Warung PKH, Modal Dua Juta Sekarang Berpenghasilan 30 Juta

Warung PKH, Modal Dua Juta Sekarang Berpenghasilan 30 Juta
Penulis :
Alif Mufida Ulya
Editor :
Alek Triyono; Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N

TEMANGGUNG (17 Maret 2021) – Keluarga Penerima Manfaat (KPM) merasakan manfaat dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang digulirkan Kementerian Sosial dengan berbagai pemberdayaan yang dilakukan oleh para pendamping PKH. Salah satunya, warung PKH di Dusun Ngulakan, Desa Kedungumpul, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, yang merupakan binaan Pendamping PKH Kabupaten Temanggung, Yuni Fatmawati. Warung PKH dengan modal awal dua juta rupiah itu kini telah beromset hingga 30 juta rupiah per bulan.

Yuni mengatakan warung PKH yang dinamai ‘Sendang Rejeki’ dan melayani kebutuhan sembako masyarakat itu memulai omset dengan modal awal dua juta rupiah yang terkumpul dari iuran 10 KPM di 10 dusun dampingannya.

“Di sini ada 10 dusun, dari setiap dusun diambil satu orang dengan kondisi ekonomi paling rendah, jadi ada 10 orang. Nah, dari 10 orang itu, pas ada pencairan PKH, masing-masing iuran 200 ribu untuk modal bikin warung, terkumpul uang dua juta rupiah,” ujar Yuni saat ditemui di Temanggung.

Yuni menambahkan modal dua juta rupiah itu, selanjutnya, digunakan untuk belanja, “Yang 100 ribu buat beli etalase bekas, yang 1,9 juta buat beli sembako,” ungkap wanita berkacamata ini.

Seperti diketahui, Kementerian Sosial mengalokasikan bantuan untuk 10 juta KPM diseluruh wilayah Indonesia. Selain mendapatkan bantuan, KPM PKH juga diberikan berbagai ilmu pada Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2). Pendamping menyampaikan materi yang telah disiapkan oleh Kementerian Sosial dengan berbagai modul diantaranya modul Kesehatan, Keuangan, Pendidikan dan Pengasuhan Anak. 

Dimulai sejak 2017, omset warung yang dikelola 10 KPM itu terus mengalami peningkatan, terutama setelah warung PKH ‘Sendang Rejeki’ didaftarkan sebagai agen pencairan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pada 2018 untuk KPM yang ingin mencairkan bantuan berupa beras dan telur, serta agen BRILink.

“Awal mulanya, omset kita paling sekitar lima jutaan setiap bulan. Terus makin ke sini, ada program BPNT, program sembako, itu omset naik kira-kira sekitar 15 juta tiap bulan,” ucapnya.

Tidak berhenti disitu, di masa pandemi Covid-19 dimana ada penambahan jumlah KPM, dikatakan Yuni, berdampak langsung pada omset warung PKH, hingga kini menyentuh angka 30 juta rupiah per bulan.

“Terus setelah ada Covid, ada perluasan penambahan KPM, jadi KPM lebih banyak lagi (yang belanja di warung KPMnya), ada 128 KPM, uang bantuannya juga naik, yang tadinya 110 ribu jadi 200 ribu, terus kita omsetnya juga nambah jadi sekitar 30 juta,” bebernya.

Konsep warungnya, digambarkan Yuni, sesuai nama warung ‘Sendang Rejeki’ yang berarti kolam dengan sumber air, “Barang di warung dijual dengan harga murah, ngga usah ngejar untung gede-gede, yang penting jalan dulu. Harapannya, jadi sumber rejeki untuk semua KPM,” katanya menambahkan.

Adapun salah seorang KPM dari Kabupaten Temanggung, yang mengelola Warung PKH ‘Sendang Rejeki’, Alfiyah (38), tak menyangka ajakan awal Pendamping PKH di desanya membawanya ke titik sekarang.

Ia menuturkan lewat Pertemuan Kelompok dalam PKH atau P2K2 yang kerap ia ikuti, Pendamping PKH memotivasi ia dan KPM lainnya tentang keuangan dan kewirausahaan agar dapat meningkatkan taraf hidup dan mencari alternatif sebagai sumber pendapatan sehingga tidak hanya bergantung pada bantuan PKH.

“Awal mulanya, kita tidak pernah berinisiatif untuk membangun warung ini. Tapi ‘kan di PKH itu ada pertemuan rutin tiap bulannya, tiap tanggal 10. Nah, tiap pertemuan itu pendamping selalu memotivasi agar kita bisa, paling tidak, menghasilkan uang, untuk membantu perekonomian keluarga,” kata Alfiyah.

Suaminya yang berprofesi sebagai tukang batu dengan penghasilan tidak seberapa membuatnya terbuka untuk menerima ajakan pendamping untuk membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dengan 9 KPM dari dusun lain, mendirikan warung yang melayani kebutuhan sembako masyarakat pada umumnya, dan anggota PKH pada khususnya.

“Tadinya cuma (melayani) anggota PKH, cuman semakin kesini, kita bisa melayani masyarakat sekitar; masyarakat umum dan anggota PKH. Ini bisa untuk transaksi, ada e-transfer, ada tarik tunai, beli pulsa, pulsa listrik juga bisa,” terang ibu dua anak ini.

Meski sempat menemui sejumlah hambatan di awal perjalanan, Alfiyah mengatakan Pedamping terus menyakinkan anggota kelompoknya agar menjaga semangat mereka.

“Di awal lumayan terseok-seok juga dengan harga murah, ya keuntungannya sedikit, belum lagi persaingan dari warung lainnya, tapi Pendamping PKH selalu memotivasi kami,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia mengaku sempat tidak menerima atau merasakan hasil penjualan di tahun pertama warung berjalan lantaran hasilnya dikumpulkan untuk membangun warung secara fisik dan terpisah.

“Satu tahun pertama masih pinjem ruang tamu KPM, belum bangun warung ini disini. Awal keuntungan selama satu tahun, kita tidak menerima hasil, kita tidak bagi hasil, karena kita mau berusaha sendiri biar punya warung sendiri. Akhirnya, kita bikin warung ini, habisnya sekitar 7 juta,” akunya mengilas balik.

Pasca warung PKH ‘Sendang Biru’ memiliki bangunan sendiri dan saat ini berjalan hampir empat tahun, Alfiyah dan 9 anggota KPM dalam satu KUBE ini sudah merasakan langsung dampaknya terhadap perekonomian keluarga.

“Yaa, alhamdulillah, kita sudah bisa tambah penghasilan, walaupun cuma seberapa, kita bisa bantu perekonomian keluarga,” tandas Alfiyah.
نشر :