Penulis :
Humas Dit. Rehsos Anak
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Karlina Irsalyana
JAKARTA (24 Juli 2021) - Kementerian Sosial RI melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak telah melaksanakan acara Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2021 selama 4 (empat) hari berturut-turut sejak Tanggal 21 Juli 2021 lalu. Di hari ke-4 ini, panitia menggelar Workshop Menulis yang diikuti oleh 613 anak yang bergabung melalui aplikasi zoom maupun channel youtube.
Workshop Menulis merupakan bagian dari Workshop Mimpi Anak Tangguh yang bertujuan untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan literasi anak khususnya di bidang menulis. Workshop ini adalah kelanjutan dari pelaksanaan Lomba Karya Anak yang diselenggarakan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak pekan lalu.
Dalam acara workshop tersebut, hasil karya anak terpilih diulas oleh para kurator yang terdiri dari Triani Retno, Akbar Halim dan Rendiansyah Putra Dinata selaku penulis buku dan praktisi anak yang dibagi menjadi 3 sesi yang dimoderatori oleh Alfrojames, staf Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak.
Amalia, finalis lomba menulis mengungkapkan bahwa karyanya yang berjudul “Nikmatin Aja, Kapan Lagi Coba Sekolah Sambil Rebahan?” ditulis berdasarkan pengalaman pribadi.
“Ini menarik ya dari judulnya membuat orang penasaran ingin membacanya”, tanggap Retno, salah seorang kurator.
“Saya Taat Mengikuti Protokol Kesehatan” merupakan salah satu judul tulisan yang dibuat oleh Gea, finalis lomba menulis dari Bondowoso. Dalam tulisannya, Gea menceritakan bahwa orang-orang di sekitar rumahnya tidak menaati protokol kesehatan.
“Di waktu mengaji bersama teman-teman hanya saya sendiri yang menggunakan masker sehingga akhirnya hal tersebut menjadi teladan bagi teman-teman lain yang kini mau menggunakan masker”, ujar Gea.
Selain itu, Ribka dari Bali juga mengungkapkan cerita dalam tulisannya yang mengulas tentang motivasi untuk terus berpikir positif di tengah pandemi.
“Meski saat ini terpisah dari orangtua yang berada di Sulawesi, tapi Ribka disini tetap semangat dan terus berpikir positif. Semoga anak-anak terlantar mendapatkan hak-haknya dan Indonesia semakin maju serta anak-anaknya semakin kuat di situasi pandemi”, jelasnya.
“Kegemaran Ribka membaca mengantarkannya untuk bisa menuangkan cerita dalam sebuah tulisan yang sangat baik. Jadi adik-adik apabila ingin membuat tulisan yang baik harus rajin membaca ya. Ibarat sebuah teko, tulisan kita itu adalah air yang keluar. Dan isi teko itu tergantung dari apa yang kita masukkan. Oleh karena itu, adik-adik juga harus gemar membaca ya”, ujar Retno memotivasi.
Di sesi selanjutnya, Akbar Halim dan Rendiansyah selaku kurator juga mengulas hasil karya anak-anak.
“Setiap potongan cerita yang mereka ambil bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang lebih menarik dan membuat pembacanya tertarik untuk mengetahui lebih jauh. Ini hal yang patut kita apresiasi dari upaya adik-adik disini dalam membuat tulisan yang baik”, ujar Akbar.
Laili dari Sidoarjo, juga menceritakan karyanya yang menceritakan bahwa ia sangat kesal dengan corona.
“Iya itu kesebelan saya sama corona itu udah tingkat plus sih, Kak. Corona udah bisa jalan-jalan keliling Indonesia, tapi saya sampai sekarang malah belum. Jadi saya menuangkan itu dalam tulisan saya”, ujar Laili dengan polosnya.
“Kalimat awal di tulisan Laili ini cukup kuat dan menarik bagi pembaca untuk mengetahui hal selanjutnya. Mungkin perlu dieksplor lagi di paragraf selanjutnya”, tanggap Akbar.
“Harapan saya semoga anak-anak Indonesia tetap kuat di masa pandemi dan semakin maju meski hanya bisa belajar di rumah aja. Untuk teman-teman yang tinggal di panti asuhan jangan pernah minder atau insecure karena kita sederajat dengan anak-anak diluar sana asalkan ada niat dan usaha”, tambah Laili.
Di sesi terakhir bersama kurator Rendiansyah, seorang finalis anak bernama Fatihah menceritakan bahwa ia lebih senang menulis di malam hari dan di tempat yang tenang.
“Menulis itu harus di tempat dan waktu yang nyaman untuk kita agar tulisan yang dihasilkan bisa bagus”, ujar Rendiansyah.
Panji juga menceritakan tulisannya yang dibuat untuk mewakili perasaannya tentang belajar dari rumah.
“Teman-teman semangat ya, meski sekarang kita harus belajar dari rumah dan belum bisa bertemu teman-teman di sekolah, kita harus tunjukkan pada dunia bahwa di masa depan kita akan menjadi anak yang berhasil”, ungkap Panji.
“Banyak pesan positif dari tulisan adik-adik disini yang membuat saya kagum saat membacanya. Banyak juga virus-virus positif yang ditebarkan adik-adik di dalam tulisannya. Oleh karena itu, virus-virus ini tidak boleh kalah ya dengan virus corona. Adik-adik harus tetap semangat menulis untuk menebar kebaikan pada sesama”, tutup Rendiansyah.
Workshop menulis ini diharapkan dapat menggugah semangat anak-anak Indonesia untuk meyampaikan pesan-pesan berharga dan bermanfaat bagi sesama serta menumbuhkan optimisme anak di tengah situasi Pandemi Covid-19.
Bagikan :