JAKARTA (7 Mei 2020) - Sebagai upaya perlindungan terhadap
warga terlantar seperti anak jalanan, gelandangan, pemulung, pengemis dan
Penerima Manfaat (PM) lainnya yang terdampak COVID-19, Direktur Jenderal
Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, Harry Hikmat mengunjungi beberapa
kampung komunitas pemulung di Jakarta untuk melihat langsung kondisi mereka
sekaligus memberi bantuan sembako (7/5).
Kunjungan pertama Dirjen Rehsos ke
komunitas pemulung dan anak jalanan di kolong tol jalan Papanggo Raya, Jakarta
Utara. Tak ada bangunan menyerupai rumah, hanya sekat dengan tirai seadanya
yang dikaitkan dari satu pilar ke pilar lain, dengan atap bangunan tol itu
sendiri. Disini juga terparkir angkot-angkot yang menandakan beberapa warga
komunitas berprofesi sebagai supir angkot.
Mereka meletakkan meja yang dipenuhi
hasil rongsok dan kasur seadanya untuk sekedar mengistirahatkan badan. Dirjen
Rehsos berdialog sekaligus memberikan bantuan sembako secara langsung kepada
warga komunitas yang merupakan binaan Yayasan Kumala Jakarta Utara.
Dirjen Rehsos melanjutkan kunjungan
kedua ke komunitas pemulung di kolong tol Gedung Panjang Jakarta Utara. Disini
tampak bangunan rumah yang hanya tersusun dari rangkaian triplek dan papan
kayu. Akses jalan sempit, banyak tali temali tempat menjemur pakaian yang tak
bisa dinilai sisi estetikanya.
Bahkan Dirjen Rehsos harus
menundukkan kepala saat memberi sembako kepada warga yang rumahnya di pojok
kolong tol, karena jarak atapnya terlalu rendah. Namun kondisi ini tak
melekangkan senyuman anak-anak yang duduk rapi berjajar di sebuah bangku kayu,
mereka tetap bahagia. Komunitas ini merupakan binaan Lembaga Kesejahteraan
Sosial (LKS) Sekar Jakarta Utara.
Kunjungan ketiga ke komunitas mangga
ubi di daerah Jakarta Barat. Komunitas ini berada di perkampungan yang nyaris
tak berjarak dari satu rumah dengan rumah yang lain. Padat berdempet dengan
bangunan yang dirangkai dari papan kayu. Nampak ada satu lapangan luas yang
dipenuhi dengan tumpukan rongsokan hasil memulung. Komunitas ini merupakan
binaan Yayasan Kampus Diakoneia Modern.
Dirjen Rehsos melanjutkan
kunjungannya ke komunitas yang keempat, yaitu komunitas pemulung di gang Haji
Saibun Pasar Minggu Jakarta Selatan. Berbeda dari komunitas pemulung lainnya,
komunitas ini berada di tengah perkampungan dengan bangunan bergaya kluster.
Beratap seng dan bangunan tersusun dari papan kayu. Tampak tumpukan karton
berada hampir di setiap rumah.
Komunitas ini lebih banyak memulung
karton dibanding barang rongsokan lainnya. Didampingi oleh Ketua Yayasan Nurul
Iman sebagai yayasan pembina komunitas ini, Dirjen Rehsos menyerahkan bantuan
sembako bahkan mengedukasi anak-anak untuk menjaga kebersihan dengan
menggunakan hand sanitizer.
Kunjungan berlanjut pada Jum'at
(8/5) ke Yayasan Putra Indonesia Mandiri di bilangan Jakarta Pusat. Dirjen
Rehsos menyusuri jalan yang bahkan tidak sampai setapak. Ada sebuah bilik kecil
yang ditinggali lansia laki-laki berprofesi pengamen. Ruangannya penuh sesak
oleh kasur, lemari dan perkakasnya yang lain. Hanya ruang di atas kasurnya saja
yang tersisa. Bahkan hanya satu orang saja bisa masuk ke ruangan itu.
"Terima kasih Pak, saya sudah
dikasih sembako" ucap lansia pengamen itu ketika diberi sembako oleh
Dirjen Rehsos. Dirjen Rehsos berpesan agar tidak mengamen dulu sementara waktu
untuk menghindari terpapar COVID-19. Komunitas ini berada pada lingkungan padat
penduduk. Profesi mereka bervariasi, ada yang pekerja lepas, pengamen,
pedagang, pemulung dan cleaning service harian.
Kemudian Dirjen Rehsos bertolak ke
Gunung Sahari Utara Jakarta Pusat sebagai lokasi terakhir kunjungannya.
Komunitas pengamen dan buruh ini berada di pemukiman padat penduduk dengan
gang-gang kecil. Pemukiman ini pun berada di pinggir kali yang acapkali mereka
menjadi korban banjir. "Saya berterima kasih dapat bantuan dari Menteri
Sosial," ungkap Sumiati pedagang indomie dan juga orang tua tunggal binaan
Yayasan Bu Amelia.
Dirjen Rehsos memberikan bantuan
sosial berupa 160 paket sembako dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai mitra
Kemensos dan 200 paket sembako dari Kemensos. Kemensos juga memberikan bantuan
alat kesehatan berupa 20 paket masker, 40 botol hand sanitizer, 10 botol hand
wash dan 10 Alat Pelindung Diri (APD) untuk masing-masing komunitas yang
dikunjungi.
Pemulung merupakan salah satu
pekerjaan yang terdampak pandemi COVID-19. Bahkan di kondisi pandemi, tak
jarang dari mereka tetap mengais rezeki dengan berada di ruang publik di tengah
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Melihat kondisi ini, dalam rangka
memutus mata rantai penyebaran COVID-19, pemerintah berupaya untuk memberi
perlindungan. Maka Kementerian Sosial membuat beberapa skema penanganan warga
terlantar pada kondisi pandemi COVID-19.
Pendekatan pertama berbasis
komunitas, yaitu penguatan keluarga secara langsung di lokasi komunitas melalui
Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS). Selain penguatan keluarga, intervensi
edukasi dan bantuan sosial pun akan dilakukan di komunitas.
Pendekatan kedua yaitu berbasis
Tempat Penampungan Sementara (TPS). Kemensos bekerja sama dengan Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta menyediakan Gelanggang Olahraga (GOR) untuk menampung
warga terlantar seperti tuna wisma, warga korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
dan Penerima Manfaat (PM) lainnya yang ditemukan di ruang publik. Mereka akan
dibawa ke TPS dan Kemensos akan menghubungi keluarga serta membantu memulangkan
mereka.
GOR tersebut berada di 5 titik
lokasi, yaitu GOR Karet Tengsin di Jakarta Pusat, GOR Cengkareng di Jakarta
Barat, GOR Ciracas di Jakarta Timur, GOR Tanjung Priok di Jakarta Utara dan GOR
Pasar Minggu di Jakarta Selatan.
Pendekatan ketiga yaitu berbasis
Balai. Bagi warga terlantar yang membutuhkan penanganan khusus seperti
anak-anak, ibu hamil, lansia dan penyandang disabilitas, Kemensos menyediakan
Balai Rehabilitasi Sosial sebagai TPS, yaitu Balai "Mulyajaya"
Jakarta, Balai Anak "Handayani" Jakarta, Balai Napza "Bambu
Apus" Jakarta, Balai Lanjut Usia "Budhi Dharma" Bekasi, Balai
Netra "Tan Miyat" Bekasi serta Balai Eks Gelandangan dan Pengemis
"Pangudi Luhur" Bekasi.
Upaya perlindungan ini tidak sebatas
penyediaan TPS, lebih lanjut Kemensos pun memberikan bantuan sosial berupa
sembako karena berdasarkan informasi, sebagian besar komunitas yang terbilang
marjinal ini sulit akses terhadap bantuan.
Setelah melihat kondisi komunitas,
Dirjen Rehsos mengatakan bahwa perlu ada perbaikan data. "Kita tahu bahwa
disamping bansos yang sudah disalurkan, masih ada alokasi yang bisa menambah
target sasaran agar semakin tepat sasaran. Bisa juga mengganti keluarga yang
tidak tepat sasaran. Jadi warga disini harus mendapat perhatian," tegas
Dirjen Rehsos.
Saat ini, bansos sembako yang
diberikan kepada komunitas pemulung berasal dari Kemensos dan kepedulian mitra
Kerja Kemensos yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI). "Kedepan, kita akan
usulkan untuk bisa mendapat bansos Presiden," kata Dirjen Rehsos.
Banyak diantara mereka yang sulit
mengakses bantuan sosial dari pemerintah. “Warga di kolong jembatan ini
dimungkinkan sekali mendapat bantuan. Andai tidak terdaftar, kita bisa lakukan
dengan cara lain, yaitu Kemensos bekerja sama dengan LKS, panti dan yayasan
yang bekerja di grass root untuk salurkan bantuan sembako dan alat kesehatan,”
tambah Dirjen Rehsos.
Pekerjaan sebagai pemulung pun
sangat rentan di kondisi pandemi COVID-19, karena harus mencari rezeki dengan
mengumpulkan barang-barang bekas yang tentunya tidak steril dari berbagai
bakteri dan virus. Maka Kemensos juga memberi bantuan alat kesehatan kepada
komunitas dan memberi edukasi untuk tetap di rumah.
Edukasi mengenai bahaya COVID-19,
cara penyebarannya hingga kebijakan pemerintah tentang PSBB dan tetap di rumah
saja ini bisa dilakukan oleh LKS, panti maupun yayasan yang membina komunitas
tersebut.
“Negara harus hadir, kita tidak lagi
melihat dia pendatang atau penduduk asli, punya KTP atau tidak, tinggal di
kolong jembatan bahkan tempat kumuh sekalipun harus dibantu oleh siapapun.
Tidak hanya oleh pemerintah, tapi semua masyarakat,” pungkas Dirjen Rehsos.
Pada Kunjungan ini, Dirjen Rehsos
didampingi oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia beserta jajarannya,
perwakilan Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak, Direktorat Rehabilitasi Sosial
Korban Penyalahgunaan Napza, Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas, Kepala Bagian Umum, Kepala Bagian Program dan Pelaporan dan Tim
Humas Sekretariat Ditjen Rehsos, Kepala Bidang Rehsos Dinas Sosial DKI Jakarta,
Kepala Seksi Rehsos Suku Dinas Sosial Jakarta Utara, perwakilan Suku Dinas
Sosial Jakarta Barat, Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Sekretaris Camat
Penjaringan Jakarta Utara beserta jajarannya dan para Ketua Yayasan.