Angka Graduasi PKH di Jawa Tengah Capai 182.611 KPM

Angka Graduasi PKH di Jawa Tengah Capai 182.611 KPM
Penulis :
Alif Mufida Ulya (OHH Ditjen Linjamsos)
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N

SURAKARTA (27 September 2020) Provinsi Jawa Tengah menjadi provinsi tertinggi di Indonesia yang berhasil melakukan graduasi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH). Data Kementerian Sosial menunjukan sebanyak 182.611 KPM PKH telah graduasi mandiri di Jawa Tengah hingga pertengahan bulan September 2020.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Pepen Nazaruddin, menjelaskan keberhasilan Provinsi Jawa Tengah dalam melakukan graduasi terbanyak tidak lepas dari peran Pendamping Sosial PKH.

"(Hal) ini menunjukan keberhasilan pendamping PKH. Mereka senantiasa memberikan bimbingan kepada KPM untuk dapat lepas dari jerat kemiskinan," jelas Pepen.

Pepen menambahkan kerja sama yang baik antara pendamping dengan KPM dalam melaksanakan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) menjadi salah satu kunci sukses graduasi di Provinsi Jawa Tengah.

"Dalam P2K2, sejatinya KPM diberikan edukasi dan pembinaan mental. Ya, masyarakat harus diberikan pemahaman mental agar tidak selalu mengharapkan bantuan atau (menengadahkan) tangan di bawah. Masyarakat harus bisa mandiri secara ekonomi dan optimis," tambah Pepen.

Kementerian Sosial mencatat keberhasilan Jawa Tengah ini diikuti oleh dua provinsi lainnya, yaitu Jawa Timur dan Jawa Barat. Provinsi Jawa Timur tercatat sebanyak 172.509, sedangkan Provinsi Jawa Barat sebanyak 149.228 KPM.

"KPM yang telah graduasi dari awal tahun hingga Agustus ini secara nasional mencapai 711.126 keluarga, atau mencapai 71,1 persen dari target 1 juta KPM," tegas Pepen.

Pemerintah akan terus memantau dan memberikan pendampingan kepada KPM PKH yang telah graduasi agar mereka tidak jatuh miskin kembali atau turun kelas.

"Ibarat anak sekolah, KPM sudah naik kelas atau sudah lulus. Kalau sudah lulus jangan balik lagi jadi KPM. Kalau sudah lulus sebaiknya sekolah lagi lebih tinggi," jelas Pepen.

Pepen menambahkan tugas negara dalam mengurangi angka kemiskinan bukan hanya pekerjaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Tapi yang lebih penting adalah motivasi dari dalam diri KPM sendiri. 

"KPM harus ada motivasi supaya hidup ke depan lebih baik. Baik bagi KPM baik pula buat Indonesia ke depan. Bila kemiskinan bisa segera dikurangi maka harapan Bapak Presiden dan Bapak Menteri Sosial agar Indonesia menjadi negara berpendapat menengah pada tahun 2045, tepat 100 tahun Indonesia merdeka, bisa tercapai dengan baik," katanya. 

Bertahan di Masa Pandemi

Lestari (50), KPM PKH asal Kabupaten Karanganyar yang memiliki usaha konveksi ini, mengaku sangat senang dengan adanya pemantauan dan pendampingan yang masih dilakukan pendamping PKH Kabupaten Karanganyar, meski ia telah graduasi pada tahun 2019.

"Teman-teman Pendamping, sampai saat ini, masih kerap berkunjung ke rumah saya untuk menanyakan kondisi kami dan terus memberikan motivasi. Ini membuat saya dan suami semangat bekerja, terutama di masa pandemi seperti sekarang," ucap ibu dari 4 anak ini.

Lestari mengisahkan usaha konveksi yang dirintisnya selama menjadi KPM PKH saat ini tengah mengalami masa sulit akibat adanya pandemi COVID-19. Ia pun harus memutar otak agar bisa bertahan hingga pandemi usai.

Terlebih, menurutnya, ia telah memiliki sejumlah karyawan yang tetap harus dipenuhi upah kerjanya.

"Dalam masa pandemi ini, berapa pun order jahitan saya terima, yang penting ada pemasukan. Di masa pandemi begini, saya terpaksa harus mengurangi jumlah pegawai dari 12 menjadi 5 penjahit, saya juga turun langsung ikut menjahit," terangnya.

Lestari memulai usaha menjahit dengan membuat pakaian sehari-hari dan sempat berkembang dengan membuat pakaian outdoor serta tas. 

Kini, ia harus kembali membuat pakaian sehari-hari. Untuk bisa bertahan, selain mengurangi jumlah karyawan, Lestari juga rajin mendatangi penjual pakaian yang menjual dagangannya secara online.

"Setiap hari, saya dibantu anak untuk membuka media sosial dan mencari penjual pakaian di sana. Lalu, saya mencatat kontaknya dan menghubungi mereka untuk menawarkan jasa jahitan saya," imbuhnya.

Berkomunikasi dengan pedagang satu ke pedagang baju lainnya tiap hari Lestari jalani agar bisa terus mendapatkan order jahitan dan bisa bertahan di masa pandemi.

"Saya harus bisa bertahan karena yang menggantungkan hidup dari usaha jahitan ini tidak hanya saya, tetapi juga keluarga ibu-ibu yang ikut bekerja pada saya di sini," lanjutnya.

Pendemi COVID-19 ini tidak hanya melumpuhkan perekonomian secara nasional saja, akan tetapi juga berimbas kepada usaha yang tengah dijalankan KPM PKH. 
Bagikan :