Penulis :
Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
Editor :
David Myoga
Penerjemah :
Karlina Irsalyana
LAMPUNG (3 Februari 2022) - Menteri Sosial Tri Rismaharini tak kuasa menahan haru saat menyambangi rumah Suci Ramadhani (8 bulan) di Dusun Rejomulyo II, Desa Banjarnegeri, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
Bayi penderita tumor di bagian mata ini setiap waktu menangis, lantaran menahan rasa sakit yang kerap dialaminya.
Kondisi penyakit anak dari pasangan Samsul Usman dan Sopiah ini sudah tergolong parah, karena bola mata bagian kanan sudah keluar. Sang bayi sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek untuk diperiksa lebih mendalam.
“Saya berterima kasih kepada media dan masyarakat yang telah menginformasikan kondisi adik kita ini. Karena sekali lagi sakitnya itu tidak bisa serta-merta. Maksudnya begini, misalkan nggak punya anus itu langsung dioperasi, kemudian selesai, tinggal lakukan kontrol. Tapi yang butuh treatment seperti ini butuh cukup banyak waktu,” papar Risma.
Di RSUD Abdul Moeloek, tim dokter menyarankan agar Suci dirujuk ke rumah sakit swasta karena tidak ada peralatan untuk mengecek penyakit yang diderita oleh sang bayi.
Terkendala oleh BPJS Kesehatan yang belum aktif, keluarga pun membawa bayi mungil ini pulang. Hal ini lantaran keluarga merasa berat harus menanggung biaya pengobatan tanpa adanya BPJS Kesehatan.
Risma sangat mengapresiasi pihak-pihak yang telah memberikan bantuan awal kepada keluarga Suci.
“Nanti ada pekerja sosial yang secara rutin akan mendampingi untuk proses, misalkan butuh ke rumah sakit dan sebagainya. Nanti juga ada teman-teman dari Kita Bisa yang akan mendampingi selama dalam proses perawatan,” kata Risma.
Bayi Suci merupakan putri keempat dari pasangan Samsul dan Sopiah. Ayahanda Suci, bekerja sebagai buruh harian dengan penghasilan tidak tetap atau berkisar Rp 1,5 juta/ bulan. Jumlah ini tak memadai mengingat pasangan Samsul dan Sopiah memiliki 3 orang anak lainnya selain Suci.
Beruntung, ketiga kakak Suci tidak mengalami kendala medis atau dalam kondisi sehat.
Namun begitu, Samsul memiliki keahlian membuat kandang burung dan berminat untuk melanjutkan kembali keahliannya setelah sempat terhenti karena terkendala pandemi Covid-19.
Sebelum pandemi, Samsul dapat membuat 1 kandang burung yang dijual dengan harga Rp 250 ribu. Dirinya mendapat keuntungan Rp 10 ribu dari satu kandang yang dibuatnya. Jika laku, modalnya akan dibuatkan kandang burung lagi dengan harga jual dan keuntungan yang sama secara berulang.
Sopiah (40) menceritakan Suci lahir dalam kondisi normal. Hanya saja sempat belekan yang telah sembuh. Namun begitu, dirinya curiga melihat bola mata sang putri pada usia 7 bulan keluar dan makin membesar. Kemudian, keluarga membawa Suci ke rumah sakit untuk melakukan CT-scan.
“Karena belum ada biaya, saya tunggu dulu. Sambil nunggu, kok anaknya nangis terus rewel gitu, jadi saya bawa ke RS Abdul Moeloek,” ujar Sopiah.
Di rumah sakit tersebut, Suci dirawat selama 9 hari. Namun pihak rumah sakit merujuk ke RS Immanuel untuk dilakukan operasi. Sempat bingung dengan biaya yang cukup tinggi, lantaran BPJS yang belum aktif, operasi Suci berhasil dilakukan atas bantuan dari warga sekitar maupun pemerintah.
“Alhamdulilah operasi Suci dapat terlaksana pada 4 Januari kemarin,” ungkap Sopiah.
Sopiah pun berterima kasih atas bantuan serta perhatian dari Kementerian Sosial kepada anaknya. Dia pun berharap sang putri bisa kembali sehat dan tumbuh besar dalam kondisi sewajarnya.
“Terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan semuanya. Berkat doa dan bantuan semuanya, Suci bisa operasi. Semoga kedepannya anak saya bisa sehat selalu,” pungkasnya.
Selain Suci, rombongan Menteri Sosial juga memberikan bantuan untuk dua pasien kronis lainnya di Lampung. Dana yang diserahkan berasal dari donatur yang dikumpulkan melalui situs Kitabisa.com.
Risma mengatakan, ketiga pasien penerima manfaat ini adalah hasil penjangkauan balai-balai milik Kementerian Sosial (Kemensos).
Bagikan :