Bekal Pelatihan Elektronik dari Kemensos, Hakim Telah Mandiri dan Menginspirasi Generasi Muda
MAKASSAR (20 September 2023) - Pria
paruh baya itu tampak serius menunjuk beberapa komponen alat elektronik yang
ada di hadapannya. Sesekali ia melemparkan pandangan ke dua pemuda berseragam
putih abu-abu. Dua pemuda itu merespon dengan “anggukan” tanda mereka telah
mengerti apa yang disampaikan.
Si pria paruh baya, Abdul Hakim Delongko tengah
memberi arahan kepada dua siswa yang magang di rumah servicenya, 3 Penca
Elektronik. Hakim merupakan salah satu alumni Sentra Wirajaya Makassar milik
Kementerian Sosial.
Pengusaha service elektronik ini memulai kiprahnya,
di Kota Makassar tahun 2009, setelah ia merasa tak lagi sanggup menjalani
pekerjaan sebagai tukang batu dan tukang becak. Kaki sebelah kirinya tidak
berfungsi atau lumpuh, akibat serangan polio sejak usia 4 tahun.
Keterbatasannya membuat pekerjaan itu menjadi terasa berat.
Dari kesulitannya itu, Hakim tak patah arang.
Justru ia bertekad mengasah keahliannya di bidang lain. Ia mulai mencari
pengalaman sebagai buruh service mesin ketik milik tetangganya. Dengan upah
Rp50 ribu per 1 unit service, ia merasa mulai menguasai keterampilan tersebut.
Tidak berselang lama, ia didorong oleh ibunya untuk
mengikuti pelatihan elektronik di Sentra Wirajaya Makassar. Selama 1 tahun
Hakim mendalami keterampilan tersebut. Kebetulan, saat itu Hakim mendapat
kesempatan emas dilatih oleh mahasiswa dari Jepang yang ada di Sentra Wirajaya.
"Di sentra, kami dibina dari fisik, mental,
spiritual dan juga ikut pelatihan elektronik. Kami pilih pelatihan ini karena
pernah punya pengalaman ikut grup usaha disabilitas, saya ambil bagian service
mesin ketik," kata Hakim.
Hakim diajarkan mengenal berbagai komponen
elektronik, cara mengukur hingga cara memperbaiki alat elektronik seperti tv,
radio, kipas angin dan alat rumah tangga lainnya. Pasca pelatihan, Hakim diberi
bantuan oleh Kemensos berupa peralatan service elektronik untuk modal membuka
usaha.
Tidak hanya itu, saat di Sentra Wirajaya milik
Kemensos, Kaki kiri Hakim diberi alat bantu berupa besi penyangga
(ortesa/brace) untuk memudahkannya berjalan dan melakukan aktivitas
sehari-hari.
Bekal keterampilan dan peralatan itu ia maksimalkan
dengan membuka usaha service elektronik. Kini ia mandiri secara sosial dan
ekonomi. pendapatannya berkisar antara Rp1 juta s.d Rp2 juta per minggu.
Selain jadi tempatnya mengais rezeki, tempat
servicenya ini jadi tempat berbagi ilmu seputar dunia elektronik. Hakim
dipercaya untuk menerima siswa-siswa magang di rumah servicenya. Mulai dari SMK
Pembangunan Toraja, SMK 1 Pinrang, SMK 1 Limbung dan SMK lainnya mengirimkan
siswanya untuk magang di rumah service 3 Penca Elektronik. Hakim juga
bekerjasama dengan Sentra Wirajaya untuk memberi pelatihan elektronik kepada
para penerima manfaat.
"Kalau dihitung sudah 700an siswa yang magang
disini. Sekarang ada yang sudah jadi dosen, asisten dosen jurusan
elektronik," sebutnya.
Hakim mengaku, prinsip hidupnya yaitu percaya diri
dan bermanfaat bagi orang lain yang membuatnya kuat. "Kami bersyukur, bisa
hidupi anak istri. Kami punya kekurangan tapi kami bisa membantu orang yang
sempurna. Kami bersyukur sekali," ucapnya.
Selain di bengkel, Hakim juga menerima panggilan
service ke beberapa wilayah. Ia pernah mendapat panggilan service ke Kabupaten
Gowa, Takalar, bahkan Toraja yang jaraknya 8 jam dari kota Makassar. Ia
berangkat dengan menggunakan sepeda motor hasil usahanya buka bengkel Tiga
Penca Service Elektronik.
Tidak sampai disitu, Hakim juga aktif sebagai
asisten pelatih cabang olahraga panahan di Sulawesi Selatan. Prestasinya ini ia
dapat setelah ia masuk 4 besar di ajang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) di
Papua tahun 2021 lalu. Sebelumnya Hakim juga merupakan atlet tolak peluru dan
lempar lembing. Berbagai medali telah ia raih. Kini bakatnya ia tularkan kepada
keponakannya yang tengah bersiap menghadapi Pra PON.
Hakim yang menginspirasi banyak generasi ini selalu
mendorong para penyandang disabilitas lainnya untuk semangat mengenali potensi
diri. Menekuni satu keterampilan yang bisa diadaptasi oleh keterbatasan yang
dimiliki.