Buka Ruang Inklusi dalam Mitigasi Bencana, Kemensos Bentuk Difagana di Pulau Dewata

Buka Ruang Inklusi dalam Mitigasi Bencana, Kemensos Bentuk Difagana di Pulau Dewata
Penulis :
Intan Qonita
Penerjemah :
Fia Arista Dewi/Karlina Irsalyana

BADUNG (18 Desember 2022) - Kementerian Sosial melalui Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) memberikan pemantapan bagi Difabel Tanggap Bencana (Difagana) se-Provinsi Bali. Mewakili Menteri Sosial RI Tri Rismaharini, Plt. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Robben Rico meminta para Difagana aktif dalam keseluruhan rangkaian kesiapsiagaan bencana.

"Meskipun memiliki keterbatasan, teman-teman Difagana juga harus ikut andil dalam mitigasi bencana. Jadi, tidak hanya saat respon bencana saja," kata Robben dalam arahannya pada Kegiatan Kesiapsiagaan dan Mitigasi bagi Penyandang Disabilitas di Provinsi Bali, Sabtu malam (17/12).

Sejalan dengan tema peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2022 yang disinergikan, maka diharapkan masyarakat inklusi dan kesempatan seluas-luasnya bagi penyandang disabilitas untuk berperan dan berkontribusi aktif di kancah nasional maupun internasional dapat terwujud.

"Tagline Kemensos Hadir bukan sebatas semboyan, melainkan kondisi real yang terlaksana di lapangan. Pemantapan kesiapsiagaan bencana ini adalah salah satu kegiatan yang mendorong tumbuhnya partisipasi sosial, solidaritas, dan kerukunan masyarakat, khususnya saat dihadapkan pada berbagai bencana dan permasalahan sosial lainnya," kata Robben.

Antisipasi bencana perlu dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat, termasuk penyandang disabilitas. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 dan Perka BNPB Nomor 14 Tahun 2014 bahwa penyandang disabilitas dapat berpartisipasi dalam penanggulangan bencana dan wajib mengembangkan kemandiriannya melalui pengembangan kapasitas, yakni layanan pendidikan formal dan informal serta latihan-latihan, simulasi dan gladi bencana.

"Apapun kondisi yang kita miliki, maka kita berikan bantuan apapun kepada siapapun. Ini merupakan sebuah kehormatan bagi teman-teman yang akan menjadi pionir Difagana Bali. Kalian akan dilatih sesuai dengan kemampuan masing-masing dan ditempatkan dalam divisi-divisi khusus. Jadi, semua bisa berdaya dan turut berpartisipasi dalam kesiapsiagaan bencana," kata Robben.

Sementara itu, Direktur PSKBA Iyan Kusmadiana menekankan pentingnya keterlibatan penyandang disabilitas dalam penanggulangan bencana.

"Selama ini, kelompok penyandang disabilitas hanya menjadi objek pemberian layanan atau bantuan karena dianggap sebagai salah satu kelompok rentan. Mereka dianggap sebagai pihak tak berdaya, padahal mereka juga memiliki potensi, lebih memiliki empati, komunikatif dan responsif terhadap kebutuhan sesamanya," kata Iyan.

Oleh karena itu, lanjut Iyan, pembekalan materi penanggulangan bencana bagi para penyandang disabilitas penting dilakukan.

"Dengan demikian, penyandang disabilitas yang terdampak bencana pun dapat memperoleh akses layanan yang setara dan tepat, sekaligus mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengurangi risiko yang diakibatkan bencana," kata Iyan.

Kegiatan Kesiapsiagaan dan Mitigasi bagi Penyandang Disabilitas di Provinsi Bali diselenggarakan pada 17-19 Desember 2022 dan diikuti oleh 80 orang penyandang disabilitas Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, 10 pendamping sosial, dan sejumlah yayasan penyandang disabilitas di Bali. Turut hadir, narasumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Tagana Center dan Difagana Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI
Bagikan :