Dukungan Psikososial Keluarga Korban KRI Nanggala 402 di Madiun

Dukungan Psikososial Keluarga Korban KRI Nanggala 402 di Madiun
Penulis :
Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
Editor :
Intan Qonita N
Penerjemah :
Intan Qonita N

MADIUN (25 April 2021) - Kementerian Sosial melalui Balai Residen Galih Pakuan Bogor melakukan kunjungan silaturahmi dengan keluarga korban tenggelamnya KRI Nanggala 402 yang berada di Madiun, Tuban dan Nganjuk.  Tujuan utama dari kunjungan ini adalah menyampaikan ucapan bela sungkawa yang terdalam dari Menteri Sosial RI atas musibah yang telah menimpa, serta memberikan pendampingan dan dukungan psikososial bagi keluarga korban.

Lokasi pertama yang dikunjungi yaitu keluarga korban Serda Diyut Subandrio yang berada di alamat Jalan Kutilang Gang Menci  Kota Madiun. Hasil penelusuran ke alamat tersebut, tim menemukan bahwa alamat tersebut adalah alamat orang tua korban. Tim berhasil menemui kakak korban yaitu Rizal yang didampingi oleh aparat lingkungan setempat dan perwakilan dari Koramil, sementara ibu korban belum dapat ditemui dikarenakan kondisinya yang masih syok.

Berdasarkan penuturan Rizal, korban adalah anak ke lima dari enam bersaudara. Korban yang merupakan anak kesayangan ibunya ini sebelumnya menempuh pendidikan Tamtama Angkatan Laut pada tahun 2004, kemudian tahun 2012 terpilih menjadi kru pasukan selam TNI AL dan bertugas di KRI Nanggala 402 di bagian kelistrikan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Rizal, istri korban tinggal di Jalan Salak, maka tim pun menuju ke lokasi tersebut untuk mengunjungi kediaman istri korban. Tim berhasil menemui Helen yang merupakan istri dari korban. Saat ditemui Tim, kondisi Helen masih terpukul dan belum dapat mempercayai musibah yang menimpa suaminya. "Saya masih belum percaya, saya masih berharap ada keajaiban,” ucap Helen.

Korban memiliki 2 orang anak. Anak pertama perempuan bernama Seafa Heldi Azahra berusia 11 tahun dan saat ini duduk di kelas 5  SD 01 Pandean, sedangkan anak kedua  laki laki bernama Farel Al Faruq berusia 5 tahun.

Kondisi fisik istri korban yaitu Helen masih terlihat lemas. Secara psikologis Helen masih belum dapat menerima sepenuhnya kenyataan peristiwa yang menimpa suaminya. Dalam kondisi ini, tim banyak mendengarkan luapan perasaan Helen atas kehilangan dan kecemasannya. Pekerja sosial Balai Residen "Galih Pakuan" Bogor Yulia Herlina memberikan dukungan secara psikologis kepada Helen dengan berupaya membangkitkan semangatnya untuk tabah melalui fase terberat ini. "Ada banyak keluarga dan rekan yang peduli dan selalu memberikan dukungan, pasti Ibu bisa melalui masa masa berat ini,” kata Yulia.

Kondisi tidak jauh berbeda terlihat pada anak pertama korban yaitu Seafa, yang sangat kehilangan sosok ayah yang menjadi panutannya selama ini. Seafa mengaku mengalami gangguan tidur sejak peristiwa musibah ini. "Saya suka susah tidur, ingat ayah," ungkap Seafa.Tim memberikan penguatan kepada Seafa dengan meyakinkan bahwa musibah ini akan dapat dilalui, tetap optimis untuk bangkit dan menjadi anak yang lebih kuat daripada sebelumnya. Tim juga banyak menggali hobi dan potensi Seafa dengan harapan dapat menumbuhkan semangat dalam dirinya.

Selanjutnya tim berkomunikasi dengan orang tua Helen untuk terus menguatkan mereka agar dapat selalu menemani Helen dan anak anaknya. Dukungan dan perhatian dari orang tua tentunya akan membantu kondisi psikologis Helen dan anak anaknya sehingga mereka dapat merasa lebih tenang.

Keluarga besar korban juga mendapatkan dukungan dari masyarakat lingkungan sekitar, terlihat dari banyaknya pengunjung yang melakukan takziyah ke kediaman Helen serta hadir juga beberapa kerabat dan rekan korban dari TNI AL yang ada di Madiun. 

Helen dan keluarga besar korban mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Sosial atas perhatian dan dukungan yang telah diberikan. Pemberian dukungan psikososial ini diharapkan akan membantu kondisi emosi dan psikologis keluarga korban agar tetap semangat dan tabah melalui musibah ini.
Bagikan :