Kemensos Akan Wujudkan Balai Literasi Braille yang Adaptif dengan Perkembangan Teknologi
Penulis :
Humas Dit. Rehsos Anak
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N
BANDUNG (18 Maret 2021) - Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini mengunjungi Balai Literasi Braille Abiyoso di Cimahi. Risma akan mewujudkan Balai Literasi yang adaptif dengan perkembangan teknologi melalui tayangan edukatif.
Balai Literasi Braille Abiyoso di Cimahi merupakan pusat rujukan nasional dan menjadi laboratorium untuk mengembangkan braille lingkup nasional. Oleh karena itu, balai perlu mengembangkan inovasi-inovasi baru yang bisa diakses oleh penyandang disabilitas sensorik netra sesuai perkembangan teknologi.
Risma berusaha menjawab tantangan menurunnya pengguna buku braille. Setelah Balai Literasi Abiyoso Cimahi menciptakan inovasi Buku Bicara, yaitu mentranskripkan teks menjadi media audio, Risma mengarahkan balai untuk mengembangkan inovasi tersebut dengan menerjemahkan buku pelajaran menjadi tayangan (audio visual).
"Yang perlu kita lakukan sekarang adalah membuat para penyandang disabilitas sensorik netra bertahan di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Seperti membuat buku pertanian, peternakan, teknologi terapan sederhana dan lain-lain yang ditranskripkan menjadi tayangan (audio visual)," jelas Risma.
Hal yang menjadi poin penting adalah bagaimana Balai Literasi Abiyoso Cimahi punya suatu media yang bisa dibagikan kepada semua anak maupun semua penyandang disabilitas sensorik netra agar bisa belajar melalui media tersebut (tayangan).
Selain itu, Risma juga menyampaikan gagasannya agar Balai Literasi Abiyoso Cimahi bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk membuat sebuah perangkat lunak yang bisa membaca hasil pindaian dari sebuah teks maupun gambar.
"Jadi pakai perangkat lunak yang ketika penyandang disabilitas sensorik netra menerima sebuah surat atau kertas berisi teks tulisan maupun gambar, dipindai, kemudian hasil pindaian itu bisa ditranskrip ke media audio," jelas Risma.
Selain itu, Risma menyampaikan gagasan lainnya untuk membuat perangkat lunak yang bisa menjadi penunjuk arah penyandang disabilitas sensorik netra dalam beraktivitas, seperti berjalan di ruang publik.
"Inovasi ini membuat mereka tidak bergantung. Mereka mudah dalam beraktivitas, salah satunya berjalan di ruang publik," sambung Risma.
Risma juga berharap semua penyandang disabilitas sensorik netra di seluruh pelosok Indonesia bisa mendapatkan akses yang sama di berbagai ruang informasi dan ilmu. Risma juga berharap konsep ini bisa memunculkan daya tarik dan perhatian bagi penyandang disabilitas sensorik netra untuk mengikuti berbagai macam pelajaran.
Dalam kunjungan ini juga dihadiri oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat, Kepala Badan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Sosial Syahabuddin, Sekretaris Ditjen Rehsos Idit Supriadi Priatna, Direktur Rehsos Penyandang Disabilitas Eva Rahmi Kasim, Direktur Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung, Kepala Balai Disabilitas Wyata Guna Bandung Sudarsono dan tim Sekretariat Ditjen Rehsos.
نشر :