Usai 13 Tahun Bergelimang Barang ‘Haram’, Adi Sukses Jadi Konselor KPN di Galih Pakuan
BOGOR (28
Juni 2021) – Jalan hidup seseorang tidak pernah ada yang tahu. Seperti itulah
yang dirasakan Adi (37), di suatu siang di langit Kota Hujan yang terasa teduh.
Selama dua
tahun terakhir, ia mantap mengabdikan diri sebagai konselor Korban Penyalahgunaan
NAPZA (KPN) di Balai Residen "Galih Pakuan" Bogor.
Namun, siapa
sangka Sang Konselor KPN ini, pernah berada di lembah ‘hitam’ bergelimang
barang ‘haram’ sebagai mantan KPN sejak usia belia.
"Jadi,
saya kenal narkoba itu sejak tahun 2002 dan menjadi pemakai hingga tahun
2015," ungkap pria asal Riau, Pekanbaru itu.
Hidup Adi
pun menjadi berantakan tidak karuan, seperti perubahan regresif dengan sulit
berpikir jernih dan sering berkonflik, baik di kehidupan sosial maupun pribadi.
Kondisi
getir saat istri minta cerai, anak-anak dan teman pun menjauh. “Di mata
keluarga, saya dianggap sampah yang tidak berguna lagi," kenang Adi,
getir.
Kendati
menyandang stigma negatif yang melekat pada diri Adi, keluarga tidak menyerah
dengan mengirim Adi ke pusat rehabilitasi narkoba di Jawa Barat.
"Saat
itu, saya melewati proses hampir satu tahun lalu pulang dan beberapa bulan
kembali relapse atau kambuh," terang Adi.
Pada situasi
relapse itu, Adi merasa semakin tak bisa mengontrol pemakaian pada narkoba,
sehingga kekacauan dalam segala sisi hidupnya semakin menjadi-jadi.
Keluarga
kembali memasukan ke pusat rehabilitasi narkoba, namun sebelumnya Adi sempat
merasakan dinginnya hotel prodeo akibat barang haram pada tahun 2016.
"Pada
tanggal 16 November 2016, keluarga membuat keputusan terakhir untuk memasukkan
saya ke Balai Rehabilitasi Galih Pakuan di Bogor," ungkap Adi.
Begitu
menginjakkan kaki di Galih Pakuan, gejolak penolakan dirasakan Adi sebab bapak
dua anak ini belum menerima kenyataan bahwa ia harus direhabilitasi lagi.
"Saya
merasa bukan ini (rehabilitasi) yang dibutuhkan, tapi ada hal lain yaitu dari
lingkungan saya di luar," kata Adi.
Berkat
pendekatan sepenuh hati dari Pekerja Sosial dan Konselor Adiksi Balai
"Galih Pakuan" perlahan tapi pasti kepercayaan diri Adi dan rasa
kasih sayang yang telah sirna tumbuh dan bersemi.
Layanan
Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yang diberikan kepada Adi mulai dari
Asesmen Komprehensif untuk menyiapkan data masalah kebutuhan dan potensi yang
ada dalam diri Adi, pendekatan motivasional untuk menanamkan pola pikir kepada
Adi bahwa dia perlu pertolongan.
Kemudian Adi
juga menjalani terapi kelompok, konseling individual/tetapi individu, terapi
mental spiritual dan yang tidak kalah penting adalah Therapeutic Community.
Terapi-terapi ini berfungsi untuk meningkatkan keberanian berbicara dan terbuka
tentang masalahnya.
Konsep
terapi kelompok mampu merubah pola pikir Adi melalui pendekatan dengan
menggunakan media kelompok, dalam membentuk sebuah frame berpikir bagi Adi
bahwa dia mampu untuk bangkit menuju pulih, menata masa depan yang lebih baik.
Sedangkan terapi individu berfungsi membentuk cara berpikir Adi agar mampu
berperilaku positif.
Konsep self
help menjadi kunci penting dalam proses pemulihan. Di setiap sesi terapi, baik
Pekerja Sosial maupun Konselor Adiksi menekankan pentingnya optimalisasi
potensi diri masing masing untuk menolong diri mereka dari kecanduan Napza. Ini
pun berlaku untuk Adi.
Adi
diberikan edukasi juga oleh Pekerja Sosial dan Konselor Adiksi tentang
teknik-teknik pencegahan relapse ( relapse prevention ). Sesi ini sangat
penting bagi Adi agar dia memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya agar
tidak kembali relapse.
Di
tengah-tengah masa rehabilitasinya, Adi diberikan kesempatan untuk
mengembangkan potensinya. Adi adalah seorang yang pandai bermain musik. Tidak
jarang Balai meminta bantuannya ketika ada acara-acara yang memerlukan
pertunjukan musik. Ini jugalah yang membuat Adi semakin percaya diri.
"Berselang
dua bulan pikiran mulai terbuka dan hati saya tersentuh dengan pendekatan
konselor dan pihak-pihak terkait di Balai Galih Pakuan," kenang Adi.
Energi
positif dari Galih Pakuan yang dirasakan Adi adalah balai memberikan kesempatan
untuk menggali potensi dirinya selama menjalani hari-hari rehabilitasi.
"Saya
diberikan ruang mencari dan menggali potensi diri, termasuk kepercayaan
mengemban tanggung jawab. Itulah yang tidak pernah didapatkan di lingkungan
luar karena saya selalu diragukan," ungkapnya.
Konsep
terapi bagi Adi melalui metode pemulihan di Balai pada dasarnya mencakup
penanaman pola berpikir positif dan pembentukan komitmen diri, sehingga
selanjutnya akan termanifestasikan dalam bentuk perilaku positif, terlepas dari
adiksi Napza, pulih, bertanggung jawab, mampu melakukan peran sosialnya,
sehingga dapat membentuk pola interaksi yang baik dengan lingkungannya.
Kabar
bahagia pun datang di akhir tahun 2017, ia dinyatakan selesai rehabilitasi
karena hasil perkembangan yang memuaskan. Ia mulai berpikir untuk menjadi
seorang konselor.
Keputusan
menjadi konselor telah dipikirkan Adi secara matang. Ia diberi waktu beberapa
hari untuk mengambil keputusan yang bersejarah dalam hidupnya.
"Saya
ingin mengubah stigma negatif yang sudah melekat pada diri saya dan membuktikan
kalau saya tidak seburuk yang mereka pikirkan," tandas Adi.
Adi resmi
menjadi konselor di Balai Residen "Galih Pakuan" Bogor pada tahun
2019 usai dua kali mengikuti rekrutmen dan kini lebih dari 20 Penerima Manfaat
(PM) KPN yang ia tangani.
"Ada
rasa bahagia ketika bisa melihat para PM kembali tersenyum, melihat mereka
kembali pada kehangatan dan cinta kasih keluarga," kata Adi.
Selain bisa
bangkit dari keterpurukan dan membantu sesama eks KPN, ia berhasil merekatkan
kembali hubungannya dengan keluarga yang sempat berantakan.
“Alhamdulillah
saya dengan keluarga sudah membaik. Ibu saya bersyukur bisa berkomunikasi lagi,
begitu juga anak-anak saya kembali menemukan sosok ayah yang pernah hilang kini
kembali dan peduli," jelas Adi.
Pesan Adi
kepada siapa pun, khususnya para generasi muda bangsa agar jangan sekali-kali
untuk mencoba dan menggunakan narkoba.
"Narkoba
bukan jalan keluar, narkoba menjebak kita dalam masalah yang lebih besar. Tidak
hanya merusak fisik, narkoba juga merusak hubungan sosial dan keluarga.
Berhenti sekarang atau menyesal kemudian!,” tandas Adi.
Biro
Hubungan Masyarakat
Kementerian
Sosial RI