Pulihkan Hak-Hak Korban Pelanggaran HAM Berat, Kemensos Salurkan Bantuan di Provinsi Aceh

Pulihkan Hak-Hak Korban Pelanggaran HAM Berat, Kemensos Salurkan Bantuan di Provinsi Aceh
Penulis :
Biro Humas
Penerjemah :
Dian Catur/Karlina Irsalyana

PIDIE (27 Juni 2023) - Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini mendampingi Presiden RI Joko Widodo pada kegiatan peluncuran Program Pelaksanaan Rekomendasi Penyelesaian Non Yudisial Pelanggaran HAM berat di Indonesia.

Pada awal bulan Januari 2023, Presiden RI telah memutuskan bahwa pemerintah menempuh penyelesaian non yudisial yang fokus pada pemulihan hak-hak korban tanpa mengesampingkan mekanisme yudisial.

"Alhamdulillah bisa mulai direalisasikan pemulihan hak-hak korban pelanggaran HAM yang berat di 12 peristiwa yang sekaligus menandai komitmen bersama untuk melakukan upaya-upaya pencegahan agar hal serupa tidak terulang kembali di masa yang akan datang," kata Presiden RI di Halaman Rumoh Geudong, Desa Bili, Kemukiman Aron, Kecataman Glumpang Tiga, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.

Program Pelaksanaan Rekomendasi Penyelesaian Non Yudisial Pelanggaran HAM berat ini melibatkan 19 kementerian/lembaga, salah satunya Kementerian Sosial. Kementerian Sosial memegang peran sesuai Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2023.

Presiden menginstruksikan Menteri Sosial untuk memberi bantuan dan/atau rehabilitasi sosial serta memberikan jaminan hari tua bagi korban atau ahli warisnya dan korban terdampak yang berusia lanjut. 

Atas instruksi tersebut, Kementerian Sosial menyerahkan bantuan senilai total Rp1.253.916.500 untuk para korban/ahli waris pelanggaran HAM Berat di Provinsi Aceh, Selasa (26/6).

Bantuan tersebut terdiri dari bantuan PKH untuk 99 orang dengan indeks Rp900 ribu/bulan selama 3 bulan. Kemudian bantuan sembako berupa uang tunai untuk 106 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan indeks Rp900 ribu/bulan selama 3 bulan.

Ada juga bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi) yang diberikan berdasarkan hasil asesmen. Bantuan ini diberikan kepada 289 Penerima Manfaat (PM) yang terdiri dari anak-anak, penyandang disabilitas hingga lansia. Bantuan terdiri dari pemenuhan kebutuhan dasar berupa sembako, nutrisi, peralatan sekolah hingga kewirausahaan sesuai hasil asesmen masing-masing PM.

Tidak sampai disitu, bantuan berupa sembako dengan indeks Rp150 ribu per paket pun diberikan untuk 1.000 orang di Provinsi Aceh.

Pada kesempatan ini, bantuan-bantuan tersebut langsung diserahkan secara simbolis oleh Presiden RI kepada perwakilan penerima manfaat.

Kementerian dan lembaga negara serta tim pemantau sudah menyusun program-program dan sebagian sudah mulai direalisasikan. Provinsi Aceh dipilih sebagai awal dimulainya realisasi rekomendasi tim PP HAM didasarkan pada tiga hal. 

Pertama, kontribusi penting dan bersejarah rakyat dan Provinsi Aceh terhadap kemerdekaan Republik Indonesia. Kedua, penghormatan negara terhadap bencana tsunami tahun 2004 dan ketiga, penghormatan pemerintah yang begitu tinggi terhadap proses perdamaian yang berlangsung di Aceh. 

Ketiga hal tersebut memiliki dimensi kemanusiaan yang kuat, relevan dengan agenda pemenuhan hak korban dan pencegahan yang sudah, sedang dan akan terus dilakukan.

Joko Widodo berharap proses yang baik ini jadi pembuka jalan bagi upaya-upaya untuk menyembuhkan luka-luka yang ada. "Saya berharap ini awal bagi terbangunnya kehidupan yang adil, damai dan sejahtera di atas pondasi perlindungan dan penghormatan pada hak-hak asasi manusia dan kemanusiaan," kata Presiden 2 periode ini.

Mensos sesaat sebelum berlangsungnya acara sempat berbincang dengan Hafnidaryani, orangtua dari Alfian Nur (14), penerima kursi roda adaptif. Mensos meyakinkan bahwa Alfian yang tidak bisa berjalan sejak lahir bisa mendapat penanganan lebih lanjut. “Supaya mendapatkan terapi lebih baik, Alfian bisa dirawat di Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta,” kata Mensos.

Upaya lainnya yang dilakukan Kemensos adalah memberikan dukungan usaha, salah satunya Samsul Bahri (36) penerima manfaat asal Aceh Utara. Ia sempat bercerita bahwa dirinya pernah mengalami trauma-trauma akibat peristiwa sejarah masa lalu. Namun ia mengapresiasi berbagai upaya pemerintah untuk menyembuhkan traumanya.

"Kami pernah merasa terancam, kami trauma dengan sejarah kemarin. Harapan kami kepada pemerintah, kami diberi semangat dengan bantuan ini. Terima kasih atas perhatian dari Kementerian Sosial kepada kami untuk mengembangkan usaha kelontong ini," katanya sesaat setelah menerima bantuan motor roda tiga untuk usaha kelontong.

Peluncuran program ini juga dihadiri oleh Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Menko Polhukam Mahfud MD dan para para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Panglima TNI, Kapolri, para duta besar negara sahabat dan kepala perwakilan organisasi internasional, Forkopimda Aceh serta IDI Aceh Utara dan Aceh Selatan.

Turut hadir mendampingi Mensos Staf Khusus Menteri Sosial Bidang Komunikasi dan Media Massa Don Rozano Sigit Prakoeswa, Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Pepen Nazaruddin, Direktur Rehsos Korban Bencana dan Kedaruratan Rachmat Koesnadi, Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial dan Non Alam Mira Riyati Kurniasih, Kepala Sentra Insyaf Medan Iman Imaduddin dan Kepala Sentra Darussa'adah Aceh Susi Mulyati.

نشر :