. Kalau PKI kan tidak mungkin
menjadi proklamator. Saya sebagai anaknya, berani membela, dia adalah pahlawan.
Saya haqqul yaqin , ” katanya.
Sejalan
dengan lokasi dimana acara berlangsung, Mega juga menyerukan agar masyarakat
Indonesia tidak melupakan jasa para paahlawan. “Jangan lupakan jasa pahlawan.
Kepada Pak Menteri, agar taman makam pahlawan senantiasa dirawat. Saya melihat
masih banyak makam pahlawan yang masih terbengkelai,” kata Mega.
Hadir
mendampingi Mensos, Sekretaris Jenderal Hartono Laras, Inspektur Jenderal
Dadang Iskandar, Dirjen Pemberdayaan Sosial Pepen Nazaruddin, Dirjen
Rehabilitasi Sosial Edi Suharto, Dirjen Penanganan Fakir Miskin Andi ZA Dulung,
Staff Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesejahteraan Sosial Harry Z Soeratin, Staf
Ahli Menteri Bidang Dinamika Sosial Asep Sasa Purnama, dan Staf Ahli Menteri
Bidang Aksesibilitas Sosial Sonny W Manalu. Juga hadir sejumlah pejabat Eselon
2, jajaran struktural dan fungsional di lingkungan Kementerian Sosial.
Plt
Kepala Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian
Sosial RI
Sonny
W Manalu