SUKOHARJO (1 Oktober 2019) - Direktorat Penanganan Fakir Miskin Wilayah II
menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Pemantapan Pendamping Sosial Kelompok Usaha
Bersama Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera Berbasis Pertanian (KUBE Bekerja)
Tahun 2019 di Sukoharjo, Selasa.
Dalam
laporannya, Direktur Penanganan Fakir Miskin Wilayah II, Bapak I Wayan Wirawan
menyampaikan agar KPM penerima bantuan dapat berkembang maka perlu didampingi
oleh pendamping sosial. Pendamping Sosial KUBE ini diharapkan dapat menjadi
solusi KPM yang mempunyai kendala dalam keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh KUBE yang akan memajukan usahanya. “Untuk itu, para pendamping
perlu dibekali dengan ilmu dan pengetahuan tentang pengelolaan KUBE dan
kewirausahaan,” jelas Direktur PFM Wilayah II.
Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin (Dirjen PFM), Andi ZA Dulung. Dalam arahannya, Dirjen PFM menyampaikan pentingnya peran Pendamping Sosial agar Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dapat mandiri atau graduasi dari kemiskinan.
Menurut Dirjen PFM, jika hanya bergantung pada
bantuan sosial, apabila bantuan sosialnya diberhentikan maka KPM akan jatuh
miskin lagi. “Fungsi dari bantuan sosial itu memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
Istilahnya kita membantu mengurangi pengeluarannya yang tadinya kebutuhan
membeli beras untuk 30 hari menjadi 20 hari karena
yang 10 hari sudah dapat dipenuhi dari program Bantuan Pangan
Nontunai (BPNT) untuk beras dan telurnya,” jelas Dirjen PFM.
Berkaitan dengan hal tersebut, Dirjen PFM juga menyampaikan perlu adanya pemberdayaan agar KPM tidak bergantung dari penerimaan bantuan sosial. Untuk itu, Kementerian Sosial bekerjasama dengan Kementerian Pertanian serta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi melalui program KUBE Bekerja.
Menurut Dirjen PFM, ide kerja sama ini muncul saat transformasi bantuan sosial
Beras Sejahtera (Rastra) menjadi BPNT. Melalui program BPNT, KPM tidak hanya
dapat membeli beras namun juga telur. “Sebetulnya untuk keberadaan telur ayam
di Indonesia itu jumlahnya surplus akan tetapi kurang merata. Di wilayah
Batam, masih ada KPM yang susah memperoleh telur karena harganya yang mahal,” jelas
Dirjen PFM.
Untuk
itu melalui program KUBE Bekerja, nantinya akan diatur agar keberadaan telur
juga semakin merata. “Bisa melalui KPM yang diberi ayam petelur kemudian telur
yang dihasilkan dapat dijual di warong terdekat kemudian dibeli melalui program
BPNT. Jadi supply telurnya di warong tidak hanya dari peternakan besar,”
tambah Dirjen PFM.
Dirjen
PFM juga berharap agar program KUBE Bekerja ini dapat berjalan dengan baik.
Menurutnya, disamping program ini dapat menambah pemasukan (income) KPM,
program ini sekaligus juga dapat membantu agar KPM graduasi sehingga tidak
perlu menerima bantuan sosial lagi.