E-Learning dan Modul Berformat Braille, Salah Satu Wujud Ke’HADIR’an Kemensos RI

E-Learning dan Modul Berformat Braille, Salah Satu Wujud Ke’HADIR’an Kemensos RI
Penulis :
Iin Saputri
Editor :
Karlina Irsalyana
Penerjemah :
Fia Arista Dewi

CIMAHI (5 September 2022) - Kita patut bersyukur ketika Kementerian Sosial RI memasukkan kata ‘inklusif’ sebagai salah satu elemen dalam slogannya. Slogan tersebut adalah humanis, adaptif, dedikatif, inklusif, dan responsif atau disingkat HADIR. Kelima unsur tersebut akan selalu dikedepankan dalam seluruh layanan Kemensos RI kepada seluruh warga.

Terkhusus soal inklusifitas, Kemensos berupaya memberikan layanan yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Salah satunya di bidang pendidikan dan pelatihan. Pihak pusat pendidikan, pelatihan, dan pengembangan profesi (PUSDIKLATBANGPROF) Kemensos RI baru-baru ini mengunjungi Sentra Abiyoso dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan penyandang disabilitas terhadap sistem pembelajaran digital yang aksesibel. Kunjungan kali ini diwakili oleh tim yang terdiri atas: A. Zein Arifin (Widyaiswara Ahli Utama), Umi Badri Yusamah (Widyaiswara Ahli Utama), Mujiastuti (Widyaiswara Ahli Muda), dan Bonnie Isramirania (Widyaiswara Ahli Pertama).

Dalam kunjungan kali ini, tim Pusdiklatbangprof Kemensos sempat menguji aksesibilitas website mereka, elearning.kemensos.go.id, menggunakan laptop yang telah terinstal program pembaca layar. Sebagaimana diketahui, kemampuan penyandang disabilitas netra mengakses dunia siber tidak terlepas dari bantuan program pembaca layar (screen reader). Dengan screen reader, para penyandang disabilitas netra dapat mengoperasikan gawai canggih secara mandiri. Meski demikian, masih ada sejumlah item digital yang kadangkala belum kompatibel dengan sistem kerja pembaca layar. Sebab itu, perlu diadakan ujicoba terlebih dahulu sebelum sebuah karya atau program digital dinyatakan aksesibel bagi pengguna dari kalangan disabilitas netra.

“Kami ingin mewujudkan Pusdiklatbangprof yang inklusif dan bisa diakses semua orang,” ungkap salah seorang anggota tim, Mujiastuti. Pada kesempatan itu, Muji juga sempat bertanya kepada salah seorang ASN disabilitas netra di Sentra Abiyoso bernama Iin tentang format yang paling sesuai untuk dipelajari seorang disabilitas netra.

“Kalau saya pribadi lebih suka membaca braille untuk belajar, tapi kalau untuk mengerjakan soal-soal, saya lebih senang dalam format digital karena bisa langsung diklik untuk mengetahui benar/salahnya,” jawab Iin.

Tentu jawaban salah seorang ASN tadi tidak bisa mewakili seluruh penyandang disabilitas netra. Ada juga yang pasti lebih nyaman menggunakan format digital sebagai preferensi ketika memelajari suatu materi. Sangat membanggakan dan patut disyukuri ketika dua format tersebut dapat diterapkan dalam penyusunan modul-modul pemelajaran.

Hal ini disadari betul oleh pihak Pusdiklatbangprof Kemensos RI. Sejatinya, kunjungan kali ini bukan kunjungan pertama mereka ke Sentra Abiyoso dalam upaya memfasilitasi akses penyandang disabilitas netra terhadap sistem pembelajaran yang inklusif.

Pada 2019 silam, ketika Sentra Abiyoso masih bernama Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) ‘Abiyoso’, kunjungan serupa pernah dilaksanakan dengan tujuan menjalin kolaborasi dalam hal pengalihhurufan modul pemelajaran ke dalam format braille. BLBI Abiyoso lantas memulai proses produksi modul-modul berformat braille tersebut pada 2020. Ini membuktikan keseriusan Kemensos untuk menyediakan kesempatan seluas-luasnya bagi semua kalangan, tidak terkecuali penyandang disabilitas netra untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan di Pusdiklatbangprof Kemensos.

Dari ujicoba awal yang dilakukan di Sentra Abiyoso ini, dapat dikatakan bahwa laman elearning.kemsos.go.id telah cukup aksesibel bagi pembaca layar. Meski demikian, penyempurnaan masih perlu dilakukan pada sejumlah kecil ikon untuk meningkatkan keterbacaannya.

Tentu kita semua berharap bahwa melalui pengidentifikasian masalah ini, aksesibilitas laman e-Learning Kemensos RI dapat dioptimalkan sehingga tidak ada lagi kendala berarti bagi peserta diklat dari kalangan disabilitas netra. Selain itu, masyarakat juga berharap agar upaya ini dapat diteladankan oleh lembaga-lembaga lain yang bergerak di area serupa.

Bagikan :