Tekad Membuka Usaha Menjahit Setelah Ikuti Workshop PENA
Penulis :
Dian Catur Prasetyaningtyas Kurniawati
Penerjemah :
Alif Mufida Ulya/Karlina Irsalyana
BEKASI (4 Februari 2024) - Aula Rusun Sentra Terpadu "Pangudi Luhur" di Bekasi diwarnai hiruk-pikuk suara para residen sentra yang tengah mengikuti Workshop Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA). Di salah satu sisi aula, puluhan residen tampak fokus mendengarkan instruktur yang tengah mengajarkan cara menjahit tas kecil atau pouch yang praktis dan fungsional.
Ada yang lancar menginjak pedal mesin jahit, ada pula yang tampak kikuk mengoperasikannya. Meski begitu, mereka tampak serius mengikuti pelatihan yang digelar selama dua hari, pada 3 dan 4 Februari ini.
Sebagai informasi, PENA merupakan kegiatan membangun jiwa kewirausahaan, meningkatkan kemampuan berwirausaha keluarga miskin, kelompok rentan, orang tidak mampu dan orang yang mengalami risiko sosial, serta memberikan fasilitas penguatan produksi untuk menunjang usaha yang dijalankan/dikembangkan.
Sejak diluncurkan pada 2022 oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini, PENA telah berhasil mendorong kemandirian ekonomi Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Di antara puluhan orang yang asyik memainkan mesin jahit pada Workshop PENA di Bekasi, sosok Wiwit Manfaati, sang instruktur, memantau peserta yang hadir. Wiwit mengatakan senang melihat antusiasme para peserta.
"Saya senang melihat semangat mereka. Walaupun, latar belakang dan kemampuan mereka bermacam-macam, semua peserta semangat ikut pelatihan menjahit," kata Wiwit.
Pada pelatihan kali ini, Wiwit mengajarkan cara membuat pouch. Selain cukup mudah dibuat, pouch juga cukup diminati orang-orang. Dengan hasil jahitan yang rapi, nilai jual pouch bisa mencapai tiga kali lipat modal.
"Jika dijual, hasil penjualan pouch ini sangat menguntungkan. Misalnya, modal tidak sampai Rp50.000, tapi bisa dijual sampai Rp150.000. Tapi, jahitannya harus rapi ya.. Kalau tidak rapi, ya nilai jualnya rendah," ujar Wiwit.
Andri, seorang residen Sentra Terpadu "Pangudi Luhur" di Bekasi terlihat masih asyik menjahit, meski telah memasuki waktu istirahat makan siang. Pria berusia 40 tahun ini pernah bekerja di konveksi. Oleh karena itu, dia sama sekali tak kesulitan membuat pouch.
"Saya 'kan dulu pernah kerja di konveksi, bikin jas, jadi ini enggak begitu sulit. Tetapi, memang belum pernah membuat pouch, jadi ini tantangan dan pengetahuan baru bagi saya,” ujarnya.
Pria, yang sudah tinggal delapan bulan di Rusun Sentra Terpadu "Pangudi Luhur" di Bekasi ini, mengaku senang dirinya mendapatkan pelatihan yang bermanfaat. Andri pun bercita-cita untuk membuat usaha jahitnya sendiri saat dia bisa pulang ke kampung halamannya di Birobuli, Sulawesi Tengah.
"Saya ingin pulang ke Birobuli. Di sana, saya ingin memulai usaha menjahit. Doakan ya, semoga bisa sukses," kata Andri penuh semangat.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI
نشر :