JAKARTA (6 Juni 2020) – Menteri Sosial Juliari P. Batubara menyampaikan mempersiapkan mental sangat penting dalam memasuki kondisi normal baru dalam menghadapi pandemi COVID-19.
“Dari sisi psikososial, mental ini sangat penting. Dibutuhkan kedisiplinan dan kesiapan mental yang baik dalam menghadapi new normal,” kata Mensos dalam webinar psikososial jilid II yang diselenggarakan oleh Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial (BP3S).
Kondisi saat ini, lanjut Mensos, pandemi masih terjadi dan memaksa semua untuk fokus serta memperhatikan kesehatan pribadi dan sekitarnya.
Pemerintah juga mewacanakan akan melonggarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang akan membuat masyarakat menjalani kehidupan yang beradaptasi dengan kebiasaan baru sesuai dengan protokol kesehatan.
“Diskusi-diskusi intelektual seperti ini, yang diinisiasi oleh BP3S. Saya berharap setelah kita diskusi seperti ini kita akan lebih berpengetahuan lagi serta kita bisa menjadi contoh bagi masyarakat awam bagaimana menyikapi, mempersiapkan diri dalam mempersiapkan mental,” tambah Mensos.
Lebih lanjut orang nomor satu di Kementerian Sosial itu mengatakan, berbagai kondisi tersebut tentunya tidak bisa dielakkan. Ada dampak positif dan negatif dari pandemi antara lain masyarakat menjadi anti sosial karena harus menjaga jarak juga dampak ekonomi yang dirasakan semua orang. Dampak positifnya salah satunya adalah efisiensi anggaran terutama di pemerintahan karena berbagai kegiatan dilakukan secara daring.
“Kita tidak ada pilihan, harus hidup dalam satu tatanan baru, fokus dengan protokol kesehatan, sisi negatifnya kita akan menjadi makhluk tidak sosial lagi seperti dulu dan ini perlu persiapan mental yang tinggi,” pungkas Mensos Juliari.
Sekedar informasi, peserta webinar psikososial jilid II ini ratusan pekerja sosial yang tersebar di seluruh Indonesia. Narasumber dari kegiatan ini antara lain Kepala BP3S Syahabuddin, Dirjend Kemenkes dan Jubir Gugus Tugas COVID-19 Achmad Yurianto, Sekjen KPSI Miryam Nainggolan, Tim penasehat strategis Unika Atmajaya Indra Nurpatria dan WHO-incidence management Dr. Setiawan Djati Laksono.