Peneliti: Kolaborasi dan Motivasi Kunci Kemandirian Ekonomi KPM PKH di Tiga Kota
Penulis :
Biro Humas
JAKARTA (24 Oktober 2021) - Pendamping memiliki peran penting dalam mengentaskan masyarakat prasejahtera dari garis kemiskinan. Penelitian Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung menunjukkan, pendampingan dengan mengembangkan kolaborasi dengan praktisi dan ahli, serta membangun motivasi, menjadi kunci kemandirian ekonomi penerima manfaat.
Kesimpulan ini didapat dari penelitian yang dilakukan oleh tiga orang peneliti dari Poltekesos Bandung yakni Didit Widiowati, Edi Suhanda, dan Benny Setia Nugraha dengan judul “Pengembangan Model Penyuluhan Sosial Berbasis Evidence Best Practise untuk Pemberdayaan KPM PKH Graduasi di Kabupaten Ciamis, Temanggung, dan Tulung Agung”.
Di tiga lokasi tersebut, proses pemberdayaan KPM PKH Graduasi berjalan dengan baik. Proses pendampingan Pemberdayaan KPM PKH Graduasi relatif bisa mengentaskan mereka dari garis kemiskinan. Hal ini menarik minat ketiga peneliti untuk menjawab apa saja faktor yang mempengaruhi sukses tersebut.
Di tiga lokasi penelitian, didapat fakta, kunci sukses pendampingan ada pada kemampuan para pendamping mengembangkan kolaborasi dengan pihak lain untuk mendukung peningkatan kapasitas Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) Graduasi. Kolaborasi dilakukan para pendamping dengan para ahli dan praktisi lain yang relevan.
“Dalam membangun kapasitas diri KPM PKH, pendamping melibatkan bantuan motivator, wirausaha dari atau wirausahawan yang sukses atau ahli bidang perdagangan,” kata Didit Widiowati selaku ketua tim peneliti yang mewakili dua rekannya yang lain (23/10).
Fakta ini terjadi pada KPM PKH Graduasi di tiga lokasi. Di Kabupaten Ciamis, KPM PKH Graduasi menerima pembinaan kewirausahaan dengan mengembangkan makanan tradisional ceriping dari ketela, gula aren dan kue.
“Mereka dibimbing oleh praktisi mulai dari cara produksi, keterampilan mengolah, pengemasan produk, dan pemasarannya. Demikian pula, pendamping menghadirkan motivator agar KPM memiliki semangat dan kesungguhan untuk keluar dari kemiskinan,” kata Edi Suhanda, salah satu anggota tim peneliti.
Penyuluhan sosial yang telah dilakukan di tiga kabupaten tersebut telah membuka ruang kemandirian pada KPM PKH. Mereka menyatakan diri sudah keluar dari ketergantungan, keluar dari kemiskinan, ada motivasi diri untuk berubah, motivasi untuk tidak miskin lagi.
“Kemiskinan hanya bisa diatasi oleh dua hal , yakni kemauan dari orang miskin itu sendiri, dan pendampingan, penyuluhan yang berjalan sistematis dan terukur,” kata peneliti lainnya, Benny Setia Nugraha.
Ia menambahkan, tidak mudah mengatasi kemiskinan. Banyak kolaborasi yang harus dibangun baik dari sisi political will , sosio-demografis wilayah, sosio kultural sampai pada diri dari para warga miskin itu sendiri. Motivasi juga berperan penting.
“Penting untuk menyampaikan pada orang miskin bahwa “kita bukanlah budak dari nasib”. Pada bagian lainnya bagaimana penyuluhan mengarahkan pada penguatan motivasi, passion (gairah) dan tidak mudah menyerah,” katanya.
Ketiga peneliti berpendapat, pendamping menjadi instrumen penting dalam keberdayaan KPM PKH, dengan model kegiatan yang sifatnya in door maupun out door .
Penelitian dilakukan dengan penekanan pada rancang bangun kebijakan pengembangan KPM melalui kelompok yang bisa menciptakan prasarana dan sarana serta metode wirausaha. Metoda pemberdayaan KPM dilakukan para pendamping melalui bimbingan motivasi, bimbingan sosial, dan bimbingan keterampilan usaha ekonomi produktif, melakukan jejaring.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI
نشر :