Mensos Risma Berikan Bantuan Pemberdayaan untuk Masyarakat Kepulauan Tanimbar
Penulis :
Annisa Nur Hanifah
Penerjemah :
Fia Arista Dewi
KEPULAUAN TANIMBAR (26 Juni 2024) - Kunjungan kerja ke Kepulauan Tanimbar, Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan berbagai bantuan pemberdayaan untuk masyarakat di Pendopo Bupati Kepulauan Tanimbar pada Rabu (26/6). Beberapa bantuan pemberdayaan yang diberikan antara lain berupa alat dan bahan tenun, alat pengolahan ikan laut, alat pengolahan minyak kelapa dan ayam petelur. Selain itu juga pemberdayaan budidaya ikan keramba, mesin perahu tempel dan alat tangkap ikan, serta pemberdayaan budidaya rumput laut.
Mensos Risma berbincang langsung dengan beberapa warga untuk menanyakan kebutuhannya serta memberikan saran untuk perkembangan usahanya kedepan. Kepada kelompok pengrajin tenun Kepulauan Tanimbar, Mensos Risma memberikan saran untuk lebih memperbanyak warna benangnya dan jangan hanya menghasilkan kain saja tetapi bisa dibikin tas agar nilai harganya lebih mahal. “Sekarang yang dicari orang itu warna-warna alam, dari daun-daun. Memang harus begitu, kalau mau laku, kita bukan sekadar buat, nanti kami ajari. Kalau hanya jadi baju, orang belinya satu. Kalau dibikin satunya tas, satunya baju, saya beli dua-duanya," kata Mensos Risma.
Mensos Risma kemudian memberikan solusi kepada kelompok nelayan Tanimbar yang menerima bantuan alat pengolahan ikan laut
untuk meningkatkan pendapatan dengan melatih istri-istri nelayan dalam mengolah ikan menjadi produk bernilai tinggi, seperti bakso ikan, empek-empek, dendeng, dan abon. "Jika ikan hanya dijual segar, keuntungannya terbatas. Namun, jika diolah menjadi produk lain, dapat dijual ke pasar yang lebih luas, termasuk Jakarta, Surabaya, dan Bandung," kata Mensos Risma. Selanjutnya Mensos Risma juga menekankan pentingnya intensifikasi dalam pengelolaan hasil tangkapan ikan. "Sebagian ikan dijual segar, sebagian lagi diolah menjadi produk seperti dendeng dan abon,” kata Mensos
Kepada kelompok petani kelapa Mensos Risma mengatakan bahwa pengolahan kelapa menjadi minyak goreng memberikan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan hanya menjadikannya kopra. Namun, dengan adanya bantuan alat pengolah minyak kelapa ini, buah kelapa dapat diolah menjadi minyak kelapa yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Masyarakat juga berencana untuk memanfaatkan batok kelapa yang selama ini terbuang, dengan menjadikannya sebagai arang yang bisa dijual dan digunakan untuk keperluan memasak, sehingga dapat mengurangi biaya pembelian gas atau minyak. “Mungkin kita bisa jadikan arang lalu kita produksi jadi arang supaya kita bisa jual ke ibu-ibu yang lain," kata Leobardus Batmomolin (31) penerima bantuan alat pengolahan minyak kelapa.
Mensos Risma kemudian menyarankan kepada petani rumput laut yang biasanya menjual rumput laut dalam keadaan basah, untuk mengolah rumput laut tersebut menggunakan alat pengering agar dapat di pasarkan lebih jauh lagi, karena jika dalam keadaan basah, harganya murah tetapi biaya kirimnya mahal. Namun sebaliknya jika dalam keadaan kering harganya akan lebih mahal namun biaya kirimnya lebih murah. Mensos Risma meminta anak-anak muda untuk mengolah rumput laut tersebut dan akan memberikan pelatihannya.
Menurut Mensos Risma, setelah berbincang dengan beberapa penerima bantuan, beberapa masalah muncul salah satunya terkait pemasaran yang masih disekitar wilayah lokal saja. “Nah, kemudian tadi ditemukan beberapa masalahnya adalah bagaimana memasarkan. Kita memang biasanya bukan sekadat trainning kemudian selesai, tetapi kita ajarkan bagaimana cara memasarkan,” kata Mensos Risma. Kementerian Sosial tidak hanya sekedar memberikan bantuan saja, tetapi juga akan memberikan pelatihan secara bertahap bagaimana cara mengemas dan memasarkan produk agar perekonomian masyarakat dapat meningkat.
Mensos Risma berbincang langsung dengan beberapa warga untuk menanyakan kebutuhannya serta memberikan saran untuk perkembangan usahanya kedepan. Kepada kelompok pengrajin tenun Kepulauan Tanimbar, Mensos Risma memberikan saran untuk lebih memperbanyak warna benangnya dan jangan hanya menghasilkan kain saja tetapi bisa dibikin tas agar nilai harganya lebih mahal. “Sekarang yang dicari orang itu warna-warna alam, dari daun-daun. Memang harus begitu, kalau mau laku, kita bukan sekadar buat, nanti kami ajari. Kalau hanya jadi baju, orang belinya satu. Kalau dibikin satunya tas, satunya baju, saya beli dua-duanya," kata Mensos Risma.
Mensos Risma kemudian memberikan solusi kepada kelompok nelayan Tanimbar yang menerima bantuan alat pengolahan ikan laut
untuk meningkatkan pendapatan dengan melatih istri-istri nelayan dalam mengolah ikan menjadi produk bernilai tinggi, seperti bakso ikan, empek-empek, dendeng, dan abon. "Jika ikan hanya dijual segar, keuntungannya terbatas. Namun, jika diolah menjadi produk lain, dapat dijual ke pasar yang lebih luas, termasuk Jakarta, Surabaya, dan Bandung," kata Mensos Risma. Selanjutnya Mensos Risma juga menekankan pentingnya intensifikasi dalam pengelolaan hasil tangkapan ikan. "Sebagian ikan dijual segar, sebagian lagi diolah menjadi produk seperti dendeng dan abon,” kata Mensos
Kepada kelompok petani kelapa Mensos Risma mengatakan bahwa pengolahan kelapa menjadi minyak goreng memberikan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan hanya menjadikannya kopra. Namun, dengan adanya bantuan alat pengolah minyak kelapa ini, buah kelapa dapat diolah menjadi minyak kelapa yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Masyarakat juga berencana untuk memanfaatkan batok kelapa yang selama ini terbuang, dengan menjadikannya sebagai arang yang bisa dijual dan digunakan untuk keperluan memasak, sehingga dapat mengurangi biaya pembelian gas atau minyak. “Mungkin kita bisa jadikan arang lalu kita produksi jadi arang supaya kita bisa jual ke ibu-ibu yang lain," kata Leobardus Batmomolin (31) penerima bantuan alat pengolahan minyak kelapa.
Mensos Risma kemudian menyarankan kepada petani rumput laut yang biasanya menjual rumput laut dalam keadaan basah, untuk mengolah rumput laut tersebut menggunakan alat pengering agar dapat di pasarkan lebih jauh lagi, karena jika dalam keadaan basah, harganya murah tetapi biaya kirimnya mahal. Namun sebaliknya jika dalam keadaan kering harganya akan lebih mahal namun biaya kirimnya lebih murah. Mensos Risma meminta anak-anak muda untuk mengolah rumput laut tersebut dan akan memberikan pelatihannya.
Menurut Mensos Risma, setelah berbincang dengan beberapa penerima bantuan, beberapa masalah muncul salah satunya terkait pemasaran yang masih disekitar wilayah lokal saja. “Nah, kemudian tadi ditemukan beberapa masalahnya adalah bagaimana memasarkan. Kita memang biasanya bukan sekadat trainning kemudian selesai, tetapi kita ajarkan bagaimana cara memasarkan,” kata Mensos Risma. Kementerian Sosial tidak hanya sekedar memberikan bantuan saja, tetapi juga akan memberikan pelatihan secara bertahap bagaimana cara mengemas dan memasarkan produk agar perekonomian masyarakat dapat meningkat.
نشر :