Dukung Kesejahteraan Lansia, Kemensos Dorong Peran Keluarga

  • Dukung Kesejahteraan Lansia, Kemensos Dorong Peran Keluarga
  • WhatsApp Image 2020-08-25 at 20.26.08
  • WhatsApp Image 2020-08-25 at 20.26.06
  • WhatsApp Image 2020-08-25 at 20.26.05 (1)

Penulis :
OHH Ditjen Rehsos
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Syilfi Farhati; Karlina Irsalyana

YOGYAKARTA (25 Agustus 2020) - Menyukseskan Program Rehabilitasi Sosial melalui ATENSI (Asistensi Rehabilitasi Sosial), Kementerian Sosial (Kemensos) menegaskan pentingnya peran sumber daya manusia (SDM) di Balai Lanjut Usia untuk menangani kesejahteraan lansia sebagai salah satu kelompok rentan. 

Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat mengatakan, program ATENSI dilaksanakan di level balai dengan cakupan pelaksanaan di daerah-daerah. Menurut dia, hal itu dilakukan untuk menyasar pemberdayaan ruang lingkup terkecil para lansia, yaitu keluarga.

Harry memaparkan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2019, data lansia di Indonesia mencapai 9,60 persen atau setara dengan 25,66 juta jiwa. Dari angka tersebut, lanjut Harry, 27,3 persen diantaranya tinggal bersama keluarga dan 40,64 persen lainnya tinggal bersama tiga generasi. Artinya, mayoritas lansia di Indonesia hidup bersama anak dan cucunya. 

Peran keluarga sangat krusial untuk mendukung potensi lansia. Harry mencontohkan, peran lansia dalam keluarga bisa berupa keterlibatan dalam pengambilan keputusan atau pengasuhan bayi dan anak yang beriringan dengan dukungan dan pendampingan merawat lansia. 

Oleh sebab itu, pelibatan keluarga dalam perawatan lansia adalah salah satu kunci memperluas jangkauan program ATENSI.

"Tanpa melibatkan peran keluarga dalam perawatan lansia sebagai prioritas utama, maka kita akan susah memperluas (cakupan sasaran program)," ujar Harry Hikmat dalam pemaparan Kebijakan Program Rehabilitasi Sosial melalui ATENSI dan SERASI dalam acara Peningkatan Kapasitas SDM Balai Lansia Gau Mabaji Gowa Di Hotel Harper Malioboro.

Selain berbasis keluarga, Harry menyebut asistensi rehabilitasi sosial skala kecil juga berbasis komunitas dan residensial. Menurut dia, sejumlah langkah seperti pengadaan pelatihan atau membuat buku saku yang mudah diterapkan oleh caregiver dalam tataran keluarga dapat dilakukan oleh balai untuk menerapkan pendekatan tersebut. Harry menilai, pelibatan pihak-pihak terdekat lansia bisa menjadi sarana balai untuk menjangkau lebih banyak lansia.

"Sebelum jauh-jauh memikirkan peran perawat itu diluar keluarga, yang harus diutamakan family support dulu. Siapkan caregiver di dalam keluarga, tapi dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada para lansia," katanya. 

Lebih lanjut, Harry menyebut penguatan sistem rehabilitasi sosial yang terintegrasi dengan perlindungan lansia harus terus diupayakan. Dimana dalam upaya tersebut juga harus didukung oleh penguatan kapasitas dan kelembagaan balai rehabilitasi sosial dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia serta peningkatan peran masyarakat dan swasta dalam pelayanan sosial bagi lansia. 

Harry berharap, langkah-langkah tersebut bisa diimplementasikan oleh balai lansia dan akan berpengaruh pada perbaikan paradigma layanan seiring kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. 

"Seperti jangkauan pelayanan sosial jika sebelumnya masih terbatas dan ekslusif, selanjutnya bisa menjangkau seluruh warga yang megalami masalah sosial. Atau, yang semula fokus pelayanan masih berbasis institusi/panti sosial akan berubah dengan mengedepankan peran keluarga, masyarakat dan layanan sosial dalam lembaga bersifat temporer," paparnya. 

Lebih dalam terkait upaya menyejahterakan lansia, Harry mengatakan semua pihak harus berperan untuk mencapai tujuan tersebut. Sebab, lansia juga berhak mendapatkan pelayanan yang bisa mendukung fungsi sosialnya sebagaimana tertuang dalam dalam Pasal 1 Butir 1 UU No.11 Tahun 2009. Oleh sebab itu, Harry menyebut pemerintah melalui Kemensos juga kini hadir dengan program SERASI (Sentra Layanan Sosial) yang diharapkan dapat mempermudah lansia mengakses berbagai pelayanan.

Dengan begitu, program SERASI memudahkan akses warga negara terhadap layanan ATENSI pemerintah dan komunitas guna meningkatkan kapasitas personal dan ketahanan keluarga agar terpenuhi hak dasarnya dan dalam perlindungan keluarga.

Selanjutnya "Untuk layanan publik kita coba dengan melengkapi dengan center layanan sosial sehingga kita bisa memprioritaskan lansia mendapat dukungan dari berbagai sektor," pungkasnya.

Lebih lanjut, Harry juga menjelaskan bahwa SERASI merupakan kerja bersama antar profesi, sektor dan level. Sehingga dalam penyelenggaraannya, SERASI akan memenuhi fungsi peningkatan inklusifitas dan penjangkauan yang lebih luas serta penangangan keluhan dan kejadian luar biasa yang cepat-akurat.

Dengan kata lain, bersamaan dengan kemudahan masyarakat mengakses layanan, kehadiran SERASI juga akan mempermudah pemerintah melakukan monitoring terpadu dan menghimpun data terpadu yang nantinya bisa dikelola atau digunakan untuk penargetan berbagai macam program selanjutnya.

Peserta kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia adalah sebagian besar pegawai Balai Lansia Gau Mabaji yang berjumlah 32 orang, terdiri dari PNS,  Struktural, Fungsional Pekerja sosial muda, Calon fungsional pekerja sosial, Fungsional Perawat, Calon fungsional perawat, Fungsional Umum, PPNPN, Tenaga Pendamping Profesional.
Bagikan :