Penulis :
OHH Ditjen Rehsos
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Zahra Ainussyifa; Karlina Irsalyana
JAKARTA (20 Mei 2020) - Kondisi pandemi COVID-19 dengan kurva yang masih fluktuatif, bertepatan juga dengan momen menghadapi bulan ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri membuat tren warga terlantar mengalami peningkatan. Atas dasar itu, Kementerian Sosial membuat skema penanganan warga terlantar yang terdampak COVID-19.
Berdasarkan arahan Menteri Sosial. Juliari P. Batubara, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial ditunjuk untuk melakukan penanganan terhadap warga terlantar. Penanganan ini bertujuan untuk memberi perhatian khusus kepada kelompok miskin, rentan dan marjinal agar bisa bertahan hidup dalam situasi pandemi COVID-19.
Menindaklanjuti hal tersebut, Ditjen Rehsos membuat skema penanganan warga terlantar dengan 3 pendekatan, yaitu pendekatan komunitas, pendekatan Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan pendekatan Balai Rehabilitasi Sosial.
Integrasi Pendekatan Komunitas, TPS dan Balai Rehabilitasi Sosial. Pendekatan pertama yaitu pendekatan berbasis komunitas. Pendekatan ini menitikberatkan pada kegiatan yang dilakukan langsung di komunitas. Kegiatannya berupa penguatan keluarga yang terdampak COVID-19, edukasi tentang bahaya COVID-19, cara penyebarannya dan cara agar terhindar dari COVID-19.
Pada pendekatan komunitas, Kemensos bekerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) yang membina masing-masing komunitas. LKS menjadi perpanjangan tangan Kemensos dalam melakukan intervensi edukasi maupun bantuan sosial pada kondisi pandemi COVID-19.
Intervensi pada komunitas tidak sebatas edukasi agar mereka tidak turun ke jalan/ruang publik selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tetapi juga menjamin mereka agar mampu memenuhi kebutuhan dasarnya selama PSBB dengan memberi bantuan sosial sembako.
Sebanyak 10 LKS yang membina komunitas marjinal telah disambangi oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat pada tanggal 6 sampai dengan 8 Mei dan 12 Mei 2020. Mata pencaharian warga di dalam komunitas sangat beragam, mulai dari pemulung, pengemis, pengamen, anak jalanan, pedagang asongan, sopir, tukang sampah dan lain sebagainya.Dirjen Rehsos pun mendatangi langsung komunitas marjinal tersebut, mulai dari komunitas warga kolong tol, pemulung, pengamen, warga pinggir rel kereta api hingga komunitas nelayan.
Dirjen Rehsos turun langsung untuk memastikan apakah warga komunitas bisa mengakses bantuan sosial dari Pemerintah. Pada kunjungan ke setiap komunitas binaan LKS, Dirjen Rehsos pun memberikan bansos sembako yang berasal dari Kemensos dan kepedulian mitra kerja Kemensos yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk beberapa warga terlantar. Selain itu. disalurkan juga alat kesehatan berupa masker, hand sanitizer dan sabun pencuci tangan.
Pendekatan kedua yaitu pendekatan berbasis TPS. Pada pendekatan ini, Kemensos bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menyediakan TPS berupa Gelanggang Olahraga (GOR). GOR ini berfungsi untuk menampung sementara warga terlantar hasil penertiban Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di jalan/ruang publik.
Di GOR ini, mereka akan didata, dicek kesehatan dan diberi makan yang berasal dari dapur umum. Dapur umum ini dikelola oleh Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kemensos bekerja sama dengan Suku Dinas Sosial setempat. Bagi mereka yang masih memiliki keluarga, akan dipulangkan oleh Kemensos.
Saat ini GOR yang telah disediakan yaitu GOR Karet Tengsin Jakarta Pusat, GOR Tanjung Priok Jakarta Utara, GOR Pasar Minggu Jakarta Selatan, GOR Ciracas Jakarta Timur dan GOR Cengkareng Jakarta Barat. Setiap GOR memiliki kapasitas daya tampung sebanyak 100 orang. Maka untuk menghindari terjadinya pembludakan di TPS, Kemensos juga berusaha melakukan penanganan di Komunitas melalui LKS.
Pendekatan ketiga yaitu pendekatan berbasis Balai Rehabilitasi Sosial. Pendekatan ini merupakan alternatif terakhir sebagai rujukan dari GOR di DKI Jakarta yang memerlukan penanganan khusus. Layanan ini diutamakan untuk kelompok rentan seperti anak, ibu hamil, lanjut usia dan penyandang disabilitas.
Beberapa balai di wilayah Jakarta dan Bekasi dijadikan sebagai TPS. Balai tersebut yaitu Balai "Mulya Jaya" Jakarta, Balai "Melati" Jakarta, Balai "Tan Miyat" Bekasi, Balai "Budhi Dharma" Bekasi dan Balai "Pangudi Luhur" Bekasi.
Rincian kumulatif berdasarkan laporan harian per 19 Mei 2020 tercatat sebanyak 1.646 PM yang telah dilayani di GOR, 195 PM yang telah dilayani di Balai Rehsos dan 2.162 PM yang berada di komunitas.Sedangkan data kumulatif PM By Name By Address (BNBA) per 19 Mei 2020 tercatat sebanyak 1.368 PM yang telah dilayani di GOR, 192 PM yang telah dilayani di Balai Rehsos dan 2.102 PM yang berada di komunitas.
Kemensos melalui Ditjen Rehsos pun menyalurkan bantuan sembako untuk komunitas-komunitas dan Balai Rehsos sebagai TPS yang dikunjungi. Total 1.080 paket sembako telah disalurkan dengan rincian 374 paket sembako dari Ditjen Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Kemensos dan 706 paket sembako dari BRI yang merupakan mitra kerja Kemensos RI.
Selain paket sembako, Kemensos juga memberikan bantuan alat kesehatan untuk TPS di GOR maupun Balai Rehsos di Jakarta dan Bekasi. Alat kesehatan tersebut terdiri dari 410 Liter disinfektan, 15 unit sprayer disinfektan, 3.667 botol sabun pencuci tangan ukuran 250 ml, 1.099 box masker, 4.637 botol hand sanitizer ukuran 500 ml, 2.109 botol hand sanitizer ukuran 60 ml dan 799 box sarung tangan.
Dari semua pendekatan penanganan warga terlantar, tentu sinergi antar pihak menjadi poin penting dan penentu keberhasilan program. Harapannya, tidak satupun warga terlantar yang terabaikan, semua harus mendapat penanganan sesuai amanat Mensos.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Ditjen Rehsos) menjadi salah satu unit kerja Kementerian Sosial yang menangani permasalahan anak, penyandang disabilitas, lanjut usia, korban penyalahgunaan Napza serta tuna sosial dan korban perdagangan orang. Ini yang biasa disebut 5 klaster Rehabilitasi Sosial.
Ditjen Rehsos telah bergerak cepat untuk merespon dampak Pandemi COVID-19 bagi 5 klaster Rehabilitasi Sosial. Sejak 4 April 2020, bantuan sosial telah disalurkan kepada 5 klaster Rehabilitasi Sosial melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS). Sebanyak 19.303 paket bantuan sosial telah diberikan untuk anak baik yang ada di LKS maupun di Balai Rehabilitasi Sosial Anak.
Selain itu, sebanyak 297.239 paket bansos sembako dan bansos tunai telah diberikan kepada penyandang disabilitas melalui LKS, Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan Organisasi Penyandang Disabilitas (OPD). Jumlah ini juga termasuk bansos Presiden yang disalurkan melalui Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan PT. Pos Indonesia.
Untuk klaster lanjut usia, sebanyak 1.292.530 paket bansos sembako dan bansos tunai disalurkan melalui LKS dan Balai Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. Sama halnya dengan penyandang disabilitas, jumlah bantuan pada klaster ini juga termasuk bansos Presiden yang disalurkan melalui Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan PT. Pos Indonesia.
Sedangkan klaster korban penyalahgunaan Napza, sebanyak 21.092 paket bansos serta klaster tuna sosial dan korban perdagangan orang sebanyak 509 paket bansos disalurkan melalui LKS.
Bantuan sosial ini menjadi respon cepat Kemensos melalui Ditjen Rehsos dalam memenuhi kebutuhan dasar Penerima Manfaat di 5 Klaster Rehabilitasi Sosial. Terutama agar mereka mampu bertahan pada kondisi pandemi COVID-19. Kemensos berharap dukungan dari semua elemen masyarakat dalam penanganan dampak COVID-19 bagi kelompok rentan di 5 Klaster Rehabilitasi Sosial maupun di komunitas warga terlantar.
نشر :