Tongkat Penuntun Adaptif Inovasi Kemensos, Mampu Dorong Penyandang Disabilitas Sensorik Netra Lebih Mandiri
BEKASI
(15 Juli 2021) – Sesuai arahan Menteri Sosial RI Tri Rismaharini, Balai
Besar Kartini Temanggung telah mengembangkan pilot project berupa alat bantu
tongkat penuntun adaptif. Tongkat ini dilengkapi dengan berbagai fitur untuk
memudahkan aktivitas sehari-hari para penyandang disabilitas sensorik netra.
Mensos Risma menekankan, Kementerian Sosial
berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat, termasuk
kesejahteraan para penyandang disabilitas.
Untuk tahap awal, tongkat penuntun adaptif telah disiapkan bagi 200
penyandang disabilitas sensorik netra sehingga mereka bisa lebih mandiri.
Pekerja sosial di Balai Tan Miyat Bekasi, Tri
Putri Kurnianingsih menyambut baik kehadiran tongkat penuntun adaptif yang
sangat bermanfaat sekali bagi para penyandang sensorik netra di seluruh
Indonesia.
“Tongkat yang dipakai oleh para penyandang
sensorik netra masih banyak kekurangannya, seperti ketika ada genangan air,
terkadang harus terbentur tembok ataupun terjatuh dan lain sebagainya,” kata
Putri di Balai Tan Miyat Bekasi, Rabu (14/7/2021).
Namun, dengan kehadiran tongkat penuntun
adaptif ini para penyandang sensorik netra bisa merasa senang dan berbagai
hambatan pun bisa diminimalisir sehingga mereka bisa lebih mandiri dalam
menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari.
“Alhamdulillah ini sebuah inovasi yang sangat
baik dan harus segera disosialisasikan ke semua penyandang sensorik netra agar
diberikan tutorial cara penggunaannya sehingga bisa merasakan manfaatnya, ”
ungkapnya.
Kepala Pilot project tongkat penuntun adaptif,
Juena Sitepu yang mendampingi tim Balai Besar Kartini Temanggung, menyatakan
bahwa alat bantu tersebut akan sangat sekali bermanfaat dan diperlukan bagi
para penyandang disabilitas netra.
“Selain tongkat penuntun adaptif, ada juga ada
rompi delangkapi sensor yang tengah dikembangkan yang menjadi satu kesatuan
paket alat bantu bagi penyandang disabilitas sensorik netra yang memiliki
banyak manfaat, ” ujar Juena.
Anggota tim Balai Besar Kartini Temanggung,
Windu Darojat menyampaikan detail desain dan fitur tongkat yang bisa berfungsi
sebagai identitas penyandang disabilitas sensorik netra yang mampu mengurangi
resiko kecelakaan atau cedera serta sangat membantu dalam kondisi bencana,
sebab alat ini sudah dilengkapi berbagai fitur yang canggih.
“Untuk perakitan alat ini sendiri dikerjakan
oleh para penyandang disabilitas fisik, disabilitas sensorik rungu wicara,
mahasiswa serta tim ahli elektronik,” tutur Windu.
Secara garis besar perangkat tongkat terdiri
dari dua bagian, yaitu modul elektronik dan tongkat. Di dalam modul elektronik
terdapat berbagai sensor yang bisa mendeteksi asap dan gas yang berbahaya,
genangan air, kobaran api, serta dilengkapi dengan Global Positioning System
(GPS) yang secara otomatis telah dikoneksikan dengan telepon pintar.
“Untuk tongkatnya sendiri adalah tongkat biasa
yang dipakai oleh disabilitas sensorik netra, namun ditambah lubang-lubang di
bagian permukaannya lalu ditanamkan alat sensor guna mendeteksi jarak dan
kondisi di sekitar dan akan merespon cepat berupa suara maupun getaran yang
bisa dirasakan dan didengar oleh si pemegang tongkat,” katanya.
Di modul elektronik terdapat 5 mode, berupa
getaran, suara, getaran dan lampu menyala, suara dan lampu, serta panic button.
Untuk daya modul elektronik menggunakan baterai yang bisa diisi ulang menggunakan
tenaga surya atau solar cell kurang lebih setengah hari, diisi dengan cara di
charge seperti handphone selama 2-3 jam. Atau dengan cara lain juga bisa diisi
daya dari cahaya lampu LED, namun
memakan waktu yang lebih lama lagi.
“Ke depan, tongkat penuntun adapatif sebagai
inovasi sangat membantu para penyandang
sonsorik netra akan terus dievaluasi dan dikembangkan sehingga lebih bermanfaat
dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka, ” ungkapnya.
Biro
Hubungan Masyarakat
Kementerian
Sosial RI