Motivasi Penerima Manfaat di Aceh Besar, Mensos Risma: Ini Bukan Akhir dari Segalanya
ACEH BESAR (15 September 2022) - Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan
suntikan motivasi kepada tiga penerima manfaat dengan gangguan kesehatan dan
disabilitas fisik di Provinsi Aceh saat mengunjungi ketiganya. Motivasi itu
sarat akan pesan optimisme agar mereka tetap memiliki kepercayaan diri.
"Kadang-kadang,
di suatu tempat, saya menemui ada anak yang memerlukan dorongan, motivasi. Tadi
juga gitu, ada yang sempat down, tapi kemudian saya berikan dia semangat.
Mudah-mudahan dia bisa semangat kembali karena ini bukan akhir dari
segala-galanya," kata Mensos saat melihat kondisi ketiganya di Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Sosial di Sentra Darussa’adah Aceh, Rabu (14/9).
Ketiga
penerima manfaat itu yakni Muhammad Syairazi (14 bulan), bocah asal Aceh Utara
yang menderita kebocoran jantung, Azkiya Ramadhani (17 bulan), bocah asal Pulau
Simeulue yang menderita penyumbatan usus dan Muhammad Khaidir (24), pria dewasa
asal Aceh Utara yang mengalami disabilitas fisik.
Sejak
menerima laporan terkait dua bocah dengan kondisi penyakit berat dan satu pria
dewasa dengan disabilitas fisik di Aceh, Mensos segera menginstruksikan
jajarannya di Sentra Darussa'adah Aceh untuk melakukan penanganan dan
pendampingan.
Mensos
pun, tanpa pikir panjang, segera menyempatkan waktu melihat langsung kondisi
mereka. Di samping membesuk, Mensos juga memberikan uluran tangan kepada
mereka. Bantuan itu merupakan bentuk kolaborasi Kemensos dengan kitabisa.com
dalam upaya meringankan beban mereka selama menjalani proses pengobatan.
Dari
platform kitabisa.com, Syairazi menerima bantuan dana sebesar Rp129,6 juta,
Azkiya menerima bantuan dana sebesar Rp61,1 juta, dan Khaidir menerima bantuan
dana sebesar Rp117,5 juta. Selain itu, ketiganya juga mendapat bantuan
Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) dari Kemensos masing-masing Syairazi
dengan Rp24,9 juta, Azkiya dengan Rp15,6 juta, dan Khaidir dengan Rp19,1 juta.
Mensos
mengatakan bantuan yang diserahkan berupa uang tunai dengan jumlah bervariasi
untuk masing-masing penerima. Bantuan dana itu terkumpul melalui penggalangan
dana pada platform kitabisa.com.
"Saya
mengucapkan terima kasih kepada para donatur, juga teman-teman Kitabisa, yang
selama ini membantu kami untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang
memang membutuhkan pertolongan," katanya.
Bantuan
itu, lanjut Mensos, berasal dari donatur di seluruh penjuru tanah air. Lewat
kegiatan penggalangan dana dari kitabisa.com, Kemensos merasa sangat terbantu,
mengingat tidak adanya anggaran untuk itu. Ia berharap program itu terus
berjalan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan di seluruh Indonesia.
Upaya Penanganan Kemensos
Ketiga
penerima manfaat di Aceh mendapat perhatian khusus dari Mensos Risma usai
pemberitaan akan penyakit berat yang diderita ketiganya beredar luas di media
sosial beberapa waktu lalu.
Syairazi,
baru diketahui mengalami kebocoran jantung saat usianya 8 bulan, setelah dibawa
ke Rumah Sakit (RS) Malahayati di Aceh Utara. Namun, lantaran tidak tersedianya
alat pendukung, ia harus dirujuk beberapa kali ke sejumlah rumah sakit, hingga
sampai pada penanganan dokter di RS Adam Malik di Medan.
Selama
pengobatannya di Medan, Syairazi bersama sang ibu, tinggal di sebuah rumah
singgah di Kota Langsa agar lebih dekat menjangkau RS di Medan. Dengan
penghasilan pas-pasan dari sang ayah yang bekerja serabutan, menyulitkan
pembayaran biaya operasional pengobatan Syairazi.
Guna
menopang kebutuhan berobat dalam jangka panjang, Kemensos memberikan bantuan
kewirausahaan berupa usaha ternak kambing kepada ayah Syairazi. Sedangkan,
terkait pengobatan bocah ini dan ibunya di Kota Langsa, Sentra Darussa'adah di
Aceh dan Sentra Bahagia di Medan bersama-sama melakukan pendampingan selama
menjalani proses pengobatannya.
Sementara
itu, Azkiya yang didiagnosa mengidap penyumbatan usus di Simeulue ini, saat
ini, tengah dalam perawatan RS Zainoel Abidin Banda Aceh untuk mendapatkan
penanganan yang lebih maksimal, setelah sebelumnya sempat menjalani perawatan
medis dan pengobatan alternatif, namun kondisinya tak kunjung membaik.
Ayahnya,
yang bekerja sebagai nelayan, dan ibu seorang ibu rumah tangga, memaksa biaya
pengobatannya di RS dibayarkan menggunakan fasilitas BPJS. Selama dirawat,
Kemensos terus mendampingi dan mendukung kebutuhan sehari-hari Azkiya, seperti
memberikan bantuan nutrisi (susu, madu, biskuit dan buah-buahan), pakaian
sehari-hari dan perlengkapan sekolah, termasuk berkoordinasi dengan Dinas
Sosial Kabupaten Simeulue mengenai kondisi keluarga di Pulau Simeulue.
Adapun,
Khaidir mengalami disabilitas fisik pasca kecelakaan tiga tahun lalu. Ia mengalami
patah tulang pada kaki, namun perawatannya tidak berlanjut lantaran terbentur
persoalan biaya. Sehari-harinya, ia beraktifitas menggunakan kedua tangannya
dengan cara merangkak. Saat ini, ia tinggal seorang diri di rumah tidak layak
huni berdinding batu bata, berlantai semen yang telah rusak dan beratap kayu
lapuk.
Dalam
merespon kasus yang dialami Khaidir, Kemensos berkoordinasi dengan Puskesmas
setempat dan Dinas Sosial Aceh Utara untuk dilakukan rontgen dan pelepasan pen
yang masih ada di kaki Khaidir. Ini dilakukan agar Khaidir tidak perlu terlalu
bergantung pada orang lain. Kemensos berkomitmen terus mendampingi proses
operasi hingga pasca operasi, serta proses pelatihan penguatan untuk kedua kaki
Khaidir.
Kementerian Sosial RI