Diskusi Penyelesaian Konflik Sosial, Mensos Risma Fokus Membangun SDM
Penulis :
Dian Catur
Penerjemah :
Laili Hariroh
JAKARTA TIMUR (5 Juli 2024)
– Menteri Sosial Tri Rismaharini membahas upaya penanganan
kesejahteraan sosial dan konflik sosial dalam kegiatan Diskusi Pegawai
Berlatar Belakang Antropologi dan Psikologi yang diadakan di Gedung
Aneka Bhakti Cawang Kencana pada Kamis (4/7). Pada diskusi tersebut,
Mensos mengungkapkan pentingnya membangun Sumber Daya Manusia (SDM)
sebagai salah satu upaya untuk menangani konflik sosial.
“Jika ingin membangun, maka kita harus membangun manusianya,” kata Mensos Risma pada Kamis (4/7). Selain membangun SDM, Mensos Risma juga berpendapat asesmen juga dibutuhkan untuk penanganan konflik secara tepat agar menjadi suatu produk perubahan yang lebih baik.
Pendapat Mensos tersebut didukung oleh Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Andik Matulessy. Menurut Andik, pembangunan SDM yang diwujudkan melalui pemberdayaan merupakan salah satu konsep dari pendekatan komunitas yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sosial. “Saya setuju dengan Bu Menteri tadi bahwa kalau kita intervensi ke sebuah tempat, jangan sampai mereka bergantung kepada kita. Kita menjadi fasilitator agar mereka mampu menyelesaikan permasalahan sendiri,” kata Andik.
Dalam menghadapi konflik sosial, ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain asesmen dan intervensi. Pemahaman akan sumber konflik sangat penting dan bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti survey, Focus Group Discussion dan cara-cara lain. Asesmen yang benar dapat menentukan ketepatan intervensi yang akan diambil. Direktur Politeknik Negeri Ambon Dady Maiuruhu berkata “Jika asesmen benar, maka intervensi yang dilakukan pun benar.”
Akan tetapi, dalam beberapa kasus, penyelesaian konflik tidak sesederhana mendata permasalahan dan memberikan intervensi saja. Dalam proses asesmen tersebut, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.
Lebih jauh, Andik Matulessy mengatakan dalam melaksanakan asesmen, kelebihan dan kekuatan pihak yang diintervensi pun harus dipertimbangkan. Intervensi yang dilaksanakan harus membawa perubahan, sekecil apa pun bagi pribadi maupun mayarakat yang diintervensi. Selanjutnya, baik asesmen dan intervensi tersebut merupakan upaya lebih lanjut untuk mencegah konflik yang sama terulang kembali. “Prevention atau pencegahan juga menjadi hal yang penting karena tiap terjadi konflik, maka akan timbul dendam dan berkepanjangan. Karena itulah penanganan juga harus merupakan upaya agar konflik tidak terjadi lagi,” kata Andik.
“Jika ingin membangun, maka kita harus membangun manusianya,” kata Mensos Risma pada Kamis (4/7). Selain membangun SDM, Mensos Risma juga berpendapat asesmen juga dibutuhkan untuk penanganan konflik secara tepat agar menjadi suatu produk perubahan yang lebih baik.
Pendapat Mensos tersebut didukung oleh Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Andik Matulessy. Menurut Andik, pembangunan SDM yang diwujudkan melalui pemberdayaan merupakan salah satu konsep dari pendekatan komunitas yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sosial. “Saya setuju dengan Bu Menteri tadi bahwa kalau kita intervensi ke sebuah tempat, jangan sampai mereka bergantung kepada kita. Kita menjadi fasilitator agar mereka mampu menyelesaikan permasalahan sendiri,” kata Andik.
Dalam menghadapi konflik sosial, ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain asesmen dan intervensi. Pemahaman akan sumber konflik sangat penting dan bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti survey, Focus Group Discussion dan cara-cara lain. Asesmen yang benar dapat menentukan ketepatan intervensi yang akan diambil. Direktur Politeknik Negeri Ambon Dady Maiuruhu berkata “Jika asesmen benar, maka intervensi yang dilakukan pun benar.”
Akan tetapi, dalam beberapa kasus, penyelesaian konflik tidak sesederhana mendata permasalahan dan memberikan intervensi saja. Dalam proses asesmen tersebut, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan.
Lebih jauh, Andik Matulessy mengatakan dalam melaksanakan asesmen, kelebihan dan kekuatan pihak yang diintervensi pun harus dipertimbangkan. Intervensi yang dilaksanakan harus membawa perubahan, sekecil apa pun bagi pribadi maupun mayarakat yang diintervensi. Selanjutnya, baik asesmen dan intervensi tersebut merupakan upaya lebih lanjut untuk mencegah konflik yang sama terulang kembali. “Prevention atau pencegahan juga menjadi hal yang penting karena tiap terjadi konflik, maka akan timbul dendam dan berkepanjangan. Karena itulah penanganan juga harus merupakan upaya agar konflik tidak terjadi lagi,” kata Andik.
Bagikan :