Respon Cepat Kementerian Sosial Lakukan Pendampingan Penyandang Disabilitas Terdampak Pandemi Covid-19
JAKARTA (27 Juli 2021) – Kementerian Sosial melalui Balai Melati Jakarta merespon cepat
informasi mengenai Winar Septian Utomo, penyandang disabilitas ganda berusia 19
tahun yang tinggal bersama keluarganya di Kelurahan Rawa Buaya,
Cengkareng, Jakarta Barat.
Sebelumnya, Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas Kementerian Sosial memberikan arahan kepada Kepala Balai Melati
Jakarta untuk melakukan respon kasus terhadap Winar yang mengalami krisis
selama pandemi Covid-19.
Kepala Balai Melati Jakarta, Romal Uli Jaya Sinaga
kemudian menugaskan Bambang Sulistiyono, Pekerja Sosial untuk melakukan asesmen
kebutuhan terhadap Winar dan keluarganya.
Senin (26/7/2021), Bambang melakukan koordinasi
dengan pihak Kelurahan Rawa Buaya dan Pendamping Disabilitas wilayah Jakarta
Barat untuk mendapatkan akses dan perijinan melakukan asesmen kebutuhan
terhadap Winar di kediamannya.
Sekretaris Kelurahan Rawa Buaya, Rizki Deni Ananda
membenarkan bahwa Winar merupakan warganya dan merupakan penyandang disabilitas
ganda yang saat ini bersekolah di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)
kelas XII.
Situasi pandemi Covid-19 yang belum usai
menyebabkan keluarga Winar mengalami krisis dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Didampingi oleh pendamping disabilitas wilayah Jakarta Barat,
Bambang menuju lokasi kediaman Winar.
Dwi Handayatun, ibunda Dimar menerima kedatangan
petugas yang berkunjung ke rumahnya. Kepada petugas, Dwi menceritakan kondisi
Winar dan kesulitan yang dihadapi keluarganya saat ini.
“Winar anak pertama kami, Pak. Sejak kecil, dia
sudah gak bisa dengar dan bicara. Padahal, ketika lahir kondisinya normal. Umur
sekitar setahun kok seperti gak respon kalo dipanggil, ada suara keras juga gak
kaget. Saya bawa ke rumah sakit ternyata dibilang gangguan pendengaran dan
mental. Tambah umur, Winar juga beda perkembangannya dengan anak-anak yang
lain,” tutur Dwi.
“Saya sama suami punya tekad meski hidup susah,
anak-anak kami gak boleh susah. Kami berjuang supaya Winar dan adiknya tetap bisa
sekolah. Tapi, selama pandemi hidup kami makin sulit. Penghasilan suami sebagai
buruh gak menentu selama pandemi," lanjut Dwi menceritakan kkisah pilu
keluarganya.
Winar dan keluarganya tinggal di sebuah rumah
kontrakan kecil di Jalan Bojong Pulo, Kelurahan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta
Barat. Hanya ada 2 ruangan di rumah kecil ini. Ruangan paling depan disekat
menggunakan tirai sehingga bisa difungsikan sebagai ruang tidur. Di belakang
terdapat dapur dan kamar mandi kecil.
Ketika petugas berkunjung, Winar lebih banyak
berada di tempat tidur. Barang-barang tampak diletakkan seadanya karena ruangan
yang tak memungkinkan untuk menata lebih baik barang-barang yang ada. Sudah
hampir 20 tahun keluarga Winar tinggal di rumah kontrakan karena belum memiliki
modal cukup untuk memiliki rumah pribadi.
Ibu Winar tak menyesali takdirnya. Ia yakin bahwa
Tuhan sayang kepadanya dengan menitipkan anak disabilitas. Ia mengaku banyak
belajar dari orangtua teman-teman Winar yang juga dianugerahi anak-anak
istimewa.
“Insya Allah jadi ladang pahala buat kami. Doakan
ya Pak semoga kami bisa menyayangi anak-anak kami dengan tulus dan ikhlas. Saya
takut kalo gak cukup umur dampingin anak-anak apalagi Winar, saya sayang
banget,” ucap ¹lirih Dwi ibunda Winar sambil menyeka air matanya yang jatuh.
Petugas segera melaporkan hasil respon kasus
terhadap Winar dan keluarganya kepada pimpinan balai. Balai Melati Jakarta
memutuskan akan menindaklanjuti kasus Winar dengan memberikan bantuan Asistensi
Rehabilitasi Sosial (ATENSI) untuk mengurangi krisis yang dihadapi Winar dan
keluarganya.
Nantinya setelah lulus dari SMALB, Winar juga
direkomendasikan untuk mendapatkan layanan ATENSI residensial di Balai Melati
Jakarta untuk memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya.