Respon Cepat Kasus Viral Tamara “Manusia Silver”, Kemensos Berikan Bantuan ATENSI

Respon Cepat Kasus Viral Tamara “Manusia Silver”, Kemensos Berikan Bantuan ATENSI
Penulis :
Humas Balai Melati Jakarta
Editor :
David
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

JAKARTA (12 September 2021) – Kementerian Sosial melalui Balai Melati Jakarta merespon cepat informasi mengenai Tamara, manusia silver yang viral kisahnya di media online (www.suara.com) tanggal 8 September 2021.

Tamara Beneradet Reken, wanita berusia 54 tahun ini kerap mencari nafkah bersama rekan-rekannya di Persimpangan Jalan Gaplek, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Tamara mengaku nekat menjadi manusia silver setelah dipecat dari tempat kerjanya lantaran pandemi Covid-19. 

Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini yang mengetahui kisah viral Tamara segera memberikan arahan agar dilakukan asesmen kebutuhan terhadap Tamara sehingga dapat direncanakan layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yang tepat untuk mengatasi krisis yang dihadapinya. Kepala Balai Melati Jakarta, Romal Uli Jaya Sinaga menugaskan pekerja sosial untuk menemukan Tamara dan selanjutnya melakukan asesmen kebutuhan.
 
Kamis (10/9), petugas Balai Melati Jakarta belum berhasil menemukan keberadaan Tamara yang biasanya mangkal di bawah fly over Gaplek, Pamulang, Banten. Petugas balai berkoordinasi dengan wartawan media Suara Karya dan mendapatkan informasi bantuan dari Biro Humas Kementerian Sosial untuk dapat menemukan Tamara. Jumat (11/9) sekitar pukul 12.00 WIB, petugas berhasil menemukan Tamara dan melakukan asesmen kebutuhan terhadapnya.

Berdasarkan hasil asesmen, diketahui bahwa Tamara merantau ke Jakarta sejak tahun 1980. Ia bersama rekan-rekannya membuat grup musik dan hingga tahun 2013, grup musik Tamara berhasil tampil di beberapa kafe di ibukota. Tahun 2014, Tamara beralih profesi menjual bambu Jepang di sekitar Terminal Lebak Bulus. 

“Saya jual bambu Jepang tuh lama, sampe awal 2020. Karena Covid, sepi banget di terminal. Gak ada yang mau beli dagangan saya. Saya butuh makan. Yah mau gimana lagi, saya nyoba peruntungan jadi manusia silver. Orang taunya saya males kerja, masih muda tapi minta-minta. Mereka gak tau cerita hidup saya,” tutur Tamara.

“Saya biasa tidur di emperan pak. Ngapain malu. Kalo malu, gak hidup kita. Jadi manusia silver, saya bisa dapet uang sampai 300 ribu sehari. Saya belum pernah dapat bantuan dari pemerintah. Mau vaksin aja susah karena KTP hilang. Susah lagi ngurus yang baru,” keluh Tamara.

Tamara mengaku sempat merasakan sakit di sekujur kulitnya karena efek cat manusia silver. Tapi ia tak punya pilihan. Tak ada orang yang mau memberikan bantuan percuma untuk dirinya. 

Petugas balai memberikan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) bagi Tamara. Petugas menjelaskan bahaya penggunaan cat pada tubuh yang dapat memberikan efek buruk jangka panjang. Sebab, kandungan kimia yang terdapat pada cat dapat meresap ke dalam kulit dan bersifat karsinogenik. Hal ini memicu kanker dan iritasi kulit hebat akibat penggunaan cat tersebut. 

Petugas akhirnya berhasil meyakinkan Tamara untuk beralih profesi agar tak lagi menjadi manusia silver dan hidup menggelandang di jalan. Senin (13/9), Tamara direncanakan diantar ke Balai Melati Jakarta untuk mendapatkan layanan ATENSI Residensial.

Satu unit usaha telah disiapkan bagi Tamara di Sentra Kreasi Atensi (SKA) Balai Melati Jakarta agar Tamara dapat mulai berwirausaha dan mengatasi krisis yang dihadapinya. Pihak Balai Melati juga memfasilitasi proses pengurusan KTP baru dan pendaftaran vaksinasi Covid-19 bagi Tamara. 


Bagikan :