Fokus Raih Cita-cita Jadi Motivasi Anak-anak Jerowaru, Lombok Timur untuk Tidak Menikah Muda
Penulis :
Rizka Surya Ananda
LOMBOK TIMUR (5 Agustus 2022) - Antusiasme tampak jelas selama penyampaian materi tentang pencegahan pernikahan dini untuk anak-anak binaan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al Anshori Jerowaru, Lombok Timur.
Pertanyaan susul menyusul dari anak-anak kepada fasilitator dari Tim Sentra "Bahagia" di Medan. Rasa ingin tahu membuat mereka betah mendengarkan materi dari psikolog hingga tuntas.
Kampanye sosial dalam rangka Hari Anak Nasional (HAN) 2022 tersebut mampu mendorong partisipasi aktif anak-anak menyuarakan pendapatnya.
Tak terkecuali, bagi Wulandari. Gadis berusia 14 tahun ini memberanikan dirinya membagikan pengalaman saat berhadapan langsung dengan orang yang menikah di usia, yang menurutnya, masih remaja.
"Ada tetangga saya, menikah satu minggu saja bahagianya. Tapi, beberapa hari (setelah itu), bertengkar luar biasa. Sampai melempar-lempar panci," kata dia disambut tawa dari peserta lainnya.
Sejak saat itu, remaja yang akrab disapa Wulan ini bertekad untuk tidak buru-buru menikah. Ia tidak mau hal serupa terjadi padanya.
Hal yang sama juga diamini oleh rekan Wulan, Tia Anggraini. Siswi SMA ini mengaku tak ingin menikah muda lantaran melihat langsung bagaimana akibat dari pernikahan dini.
"Saya lihat teman saya. Begitu lulus SD langsung nikah. Baru beberapa bulan (sudah) cerai, padahal dalam kondisi hamil," katanya.
Tia masih ingin menjalani masa remaja seperti anak-anak seusianya, belajar, bermain, berteman, membangun jati diri yang positif, dan menggapai cita-cita. Sebelum menikah, gadis ini ingin membahagiakan orang tuanya terlebih dahulu, tentunya dengan meraih kesuksesan.
Senada dengan Tia, Larasati juga memiliki semangat yang sama.
"Raihlah baju sarjanamu, sebelum engkau meraih baju pengantinmu," kata dia diiringi tepuk tangan peserta lainnya.
Perspekstif para remaja ini sejalan dengan narasi yang dibangun oleh pemerintah. Pada momentum HAN ini, Kementerian Sosial berupaya mendorong anak-anak agar dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya, alih-alih menikah di usia muda. Salah satunya, melalui gerakan kampanye sosial pencegahan pernikahan dini yang masif dilakukan.
"Raih mimpi dulu, baru mengurus bayi," kata Albertini Winda, Psikolog dari Sentra "Bahagia" di Medan di hadapan anak-anak yang hadir.
Menurutnya, pernikahan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur kerap mengalami kegagalan sebagai akibat dari ketidaksiapan kondisi psikologis.
"Kurangnya kesiapan mental remaja, yang melakukan pernikahan dini, dapat menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan. Remaja cenderung belum mampu mengelola emosi dan mengambil keputusan. Hal ini akan berdampak pada pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah dalam rumah tangga," katanya saat dihubungi via telpon.
Kondisi tersebut dapat memicu konflik antar pasangan atau bahkan kekerasan dalam rumah tangga. "Akibatnya, tidak jarang remaja dapat mengalami stres, bahkan depresi" katanya.
Oleh karena itu, saat kampanye sosial, Winda mendorong agar anak-anak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sebagai modal membina keluarga yang harmonis dan sejahtera.
"Di usia saat ini, anak-anak harusnya menikmati masa muda, membuka pergaulan dengan banyak orang dan meraih mimpi atau cita-cita," ucapnya.
Sementara itu, kampanye sosial ini menuai reaksi positif dari Forum Informasi dan Komunikasi LKS di Lombok Timur.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Sosial yang fokus untuk menuntaskan permasalahan sosial di Lombok Timur, salah satunya isu pernikahan dini," kata Ketua Forum, Marzuki.
Ia berharap edukasi dan sosialisasi yang diberikan oleh pemateri dapat memberikan pencerahan bagi masyarakat sehingga angka pernikahan dini dapat ditekan.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI
نشر :