Kemensos Bekali Ibu-ibu Penyintas Gempa Cianjur dengan Berbagai Keterampilan
Penulis :
Alif Mufida Ulya
CIANJUR (8 Desember 2022) – Rempah aneka rupa bercampur santan kelapa dan daging sapi bertemu dalam kuali-kuali berukuran tak biasa. Bara api dari tungku membuat isi dalam kuali bergolak.
Bersama pecahnya gelembung kuah yang mendidih, aromanya menyeruak ke luar tenda. Hmmm… Kemanapun aroma ini pergi, bakal membuat isi perut meronta.
Di dalam tenda, sekelompok ibu-ibu dari Desa Sukamanah, Kecamatan Karangtengah, tampak sibuk dengan aktivitas memasak. Meracik bumbu, mengaduk santan. Memastikan setiap detail bumbu meresap ke dalam daging dengan sempurna.
“Hari ini, kami diajak, dilatih tim dari Kementerian Sosial bikin rendang daging khas Padang,” kata Yeti Susanti (40), salah seorang penyintas di lokasi pengungsian Desa Sukamanah, Kecamatan Karangtengah, Cianjur, Rabu (7/12).
Yeti mengatakan, hari ini menjadi hari pertama dia dan ibu-ibu sesama penyintas lainnya menerima pelatihan kewirausahaan kuliner dari Kementerian Sosial (Kemensos). Pelatihan kewirausahaan ini merupakan bagian dari Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang diberikan Kemensos kepada penyintas bencana.
Diakui Yeti, memasak daging rendang juga menjadi pengalaman pertama baginya. “Ini hari pertama. Menyenangkan sekali, kami bisa memasak bersama. Apalagi daging rendang, baru pertama juga saya masaknya,” kata ibu beranak empat ini.
Menurutnya, pelatihan yang diberikan Kemensos, mampu membunuh waktu dan rasa jenuh yang sebelumnya hanya ia habiskan di dalam tenda. “Alhamdulillah, pelatihan dari Kemensos ini sangat bermanfaat bagi kami. Dengan aktivitas ini, kami tidak jenuh lagi di pengungsian,” kata dia.
Lebih lanjut, dia menyebut akan melanjutkan keterampilan yang dia pelajari dari pelatihan kewirausahaan kuliner ini selepas dia tidak lagi tinggal di pengungsian di kemudian hari.
“Insya Allah, kami pasti akan melanjutkan (usaha ini), karena ini bermanfaat untuk saya dan keluarga saya nantinya, bisa menghasilkan (pundi-pundi rupiah),” ucap ibu rumah tangga ini.
Yeti menjadi salah satu penyintas asal Kampung Selaawi, Desa Sukamanah, Kecamatan Karangtengah, Cianjur, yang terpaksa mengungsi lantaran rumahnya ambruk akibat gempa Cianjur lebih dari dua pekan lalu. Hingga hari ke-16, dia masih harus mengungsi di tenda Kemensos.
Bekal keterampilan kewirausahaan merupakan instruksi Menteri Sosial Tri Rismaharini. Tujuannya, agar penyintas dapat mengatasi kejenuhan dan memiliki bekal keterampilan. Pelatihan kuliner masakan Padang ini digagas Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Padang, bersama Sentra “Abiyoso” di Cimahi.
Kepala BBPPKS Padang Hasim mengungkap kedatangan tim yang dinahkodainya sejak Kamis (1/12) pekan lalu, dengan membawa resep kuliner masakan Padang untuk diajarkan kepada ibu-ibu penyintas gempa Cianjur berangkat dari asesmen yang sudah lebih dulu dilakukan.
“Pelatihan kita melalui asesmen dulu yang menekankan pada minat, pasar, sumber daya yang ada, kemudian SDM, dan pertimbangan ekosistem usahanya, yakni warung makan, lebih khususnya, masakan Nasi Padang. Hasil asesmen kami menyatakan banyak sekali masyarakat di sini menyukai masakan Padang dan laris. Nah, kita asesmennya ke arah sana,” katanya saat dimintai keterangan.
Kemudian, lanjutnya, penguasaan keterampilan memasak. Dia berharap, bukan hanya dikuasai, namun juga dijadikan keterampilan yang produktif untuk membuka warung atau rumah makan.
“Ini harapan kita, sehingga pada akhirnya, akan menambah penghasilan keluarga, membantu mata pencaharian suami, meningkatkan pendapatan, dan recovery untuk pasca bencana ini cepat terwujud,” katanya menambahkan.
Di 6 Kecamatan
Kepala Pusat Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) Kemensos, Afrizon Tanjung, saat dikonfirmasi via telepon, mengatakan pelatihan ini merupakan upaya Kemensos menyiapkan penyintas menghadapi fase pasca bencana.
“Melalui pelatihan-pelatihan itu, kita berharap ada dampak berkelanjutan, tidak saja untuk mengisi waktu luang, atau menghilangkan kecemasan dan kejenuhan, tetapi juga, kita persiapkan bagaimana mereka bangkit lagi setelah nanti kembali ke rumah setelah tidak lagi mengungsi,” ungkap Afrizon.
Selain Kecamatan Karangtengah, dia menyebut, berbagai jenis pelatihan juga diberikan kepada para penyintas gempa Cianjur di lima lokasi pengungsian di kecamatan lain, yakni Kecamatan Pacet, Kecamatan Cianjur, Kecamatan Cugenang, Kecamatan Gekbrong, dan Kecamatan Warungkondang.
Di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, dilakukan pelatihan kewirausahaan di bidang kuliner, berupa pengolahan Bumbu Pical Padang dan Sambalado Tanak, serta jajanan pasar, aneka rendang dan olahan singkong. Pelatihan di lokasi ini, berada di bawah tanggung jawab BBPPKS Padang dan Sentra Terpadu “Inten Soeweno” (STIS) di Cibinong.
Sementara, di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, pelatihan kewirausahaan di bidang kuliner, berupa minuman kekinian, aneka jajanan anak dan remaja, di bawah dampingan Pusdiklatbangprof dan Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung. Selain itu, ada pula di bidang kerajinan, berupa kerajinan tas anyaman, di bawah dampingan BBPPKS Yogyakarta. Keduanya, berkolaborasi dengan Sentra “Mulya Jaya” di Jakarta.
Adapun, di Lapangan Cariu di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, dilakukan pelatihan kewirausahaan di bidang kuliner, berupa aneka jajanan anak dan remaja, di bawah pengawasan BBPPKS Banjarmasin dan Sentra Terpadu “Pangudi Luhur” (STPL) di Bekasi. Begitu pun, di Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, yang berkolaborasi dengan Sentra Terpadu “Baturraden” di Banyumas dan Sentra “Galih Pakuan” di Bogor.
Kemudian, di Desa Cikantana, Kecamatan Gekbrong, dilakukan pelatihan kewirausahaan di bidang kuliner kaki lima, berupa minuman ringan, di bawah tanggung jawab BBPPKS Bandung bersama Sentra “Antasena” di Magelang.
Di Desa Jambu Dipa, Kecamatan Warungkondang, pelatihan kewirausahaan di bidang bangunan, berupa pembuatan bata tahan gempa model interlock, di bawah dampingan Pusdiklatbangprof, BBPPKS Yogyakarta, bersinergi dengan STPL di Bekasi, STIS di Cibinong, Sentra Terpadu “Kartini” di Temanggung, Sentra Terpadu “Prof. Dr. Soeharso” di Solo dan Sentra “Handayani” di Jakarta.
Di samping itu juga, di bidang kerajinan tangan, berupa pembuatan keset dari kain perca dan kemoceng dari tali rafia. Termasuk, di bidang pertanian dan kuliner, berupa budidaya dan pengolahan jamur tiram. Kedua jenis pelatihan ini berada di bawah tanggung jawab BBPPKS Makassar.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI
Bersama pecahnya gelembung kuah yang mendidih, aromanya menyeruak ke luar tenda. Hmmm… Kemanapun aroma ini pergi, bakal membuat isi perut meronta.
Di dalam tenda, sekelompok ibu-ibu dari Desa Sukamanah, Kecamatan Karangtengah, tampak sibuk dengan aktivitas memasak. Meracik bumbu, mengaduk santan. Memastikan setiap detail bumbu meresap ke dalam daging dengan sempurna.
“Hari ini, kami diajak, dilatih tim dari Kementerian Sosial bikin rendang daging khas Padang,” kata Yeti Susanti (40), salah seorang penyintas di lokasi pengungsian Desa Sukamanah, Kecamatan Karangtengah, Cianjur, Rabu (7/12).
Yeti mengatakan, hari ini menjadi hari pertama dia dan ibu-ibu sesama penyintas lainnya menerima pelatihan kewirausahaan kuliner dari Kementerian Sosial (Kemensos). Pelatihan kewirausahaan ini merupakan bagian dari Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang diberikan Kemensos kepada penyintas bencana.
Diakui Yeti, memasak daging rendang juga menjadi pengalaman pertama baginya. “Ini hari pertama. Menyenangkan sekali, kami bisa memasak bersama. Apalagi daging rendang, baru pertama juga saya masaknya,” kata ibu beranak empat ini.
Menurutnya, pelatihan yang diberikan Kemensos, mampu membunuh waktu dan rasa jenuh yang sebelumnya hanya ia habiskan di dalam tenda. “Alhamdulillah, pelatihan dari Kemensos ini sangat bermanfaat bagi kami. Dengan aktivitas ini, kami tidak jenuh lagi di pengungsian,” kata dia.
Lebih lanjut, dia menyebut akan melanjutkan keterampilan yang dia pelajari dari pelatihan kewirausahaan kuliner ini selepas dia tidak lagi tinggal di pengungsian di kemudian hari.
“Insya Allah, kami pasti akan melanjutkan (usaha ini), karena ini bermanfaat untuk saya dan keluarga saya nantinya, bisa menghasilkan (pundi-pundi rupiah),” ucap ibu rumah tangga ini.
Yeti menjadi salah satu penyintas asal Kampung Selaawi, Desa Sukamanah, Kecamatan Karangtengah, Cianjur, yang terpaksa mengungsi lantaran rumahnya ambruk akibat gempa Cianjur lebih dari dua pekan lalu. Hingga hari ke-16, dia masih harus mengungsi di tenda Kemensos.
Bekal keterampilan kewirausahaan merupakan instruksi Menteri Sosial Tri Rismaharini. Tujuannya, agar penyintas dapat mengatasi kejenuhan dan memiliki bekal keterampilan. Pelatihan kuliner masakan Padang ini digagas Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Padang, bersama Sentra “Abiyoso” di Cimahi.
Kepala BBPPKS Padang Hasim mengungkap kedatangan tim yang dinahkodainya sejak Kamis (1/12) pekan lalu, dengan membawa resep kuliner masakan Padang untuk diajarkan kepada ibu-ibu penyintas gempa Cianjur berangkat dari asesmen yang sudah lebih dulu dilakukan.
“Pelatihan kita melalui asesmen dulu yang menekankan pada minat, pasar, sumber daya yang ada, kemudian SDM, dan pertimbangan ekosistem usahanya, yakni warung makan, lebih khususnya, masakan Nasi Padang. Hasil asesmen kami menyatakan banyak sekali masyarakat di sini menyukai masakan Padang dan laris. Nah, kita asesmennya ke arah sana,” katanya saat dimintai keterangan.
Kemudian, lanjutnya, penguasaan keterampilan memasak. Dia berharap, bukan hanya dikuasai, namun juga dijadikan keterampilan yang produktif untuk membuka warung atau rumah makan.
“Ini harapan kita, sehingga pada akhirnya, akan menambah penghasilan keluarga, membantu mata pencaharian suami, meningkatkan pendapatan, dan recovery untuk pasca bencana ini cepat terwujud,” katanya menambahkan.
Di 6 Kecamatan
Kepala Pusat Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) Kemensos, Afrizon Tanjung, saat dikonfirmasi via telepon, mengatakan pelatihan ini merupakan upaya Kemensos menyiapkan penyintas menghadapi fase pasca bencana.
“Melalui pelatihan-pelatihan itu, kita berharap ada dampak berkelanjutan, tidak saja untuk mengisi waktu luang, atau menghilangkan kecemasan dan kejenuhan, tetapi juga, kita persiapkan bagaimana mereka bangkit lagi setelah nanti kembali ke rumah setelah tidak lagi mengungsi,” ungkap Afrizon.
Selain Kecamatan Karangtengah, dia menyebut, berbagai jenis pelatihan juga diberikan kepada para penyintas gempa Cianjur di lima lokasi pengungsian di kecamatan lain, yakni Kecamatan Pacet, Kecamatan Cianjur, Kecamatan Cugenang, Kecamatan Gekbrong, dan Kecamatan Warungkondang.
Di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, dilakukan pelatihan kewirausahaan di bidang kuliner, berupa pengolahan Bumbu Pical Padang dan Sambalado Tanak, serta jajanan pasar, aneka rendang dan olahan singkong. Pelatihan di lokasi ini, berada di bawah tanggung jawab BBPPKS Padang dan Sentra Terpadu “Inten Soeweno” (STIS) di Cibinong.
Sementara, di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, pelatihan kewirausahaan di bidang kuliner, berupa minuman kekinian, aneka jajanan anak dan remaja, di bawah dampingan Pusdiklatbangprof dan Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung. Selain itu, ada pula di bidang kerajinan, berupa kerajinan tas anyaman, di bawah dampingan BBPPKS Yogyakarta. Keduanya, berkolaborasi dengan Sentra “Mulya Jaya” di Jakarta.
Adapun, di Lapangan Cariu di Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, dilakukan pelatihan kewirausahaan di bidang kuliner, berupa aneka jajanan anak dan remaja, di bawah pengawasan BBPPKS Banjarmasin dan Sentra Terpadu “Pangudi Luhur” (STPL) di Bekasi. Begitu pun, di Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, yang berkolaborasi dengan Sentra Terpadu “Baturraden” di Banyumas dan Sentra “Galih Pakuan” di Bogor.
Kemudian, di Desa Cikantana, Kecamatan Gekbrong, dilakukan pelatihan kewirausahaan di bidang kuliner kaki lima, berupa minuman ringan, di bawah tanggung jawab BBPPKS Bandung bersama Sentra “Antasena” di Magelang.
Di Desa Jambu Dipa, Kecamatan Warungkondang, pelatihan kewirausahaan di bidang bangunan, berupa pembuatan bata tahan gempa model interlock, di bawah dampingan Pusdiklatbangprof, BBPPKS Yogyakarta, bersinergi dengan STPL di Bekasi, STIS di Cibinong, Sentra Terpadu “Kartini” di Temanggung, Sentra Terpadu “Prof. Dr. Soeharso” di Solo dan Sentra “Handayani” di Jakarta.
Di samping itu juga, di bidang kerajinan tangan, berupa pembuatan keset dari kain perca dan kemoceng dari tali rafia. Termasuk, di bidang pertanian dan kuliner, berupa budidaya dan pengolahan jamur tiram. Kedua jenis pelatihan ini berada di bawah tanggung jawab BBPPKS Makassar.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI
Bagikan :