Motor Roda Tiga dari Kemensos, Teman Saparman Menjemput Harapan
KABUPATEN BANDUNG (14 Juli
2021) - Azan Subuh baru saja selesai
berkumandang. Ayam berkokok dengan lantang, tanda pagi akan segera datang.
Setelah menunaikan kewajibannya
sebagai seorang Muslim, Saparman (50) berjalan menuruni tangga dengan bantalan
lutut untuk menyiapkan dagangannya di lantai dasar Rusunawa Baleendah, dimana
ia telah tinggal selama 11 tahun terakhir.
Sebuah motor roda tiga listrik
dari Kemensos terparkir gagah di sana. Di belakangnya ada rak kaca berisi
rentengan kopi, susu, teh tarik dan tisu bungkus berbagai merek, mi instan cup,
serta masker nonmedis yang disusun dengan rapi.
Saparman beranjak ke kompor untuk
memasak air. Setelah mendidih, ia memasukkan air panas ke dalam termos dengan
hati-hati.
Siluet sinar mentari sudah mulai
memerah di kaki langit. Motor listrik Saparman menuruni ramp rusun, menyusuri
jalan raya di Baleendah dengan kecepatan sedang. Tujuan pertamanya adalah SMPN
1 Baleendah, dimana ia biasa mangkal untuk berjualan.
"Biasanya saya keliling
Baleendah, Bojongsoang, Dayeuhkolot, Batununggal, Kebon Kelapa sampai ke
Alun-alun Kota Bandung dan Masjid Raya Bandung, tapi karena sedang PPKM jadi
hanya keliling di sekitar Baleendah dan Buahbatu," kata Saparman saat
ditemui di Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (12/7) lalu.
Setelah mangkal di sekolah,
Saparman berpindah tempat ke Rumah Sakit Al Ihsan Baleendah hingga Dzuhur, lalu
pulang untuk mengisi termos dan beristirahat.
"Sorenya saya berangkat lagi
ke Carrefour Buah Batu, jualan sampai Maghrib atau sampai air termos habis,
lalu pulang lagi jam 7 malam," kata Saparman.
Sebelum mendapatkan bantuan ATENSI
dari Kemensos berupa motor roda tiga listrik, Saparman mengaku berjualan tisu
di berbagai sudut jalan arteri Kota Bandung.
"Dulu saya jualan tisu di
trotoar, prapatan dan lampu merah di Bandung. Sama sekali tidak ada alat bantu,
saya jalan pakai dengkul dan bawa ransel di punggung, sementara di
masing-masing tangan saya pegang tiga tisu bungkus untuk ditawarkan ke
pengemudi mobil yang lewat di Dago, Braga dan Leuwipanjang," kenang
Saparman.
Karena keterbatasan modal,
Saparman menjual tisu milik orang lain dengan sistem setoran. Penghasilannya
pun tak menentu.
"Dulu pernah sehari saya
hanya dapat Rp3 ribu. Saya cuma bisa bersabar saja, namanya juga jualan,” kata
bapak dua orang anak ini.
Sebelum punya motor listrik,
Saparman harus berganti-ganti moda transportasi untuk berjualan dari satu
daerah ke daerah lain. Dengan pendapatan minim, Saparman merasa bersyukur
karena masih banyak orang baik yang membantunya.
"Sopir-sopir angkot enggan
menerima ongkos yang saya berikan, malahan saya yang dikasih uang oleh mereka,”
ujar perantau asal Padang Pariaman ini.
Setelah mendapatkan bantuan motor
roda tiga listrik, kini Saparman beralih profesi menjadi penjaja tisu dan
minuman keliling.
"Sehari minimal dapat Rp45
ribu, paling banyak bisa Rp80 ribu sampai Rp120 ribu. Alhamdulillah meskipun gak tentu tapi masih cukup untuk
makan sehari-hari dan beli stok jualan selanjutnya," kata Saparman.
Karena berjualan keliling Kota dan
Kabupaten Bandung, pelanggannya pun tersebar di berbagai tempat. Adek (64)
adalah salah satu pelanggan setia Saparman. Adek mengaku sudah mengenal
Saparman sejak 2007 saat mereka berdua berjualan bersampingan di SMPN 1
Baleendah.
"Dulu pas Abah (Saparman)
masih pakai kaki palsu di salah satu kakinya, dia jualan cilok pakai gerobak,
sementara saya yang dulu jualan kopi," kata pedagang fried chicken dan cilok goreng ini.
Adek kerap membeli kopi susu dari
lapak Saparman karena keramahannya. Ia turut senang dengan bantuan ATENSI dari
Kemensos yang diterima Saparman.
" Alhamdulillah
dengan adanya bantuan ini semoga bisa memudahkan Abah dalam berjualan
karena bisa keliling kemana-mana," kata Adek.
Hal senada juga disampaikan Bima
Muhammad Arief (28), seorang pengemudi ojek daring yang beberapa kali membeli
dagangan Saparman. Sama-sama memiliki mobilitas tinggi, Bima kerap bertemu
dengan Saparman di berbagai lokasi.
"Kalau lagi nongkrong sama
pengemudi ojek daring lain, Mas Parman sering lewat sambil nawarin kopi, jadi
kami beli kopinya," kata Bima.
Sesuai dengan arahan Menteri
Sosial Tri Rismaharini, pada tahun ini Kemensos mendorong mobilitas penyandang
disabilitas dengan membuat alat bantu disabilitas sebanyak 490 unit dengan
total nilai Rp15 miliar.
Saparman merasa bersyukur dan
berterima kasih kepada Kemensos karena menjadi salah satu penerima bantuan
ATENSI berupa motor roda tiga listrik dan modal usaha yang ia terima dari Balai
"Inten Suweno" Cibinong pertengahan Juni lalu.
"Motor ini jadi 'kaki'
pengganti saya dalam menyambung hidup dan harapan," ujar Saparman.
Ke depannya, Saparman berharap
agar bisa menambah modal usaha agar jenis barang yang ia jual di rak motornya
bertambah.
"Meskipun fisik saya
terbatas, saya tidak akan mundur. Pengalaman pahit di masa lalu sebagai seorang
disabilitas tidak menyurutkan semangat saya untuk terus berjualan," kata
Saparman dengan optimistis.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI