Sederet Prestasi Stephanie Terkuak di HDI 2021

  • Sederet Prestasi Stephanie Terkuak di HDI 2021
  • WhatsApp Image 2021-12-02 at 16.59.07 (1)
  • WhatsApp Image 2021-12-02 at 16.59.07
  • WhatsApp Image 2021-12-02 at 16.59.05

Penulis :
Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

JAKARTA (2 Desember 2021) - Jari jemarinya mantap menekan setiap tuts piano, mengalunkan instrumen Kiss The Rain karya Yiruma, musikus, komponis sekaligus pianis berkebangsaan Korea. Perempuan kelahiran Surabaya ini seketika menyihir para hadirin, mengundang decak kagum karena buaian melodinya.

 Satu lagi kisah perempuan hebat, kata Ibunya, anak spesial dari Tuhan. Stephanie Handojo (30 tahun), salah satu penyandang disabilitas intelektual yang punya sederet prestasi sejak 2009.

Ia dan Ibunya, Maria dihadirkan di acara Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2021 yang digelar Kementerian Sosial untuk berbagi inspirasi bersama Plt. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat.

Awal prestasinya dibuka dengan Rekor Muri Anak Berkebutuhan Khusus yang Memainkan 22 Lagu Secara Nonstop dengan Piano, tahun 2009 di Semarang, Jawa Tengah.

Di tahun 2010 meraih prestasi renang di ajang Singapore National Games. Kemudian meraih medali emas di Special Olympics World Summer Games di Athena, Yunani tahun 2011.

Yang tidak kalah membanggakan yaitu Stephanie menjadi salah satu pemegang obor Olympiade London 2012 di Nottingham. Ia terpilih melalui program Internasional Inspiration yang dipilih oleh Unicef dan British Council, terpilih dari 12 juta anak dari 20 negara, Stephanie satu-satunya anak berkebutuhan Khusus.

Prestasinya terus melaju hingga mendapat penghargaan sebagai Atlet Berprestasi Nasional tahun 2017 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Meraih 1 medali emas kategori single dan 1 medali perak kategori double bidang bowling di Pekan Olahraga Nasional (Pornas SOIna) tahun 2018 dan mengikuti Internasional Spesial Music & Art Festival, Pyongyang, South Korea pada Tahun 2019.

Sederet prestasinya diakui tidak lepas dari peran keluarga, Maria sang ibunda mengungkapkan, sejak kecil ia melakukan stimulasi bagi motorik halus maupun kasar dari Stephanie. Hal ini penting agar Stephanie bisa berkomunikasi. 

"Dari stimulasi itu perlahan potensi dan bakat-bakat dari Stephanie terlihat. Mulai dari saya kenalkan dengan tuts piano mini di usia 3 tahun. Ternyata dia gemar bermusik. Akhirnya saya panggilkan guru piano untuknya", ungkap Maria saat menghadiri Disabilities Show Hari Ke-2.

Kemudian, tambahnya, Maria mengenalkan dengan air di usia 8 tahun. Stephanie mulai menyukai berenang hingga bisa mengikuti berbagai ajang bergengsi baik nasional maupun internasional.

Terlebih, Maria mengungkapkan Stephanie ini anak yang tekun dan pantang menyerah. Rekor Muri yang didapat di tahun 2009 itu ditentukan juga karena kerja kerasnya. "Sehari berlatih 5 jam bermain piano. Ketekunan ini yang saya syukuri", katanya.

Stephanie menjadi salah satu contoh kepemimpinan dan partisipasi secara inklusif sesuai dengan tema HDI Tahun 2021 ini, yaitu Kepemimpinan dan Partisipasi Penyandang Disabilitas Menuju Tatanan Dunia yang Inklusif, Aksesibel dan Berkelanjutan Pasca Covid-19. 

"Yang hadir disini adalah orang-orang yang sudah menapak jauh kedepan dan sudah menjadi pemimpin di berbagai bidang. Contohnya Stephanie sudah menunjukkan kepemimpinannya dengan talenta yang kuat sehingga dipercaya dunia untuk membawa obor Olympiade London 2012", ungkap Harry Hikmat pada Disabilities Show hari ke-2.

Harry menambahkan bahwa Menteri Sosial Tri Rismaharini di berbagai kesempatan menyampaikan cara pandang yang berbeda. Upaya kita memberi penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas bisa dengan memberikan ruang bahwa mereka bagian dari hidup kita.

"Mari kita mulai sebuah langkah besar di Indonesia ini. Pemahaman inklusif berarti ada kesetaraan, tidak membeda-bedakan. Berikan ruang inklusif untuk menempatkan posisi mereka sebagai subjek," tutup Harry.
نشر :