Dari Sampah Jadi Berkah, Kemensos Berdayakan Penerima Manfaat Olah Sampah Organik Penghasil Cuan
Penulis :
Rizka Surya Ananda
Penerjemah :
Rizka Surya Ananda/Karlina Irsalyana
JAKARTA (22 Februari 2023) – Dari sampah menjadi berkah. Kini, sampah tidak lagi menjadi material yang harus dibuang, namun dapat diolah menjadi sumber uang.
Hal ini pula yang dirasakan oleh Zaelani (28). Sehari-hari, ia rutin memberi makan ayam dengan pakan dari maggot, larva pemakan sampah. Pria yang dulunya mengais rejeki di jalanan ini, kini menjadi salah satu pengelola pengolahan sampah organik di Sentra Terpadu "Pangudi Luhur" (STPL) di Bekasi.
“Ini pakannya dari sampah yang dimakan sama ulet maggot dari kandang lalat BSF yang di sana,” katanya sambil menunjuk tempat budidaya maggot.
BSF adalah Black Soldier Fly (BSF) yang menghasilkan larva, cikal bakal maggot, dan dapat memproses biokonversi sampah organik dan mendegradasi sampah lebih cepat. Selain untuk menghasilkan kompos organik, larvanya juga dapat digunakan sebagai pakan unggas dan ikan.
Di STPL di Bekasi, budidaya maggot menjadi salah satu pilihan keterampilan, sekaligus kewirausahaan bagi Penerima Manfaat (PM). Budidaya maggot juga menjadi alternatif pengolahan sampah, baik bagi STPL di Bekasi sendiri, bahkan sampah dari Sentra "Handayani" di Bambu Apus, Jakarta.
“Jadi, sampah-sampah yang ada di sini kita kumpulin, ada juga sampah yang dari Bambu Apus. Terus, kita pilah mana yang basah, mana yang kering, termasuk sisa-sisa makanan kita di sini,” katanya saat ditemui di STPL di Bekasi, Selasa (21/2).
Menurut Zaelani, STPL di Bekasi memiliki tempat khusus yang digunakan untuk kandang BSF. BSF, kemudian, bertelur dan menetas menjadi larva tiga sampai empat hari kemudian. “Larva itu kita taruh di sampah basah yang udah dicacah. Nanti larvanya yang makan sampah sampai jadi besar, jadi maggot. Itu prosesnya lima belas hari, baru siap panen. Sekali panen bisa 30-40 kg (maggot),” terangnya.
Untuk hasil panen yang lebih bagus, Zaelani menuturkan harus menunggu lima sampai tujuh hari. Maggot pada siklus ini disebut pupa atau fresh maggot yang mempunyai kandungan protein hingga 60 persen sehingga baik untuk ternak dan ikan. “Fresh maggot ini yang kita jual untuk pakan ternak. Terus, sisa sampahnya itu dijadiin pupuk,” ujarnya.
Budidaya maggot merupakan siklus. Oleh karena itu, STPL di Bekasi tidak menjual seluruh maggot yang dihasilkan lantaran maggot dewasa akan menjadi BSF dan memulai siklus selanjutnya.
Saat ini, maggot yang dibudidaya oleh PM digunakan sebagai pakan alternatif berbagai jenis unggas, ikan dan reptil. Hasil budidaya juga dipasarkan ke para peternak ayam, peternak ikan dan toko pancing.
Khairul Ajis (34), instruktur budidaya maggot di STPL di Bekasi mengatakan omzet dari budidaya maggot sendiri mencapai rata-rata Rp2 juta per bulan.
"Dari sisi penjualan fresh maggot, kita bisa jual 10 kg/bulan dari sisa pakan ternak. Dihargai per kilo Rp6 ribu. Dari sisi telur, rata-rata pembelian di bawah 10 gram dengan harga per gramnya Rp5 ribu. Per bulan, bisa sampai Rp2 juta," ungkap Khairul.
Selain fresh maggot dan telur maggot, produk lain yang dihasilkan dari budidaya maggot diantaranya dry maggot, tepung maggot dan bekas maggot (kasgot) yang digunakan sebagai pupuk organik.
Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Sosial RI
Bagikan :