Kafe Literasi: Wujud Kreativitas Demi Kesejahteraan Sosial

  • Kafe Literasi: Wujud Kreativitas Demi Kesejahteraan Sosial
  • foto2
  • foto3
  • foto1

Penulis :
Iin Saputri
Editor :
Intan Qonita N
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

CIMAHI (25 April 2022) - Sejak 4 Januari 2022, ada fasilitas baru di lingkungan Sentra Abiyoso Cimahi. Kafe ini diselenggarakan untuk membuka lapangan kerja bagi PPKS penerima manfaat Sentra Abiyoso sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Selain membuka kesempatan menjadi karyawan, penerima manfaat juga bisa menitipkan dagangan berupa kuliner di Kafe Literasi.


Sebelum lebih jauh membahas ihwal tersebut, perlu diinformasikan bahwa berdasarkan Permensos Nomor 3 tahun 2022, Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) "Abiyoso" telah berganti nama menjadi Sentra Abiyoso. Ini terkait dengan adanya kebijakan multilayanan untuk seluruh balai milik Kemensos yang diinstruksikan oleh Menteri Sosial saat ini, Tri Rismaharini. Kebijakan tersebut kemudian menghasilkan program Sentra Kreasi ATENSI (SKA) yang diarahkan menjadi wadah penyaluran kreativitas para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dalam beragam usaha dan karya. SKA bertujuan meningkatkan kewirausahaan dan vokasional penerima manfaat, terciptanya lapangan pekerjaan bagi penerima manfaat, meningkatnya taraf kesejahteraan sosial penerima manfaat, dan terciptanya tempat perbelanjaan dan rekreasi dalam satu kawasan. Nah, program SKA inilah cikal bakal munculnya Kafe Literasi sebagai fasilitas teranyar Sentra Abiyoso.


Saat ini Kafe Literasi mempekerjakan tiga orang barista dari kalangan penyandang disabilitas yang terdiri dari satu disabilitas netra dan dua insan tuli. Mereka mengaku sangat bersyukur dapat memperoleh pekerjaan di Kafe Literasi.


"Ini bisa menjadi penyemangat, selain buat saya, buat teman-teman disabilitas lain juga bahwa kita itu bisa juga bekerja di kafe seperti mereka yang nondisabilitas," tutur Hani, salah seorang karyawan kafe, penyandang disabilitas netra low vision.


Hani juga berpesan kepada pihak-pihak yang hendak mempekerjakan karyawan penyandang disabilitas untuk sungguh-sungguh memperhatikan aksesibilitas di tempat kerja. "Kalau bisa, alat, bahan, dan perabot yang diperlukan, jangan dipindah-pindahkan letak penyimpanannya agar lebih mudah diakses oleh pegawai disabilitas netra."


Meski masih terbilang baru, Kafe Literasi sudah cukup banyak pengunjung, terutama dari warga sekitar dan tamu kedinasan yang kebetulan sedang berkunjung ke Sentra Abiyoso. Tidak jarang, Kafe Literasi juga mendapat tamu dari kalangan penyandang disabilitas.


Penanggung jawab kafe, Hevy Aniza Carolline (sering disapa Karel), menyampaikan sejak beroperasi pada awal Januari yang lalu, jumlah pengunjung cenderung mengalami peningkatan setiap harinya. "Ramainya itu pada jam makan siang. Biasanya pas jam istirahat, para pegawai Abiyoso dan warga sekitar menikmati kopi di kafe kami."


Suguhan yang tersedia di Kafe Literasi terbilang beragam, mulai dari varian kopi (black coffee, capucinno, moccacino, hazelnut, caramel, dan gula aren) dan nonkopi (thai tea, matcha, chocolatte, dan aneka jus). Untuk menu makanan, lanjut Karel, akan direalisasikan pada bulan April ini. Harga menu-menunya pun masih sangat terjangkau karena masih dalam masa promosi, yakni antara Rp10.000-Rp12.000.


Mengapa namanya Kafe Literasi? Menurut Karel, diberi nama Kafe Literasi lantaran fasilitas ini digagas ketika Sentra Abiyoso masih bernama Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) "Abiyoso", yang kala itu masih merupakan satu-satunya lembaga pengelola literasi braille milik Kementerian Sosial.


Sebagai fasilitas yang baru terbentuk, tentu masih terdapat kekurangan di sana-sini. Misalnya, kadang ada hambatan komunikasi antara pengunjung dengan barista disabilitas tuli. Namun, hal ini dapat terkendali dengan bantuan dari barista atau karyawan kafe yang nondisabilitas. Kendala lain yang sempat disampaikan pengunjung adalah pengaturan meja-kursi yang belum simetris.


"Dari segi aksesibilitas masih kurang dapat diakses oleh difabel netra karena peletakan kursi meja kurang tepat. Saran saya, meja-meja diletakan simetris. Daftar menu sebaiknya juga tersedia dalam format braille," ungkap Popon, salah seorang pengunjung dari kalangan disabilitas netra.


Selain mengemukakan soal kendala, Popon juga memberi apresiasi terhadap pelayanan di Kafe Literasi. "Layanan pelanggannya komunikatif dan aktif. Ini sangat baik mengingat pelanggan difabel netra akan nyaman sekali apabila dilayani dengan komunikasi yang aktif. Menunya juga sudah beragam dan saya sarankan agar tempat pemesanan berada di depan sehingga difabel netra dapat langsung memesan sebelum mencari tempat duduk."


Karel ingin agar Kafe Literasi terus berkembang dan dikenal masyarakat secara luas. "Harapannya bisa jadi tempat tongkrongan segala usia," kata penyandang disabilitas fisik ini.


Senada dengan Karel, Popon juga mengungkapkan harapannya. "Saya ingin Kafe Literasi dapat menjadi jembatan yang mempertemukan pengunjung difabel dan nondifabel sehingga terbentuk persepsi positif dan dapat menggeser stigma negatif tentang difabel. Kafe Literasi juga bisa menjadi media usaha bagi-teman teman difabel yang memiliki produk usaha," pungkasnya.


Pihak Sentra Abiyoso tentu tidak akan tinggal diam menyikapi berbagai kendala yang masih ada. Berbekal semangat inklusi dan aksesibilitas, seiring berjalannya waktu, segala daya upaya akan ditempuh demi menghadirkan wahana yang nyaman, aman, humanis, dan inklusif. Harapan dan optimisme dari semua pihak akan menjadi pemantik bagi Sentra Abiyoso untuk mewujudkan layanan yang lebih optimal bagi semua kalangan tanpa terkecuali.


Ke depannya, Kafe Literasi akan tersedia dalam layanan pesan-antar makanan daring, yang diharapkan akan semakin memudahkan masyarakat untuk wisata kuliner lewat layar ponsel pintar. Untuk informasi lebih lanjut, silakan ikuti akun Instagram Kafe Literasi di @literasi21.cf.

نشر :