Dukungan Psikososial kepada Keluarga Korban KRI Nanggala 402 di Sidoarjo

Dukungan Psikososial kepada Keluarga Korban KRI Nanggala 402 di Sidoarjo
Penulis :
Humas Balai Besar Disabilitas "Kartini" Temanggung
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N

SIDOARJO (26 April 2021) - Kementerian Sosial melalui Balai Besar Disabilitas "Kartini" Temanggung berikan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) bagi keluarga awak KRI Nanggala 402. LDP ini atas perintah Menteri Sosial RI Tri Rismaharini, bahwa Kemensos melalui Balai - Balai harus turut berempati dan memberikan perhatian penuh dengan kegiatan LDP bagi keluarga awak KRI Nanggala 402.

Seperti diketahui KRI Nanggala 402 hilang kontak dalam latihan penembakan torpedo pada Rabu (21/4) dini hari. Fokus lokasi pencarian KRI Nanggala 402 di laut sebelah utara Bali. Pasalnya di lokasi tersebut ditemukan tumpahan minyak dan daya magnet yang besar yang diduga bersumber dari KRI Nanggala 402.

Tim yang dipimpin langsung oleh Kepala Balai Besar Disabilitas "Kartini" Temanggung (Juena Br Sitepu) mengunjungi tiga keluarga yang berdomisili di Sidoarjo, yaitu Lettu (P) Muhadi (49 tahun), Letda Laut (T) Rhesatri Sigar (28 tahun) dan Mayor Laut (P) Eko Firmanto (36 tahun).

Kepala Balai Besar "Kartini" Temanggung Juena Br Sitepu menuturkan, tim LDP ini untuk bersilaturahmi menyampaikan rasa duka, rasa empati, dukungan serta doa bagi keluarga awak KRI Nanggala 402. "Semoga keluarga korban diberikan kekuatan, ketabahan serta keihlasan dalam menghadapi musibah yang terjadi ini," imbuh Juena.

Alm. Muhadi bertugas di kapal selam Nanggala 402 sejak tahun 1997, beliau meninggalkan istri dan dua orang anak. Anak pertama Salsabil (23 tahun), baru lulus D3 Akutansi november 2020. Saat ini Salsabil belum bekerja dan berharap dapat segera mendapatkan pekerjaan, sedangkan adiknya Naufal (20 tahun) saat ini masih kuliah semester 2 di Malang. Istri Muhadi nampak tabah dan ikhlas menerima kepergian suaminya.

Alm. Rheza meninggalkan seorang istri yang baru dinikahinya 1 tahun 5 bulan yang lalu. Saat ini mereka sedang melakukan program kehamilan. Istrinya merasa sangat terpukul dengan kejadian ini. Selama tiga hari dia tidak dapat tidur berharap ada keajaiban suaminya dapat terselamatkan.

Keluarga Rheza adalah keluarga TNI, ayahnya TNI angkatan darat yang gugur dalam kecelakaan pesawat di Timor Timur saat Rheza berusia 2 tahun, sedangkan mertua Rheza adalah anggota TNI AL yang saat ini bertugas di Jakarta. Ibu mertua alm. Rheza menceritakan belakangan ini almarhum sering mengajak istrinya menonton film tentang kapal selam agar istrinya siap jika suatu saat terjadi padanya.

Sedangkan Alm. Eko meninggalkan istri (Ekhan, 32 tahun) dan 2 orang anak. Istrinya saat ini bekerja sebagai dokter gigi honorer di Puskesmas. Putra pertamanya, M. Rafasha (7 tahun) dan adiknya Maharani Zivana (6 tahun). Ekhan nampak sangat sedih saat menceritakan tentang sosok suaminya. Suaminya alm Eko adalah sosok yang baik hati, rajin dan sholeh. Keluarga merasa sangat kehilangan almarhum, terlebih saat ini istrinya masih honorer setelah bekerja di puskesmas selama 7 tahun. Ibunya berharap Ekhan dapat diterima sebagai PNS sehingga cucunya dapat melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi.
Bagikan :