Namanya Diabadikan di Sentra Kemensos, Inten Soeweno Puji Mensos sebagai Pemimpin yang Hormati Senior
BOGOR (12 Januari 2023) - Endang Kusuma Inten Soeweno tak mampu menahan rasa haru saat
menginjakkan kembali kakinya ke tempat rehabilitasi sosial yang ia gagas 26
tahun silam. Menteri Sosial ke-22 itu tampak sumringah memandang bangunan
bergaya Jepang yang saat ini diberi nama Sentra Terpadu "Inten Soeweno" (STIS),
namanya.
“Suatu
penghargaan atas kebijakan dan keputusan Ibu Menteri Sosial mengabadikan nama
saya di sentra terpadu ini, dan ini sangat-sangat membuat saya terharu,” katanya
saat memberikan sambutan di Aula Gedung STIS, Rabu (11/1).
Pada tahun
2022, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengusulkan perubahan nama Balai Besar
Rehabilitasi Vokasional Penyandang Disabilitas (BBRVPD) Cibinong dan Balai
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BRSPDI) Ciungwanara
menjadi Sentra Terpadu "Inten Soeweno". Mensos juga memberikan penghargaan kepada
Inten Soeweno atas jasanya dalam kesejahteraan sosial lansia dan penyandang
disabilitas.
“Apalagi
dibarengi dengan pemberian award kepada saya atas perhatian saya kepada
disabilitas dan lansia. Saya tidak bisa hadir waktu itu karena sedang sakit,
tapi Ibu Risma bersikukuh datang ke rumah saya untuk memberikan award itu,”
ujarnya.
Menurut Inten,
sikap Mensos kala itu menunjukkan bahwa ia adalah pemimpin yang menghormati
senior. Pada tahun 2021, Mensos berkunjung ke rumah Inten Soeweno untuk
menyerahkan secara langsung penghargaan kepada Mensos era Presiden Soeharto
itu.
Inten Soeweno
mengemban amanah sebagai Menteri Sosial pada tahun 1993-1998. Dalam masa
jabatannya, ia memprakarsai kerja sama antara Pemerintah Indonesia melalui
Departemen Sosial (saat ini Kementerian Sosial) dengan Japan International
Coorporate Agency (JICA) untuk membangun sistem rehabilitasi vokasional di
Indonesia, salah satunya adalah STIS yang dulu bernama National Vocational
Rehabilitation Center (NVRC).
“Awal
pembangunan ini pada tahun 1997. Desember diresmikan oleh Wakil Presiden, saat
itu adalah Pak Try Sutrisno. Bangunannya masih kokoh, dengan desain Jepang. Tapi
tidak bisa kita mengandalkan pembangunan saja, tapi juga perawatannya,” katanya
memuji upaya perawatan gedung STIS.
Wanita
kelahiran Tulungagung 78 tahun lalu ini merasa bangga atas pencapaian yang
didapatkan STIS. Saat kedatangannya, Inten disambut dengan penampilan tarian
Manuk Dadali, angklung, dan penampilan lagu yang semuanya dilakukan oleh
penyandang disabilitas. Ia juga berkesempatan melihat secara langsung proses
pembuatan telur asin, kerajinan keset, hijab ciwitan, dan decoupage oleh
penerima manfaat.
STIS
mengekspansi layanannya dari disabilitas menjadi multilayanan melayani semua
jenis Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). “Yang jelas saya sangat
bangga kepada sentra terpadu ini yang sejak pembangunannya luar biasa.
Programnya semakin komprehensif. Kegiatan multidimensi yang belum pernah saya
dengar. Kemudian juga anak-anak didiknya, hasilnya juga bagus bisa kita liat
waktu perform,” katanya.
Meskipun telah
pensiun, Inten masih aktif mengupayakan kesejahteraan sosial bagi orang-orang yang
membutuhkan, terutama penyandang disabilitas dan lansia. Usia tidak menjadi
penghalang baginya untuk berbakti pada negeri. “Para disabilitas, tidak ada
kondisi yang bisa menghalangi mereka untuk berprestasi dengan catatan harus
tetap mau bekerja keras, penuh semangat, berusaha, tidak pantang menyerah, dan
kreatif,” ujarnya membakar semangat penerima manfaat yang hadir di aula STIS.
Inten
mengalami sendiri bagaimana rasanya menjadi disabilitas. Saat berusia 35 tahun,
ia harus merelakan tangan kanannya diamputansi akibat kecelakaan. “(Kejadian
itu) Betul-betul menghapus cita-cita saya, apalagi saya perempuan, tiga anak
saya masih kecil. Rasa malu sedih kecewa, putus asa, sebagai orang cacat
bercampur aduk di hati saya,” katanya mengenang masa sulit dalam hidupnya.
Namun ia
berhasil bangkit, menyadari bahwa pemikiran yang brilianlah yang diperlukan
untuk bekerja. Dalam karirnya, ia berhasil menjabat sebagai anggota DPR RI
selama dua periode, dan bahkan diminta langsung oleh Presiden Soeharto untuk
menjadi Menteri Sosial di bawah kabinetnya.
Saat ini,
Inten Soeweno mengurus Yayasan Kesejahteraan Teratai yang dikelola bersama
pensiunan Departemen Sosial lainnya. Terdapat lebih dari 400 lansia yang
mendapat manfaat dari Yayasan Teratai. Ia fokus pada isu lansia dengan harapan
usia harapan hidup makin bertambah.
Yayasan
Teratai belum lama ini mendapatkan bantuan dari Kemensos. Sejak tahun 2022,
Kemensos meluncurkan program permakanan bagi lansia yang dikelola oleh
masyarakat.
“Negara harus
hadir, mulai tahun 2022 ini. Program khusus lansia itu ada namanya bantuan
permakanan. Nah kita memberikan permakanan tiap hari kepada lansia, dan mungkin
di tahun 2023 ini akan berlanjut. Kerjasama dengan masyarakat karena yang
menyelenggarakan adalah masyarakat termasuk. Bantuan sosial permakanan,” kata
Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Pepen Nazaruddin kepada awak media saat
menerima Inten Soeweno di STIS.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI