Kemensos Gelar "Workshop" Melukis Mimpi Anak Tangguh

  • Kemensos Gelar "Workshop" Melukis Mimpi Anak Tangguh
  • 16272267036251

Penulis :
Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

JAKARTA (24 Juli 2021) - Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak kembali melaksanakan rangkaian acara Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2021 yang mengusung tema : “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”. Rangkaian acara hari ke-4 ini adalah Workshop Melukis dengan tema Mimpi Anak Tangguh. Workshop ini dipandu Akung Wahyu Triwiyono yang akrab dipanggil Kak Akung.

Workshop Mimpi Anak Tangguh bertujuan untuk mengajak anak-anak menggali potensi dan bakat seni mereka baik di bidang fotografi, melukis dan menulis. Selain itu, workshop ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi anak-anak tentang bagaimana mengambil foto yang baik, melukis yang indah dan menyampaikan gagasan dengan baik melalui sebuah tulisan. 

Sebelumnya, ratusan anak-anak telah mengikuti lomba menggambar, dan telah dipilih serta dinilai oleh para juri. Workshop Melukis kali ini menghadirkan 2 juri lomba menggambar yang hebat, yang pertama adalah Kak Harry Hikmat yang sehari-harinya menjabat sebagai Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial. Yang kedua  adalah Kak Nicky Tania, seorang seniman dan ilustrator /Graphic Deseign dari Yogyakarta. Kak Harry Hikmat hadir sebagai juri menggambar karena disela-sela kesibukannya sebagai Dirjen Rehsos, ia tetap menekuni seni lukis dan gambar.  

Sebanyak 272 anak-anak telah bergabung dari seluruh Indonesia, dan telah hadir 10 anak yang dipilih secara acak untuk sharing dan berbagi pengalaman melukis dengan Kak Harry dan Kak Niki. Selama workshop berlangsung, Kak Harry juga mempersilahkan anak-anak untuk bertanya atau menunjukkan karyanya. 

Kak Harry menyampaikan kepada anak-anak semua bahwa dalam berkarya seni, sebetulnya tidak usah ragu-ragu mencurahkan segala ide dan kreativitasnya dengan menggunakan berbagai media. Dan itu dipupuk sejak kecil. 

“Kalau senang melukis, menggambar, membuat ilustrasi, silahkan diteruskan, sampai suatu saat adik-adik akan merasakan manfaatnya. Bahwa apa yang pernah dilakukan di masa kecil, ternyata sangat bermanfaat saat kita menginjak masa dewasa, bahkan ketika bekerja dan berkeluarga,” kata Kak Harry Hikmat. Berkesenian adalah mengolah rasa diri kita untuk cinta akan keindahan, mencintai lingkungan, suasana yang menarik pikiran kita, yang menyenangkan yang bisa menjadi ide atau judul dalam membuat gambar atau lukisan, terangnya.

Kak Harry juga berbagi pengalaman ketika masa kecilnya senang melukis. Ibu dan ayahnya adalah pelukis. Semenjak kecil, Ia senang melukis di lapangan dan mengikuti berbagai lomba melukis. Di momen workshop ini, tak lupa Ia menyampaikan rasa terimakasihnya kepada kedua orang tua yang selalu menyimpan karya lukisannya sejak kecil.

“Untuk Bapak,Ibu para orangtua, kakak-kakak di balai/panti, tolong karya anak-anak dijaga sejak kecil, walaupun itu cuma coretan-coretan sederhana. Seni lukis itu tidak ada yang baik dan tidak ada yang buruk. Semua bagus sebetulnya, semua harus tercurahkan dengan hati dan perasaan kita,” terang Kak Harry.

Untuk memberikan semangat dan inspirasi bagi anak-anak, Kak Harry menunjukkan beberapa karya/koleksi lukisannya yang dibuat sejak kecil. Mulai dengan sketsa lukisan yang ia buat pada usia 3 tahun yang masih disimpan dengan baik oleh ibunya, Selanjutnya memperlihatkan lukisan-lukisan lainnya yang terpajang apik di dinding rumah. Ada juga beberapa karya lukisan teman-teman penyandang  disabilitas yang turut dipajang di dinding kamarnya.

Salah satu lukisan yang paling berkesan adalah lukisan pemandangan permukiman di pinggiran sungai Cikapundung Kota Bandung. Lukisan tersebut sangat berkesan karena dilukis langsung di pinggir sungai tersebut bersama dengan sang ayah tercinta. 

Ratu Syifa Aryani, saat diberikan kesempatan untuk mengobrol dengan Kak Harry dan Kak Nicky, menanyakan apa yang menjadi motivasi bagi Kak Harry untuk terus melukis.

“Senang aja dari kecil. Sebetulnya, sejak SMA sudah belajar melukis diri (Self Potret), melukis orang, dan sudah mulai menerima pesanan lukisan dan mendapat uang saku buat sekolah dari hasil melukis,”tutur Kak Harry. 

Semasa kuliah, ia mulai senang membuat kartu lebaran dengan menggambar langsung di kartu itu dengan cat air atau cat acrilic. Kartu lebaran itu laku dijual di dalam bis jurusan Bogor-Bandung dan hasilnya bisa menambah uang tranport atau uang makan selama kuliah di IPB Bogor. Sewaktu mahasiswa, Ia juga membuat sanggar melukis di Kampusnya. Hal-hal itulah yang  tetap menjaga motivasi dan semangat untuk tetap melukis, terang Kak Harry Hikmat.

Selanjutnya, Ratu Syifa diminta menceritakan karya lukisnya. Ratu bercerita bahwa lukisannya terinspirasi dari masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan seperti tidak memakai masker. Padahal hal yang sepele itu dampaknya bisa sangat membahayakan. “Ayo sadar, bukan berarti yang tidak terlihat itu (Covid-19) tidak ada,” pesan Ratu. 

Kemudian, Rangga, seorang tuna rungu wicara yang mempunyai bakat luar biasa dalam melukis menceritaka lukisan yang ia buat. Rangga bercerita ia menggambar suasana belajar dirumah, kemudian mencuci tangan, memakai masker, berjemur biar sehat dan tidak terkena virus Corona.

“Suka banget dengan ide lukisan rangga yang seperti memeluk bumi itu, mereka jadi terlindung dari virus corona karena melaksanakan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan . Saya suka kreativitasnya. Semangat terus berkarya,” pesan Kak Nicky. 

Kak Harry menyampaikan sesuai arahan Menteri Sosial Tri Rismaharini, 50 karya anak-anak Indonesia akan dipamerkan langsung di gedung Kemensos dan selebihnya bisa dilihat secara virtual. 

Kak Harry dan Kak Nicky juga menjawab pertanyaan dari Fitri dan Lita dari Balai Handayani Jakarta  tentang bagaimana cara menghilangkan rasa insecure/minder ketika melukis.

“Sampai sekarang, kadang-kadang masih sering merasa insecure. Tapi insecure itu tidak membawa kita kemana-mana. Kalau mau berkarya, berkarya aja. Kalau mau melukis sesuatu, lukis aja, karena karya kita  untuk diri kita sendiri juga. Kalau tetap berkarya akan membangun kita, sedang insecure menahan kita untuk tidak berkarya, kita jadi kalah dong dengan yang lain,” pesan Kak Nicky. 

“Harus berani menembus batas insecure itu. Kalau tidak berani, akan gagal selamanya, jadi putus asa, kehilangan harapan, akhirnya tidak melakukan sesuatu. Rasa percaya diri itu harus dibangun sejak usia dini. Ayo kita lawan, yakinkan diri kita. Aku bisa, pasti bisa, luar biasa,“ pungkas Kak Harry Hikmat.   

 

Bagikan :