Penulis :
Humas Balai Margo Laras Pati
Editor :
Intan Qonita N
Penerjemah :
Karlina Irsalyana
LUMAJANG (7 Desember 2021) - Gunung Semeru yang berada di dua kabupaten, yakni Malang dan Lumajang, Jawa Timur mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021) sekitar pukul 15.20 WIB. Erupsi Gunung Semeru mengeluarkan lava pijar, suara gemuruh, serta asap pekat berwarna abu-abu.
Selain menimbulkan korban jiwa, erupsi mengakibatkan puluhan korban luka hingga sejumlah rumah warga rusak sedang hingga berat, bencana tersebut menyisakan trauma psikologis bagi korban terdampak terutama usia anak.
Menyikapi hal tersebut Kementerian Sosial RI melalui Balai "Margo Laras" Pati merapat melaksanakan kegiatan respon kedaruratan dan layanan dukungan psikososial. Tim BRSPDM "Margo Laras" Pati melaksanakan kegiatan respon kedaruratan di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur Pada 6-8 Desember 2021.
Tim berkoordinasi dengan Kepala Desa Penanggal yaitu Bapak Cik Ono beserta jajaranya dan memperoleh informasi sebagai berikut, Jumlah pengungsi per tanggal 6 Desember 2021 adalah sebanyak 470 orang, yang terdiri dari 29 orang lansia, 3 wanita hamil, 14 anak-anak, dan sisanya orang dewasa. Dari data tersebut tidak ditemui penyandang disabilitas.
Tim BRSPDM "Margolaras " Pati juga memberikan bantuan sejumlah 50 paket alat kebersihan diri, pampers dan masker untuk penyintas di posko kesehatan. Untuk menghilangkan rasa trauma dan ketakutan pada diri anak- anak penyintas bencana erupsi Gunung Semeru, tim respon yang terdiri atas psikolog, pekerja sosial dan perawat memberikan Layanan Dukungan Psikososial berupa kegiatan role playing, menyanyi dan mewarnai. Anak - anak merasa senang serta aktif mengikuti kegiatan LDP sampai selesai dan berharap kegiatan LDP setiap hari ada yang mengisi di Posko tersebut.
Pada tanggal 8 Desember 2021, tim melanjutkan kegiatan LDP dengan mengidentifikasi salah satu Ibu PM ngatri yang memiliki 2 orang anak Sulianto dan Agus Rudi Hartono.
Salah satu penerima manfaat, Agus Rudi Hartono berusia 25 Tahun asal Kajar Kuning, Candipuro, Lumajang merupakan Penyandang Disabilitas Fisik dibagian kedua telapak kakinya. Pendidkan yang ia tempuh hanya sampai di kelas 2 SD.
Sejak kecil Agus sering demam, asma dan kejang. Setelah diobati demamnya tidak kunjung turun. Saat usia 17 tahun mulai terlihat perubahan di kedua telapak kakinya (bentuk telapak kaki ada perubahan). Tidak mendapat perawatan lebih lanjut karena faktor ekonomi dan tidak memiliki BPJS.
Kronologi kejadian pada saat itu Agus sedang mandi dan ibunya, Ngatri, sedang istirahat. Seketika ada bunyi ledakan keras dan asap gelap diatas rumahnya sama sekali tidak melihat jalan. Ibu Agus spontan menyeret anaknya untuk menyelamatkan diri untuk lari ke atas bukit untuk menghindari aliran lava panas dan masuk ke sungai menghindari hawa panas.
"Rumah saya hancur sehingga sementara tinggal di rumah anaknya yang aman dari erupsi," ungkap Ngatri.
Demi keamanan mereka, oleh Tim TRC Gabungan di bawa ke posko tanggal 7 desember 2021. Sebelum erupsi, Agus masih bisa berjalan dengan perlahan dan bisa bekerja buruh tani dan mencari rumput.
Ketika terjadi erupsi, Agus dipaksa ditarik untuk evakuasi oleh ibunya demi menyelamatkan sang anak. Karena ditarik paksa, sakitnya Agus menjadi semakin parah dan tidak bisa berjalan.
Fasilitas jaminan sosial dan kesehatan Agus tidak memiliki BPJS dan belum mendapat bantuan rutin dari PKH serta belum masuk ke DTKS.
Untuk kelengkapan administrasi pun Agus tidak memiliki KTP dan Kartu Keluarga karena rumahnya terkena lahar dan meninggalkan rumah demi keselamatan.
Bantuan yang sudah diberikan dari posko kepada PM antara lain bantuan alat bantu kruk, masker, pakaian selimut, nutrisi.
"Kami berharap agar dapat bantuan tempat tinggal yang sudah direlokasi, karena rumah kami rusak total terkena lava," kata Ngatri.
نشر :