Grita untuk Sasta, Penyandang Disabilitas yang Suka Berdzikir
Penulis :
Dian
Penerjemah :
Fia Arista Dewi
BATANGHARI (3 April 2024)
- Risiko penyandang disabilitas menghadapi bahaya tertentu kadang
sangat tinggi. Karenanya, Kementerian Sosial menciptakan gelang
disabilitas rungu dan wicara (Gruwi) serta gelang disabilitas grahita
(Grita) yang bisa membantu penyandang disabilitas untuk mengantisipasi
bahaya yang menghadang. Gelang-gelang tersebut didistribusikan oleh
Kemensos secara cuma-cuma kepada para penyandang disabilitas yang
memerlukan. Sasta (17), warga Desa Sungai Ruan Ilir, Kecamatan Maro Sebo
Ulu Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, adalah salah satu di
antaranya.
Sasta menderita down syndrome sejak lahir. Saat kecil, Sasta sering sakit-sakitan. Akan tetapi, keluarganya yang masuk dalam kategori rawan ekonomi tidak mampu membawanya ke rumah sakit sehingga hanya ditangani seadanya.
Sekitar 10 tahun lalu, Sasta pernah mengenyam bangku sekolah. Sayangnya, Sasta hanya bisa bersekolah satu tahun saja. Bukannya merangkul Sasta, teman-temannya saat itu justru merundungnya dan membuatnya tidak mau sekolah lagi. Syukurlah, saat ini lingkungan Sasta sudah bisa memahami kondisinya dan tidak merundungnya lagi.
Uniknya, tak hanya berfungsi untuk mengurangi risiko dilanda bahaya, Grita juga bisa membantu pemakainya untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya.
"Saat ini Sasta tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Tapi dengan gelang ini (Grita), orang-orang di sekitar Sasta bisa mengetahui bila Sasta sedang merasa takut, sedih atau gembira," ungkap Rahmat Kurniawan, pekerja sosial Sentra Budi Perkasa Palembang.
Sasta sangat dekat dengan sosok ibunya. Meninggalnya ibu Sasta pada Desember 2023 lalu membuat Sasta sering memberontak dan mencari-cari ibunya. Kadang, kakaknya membawa Sasta ke makam ibunya. Sasta yang pandai berdzikir ini pun selalu berdzikir saat merindukan ibunya.
Kakak Sasta yang diberhentikan dari pekerjaannya membuat ekonomi keluarga makin sulit. Kini kakaknya sering berjualan di live salah satu media sosial dan membuat konten tentang Sasta. Ayah Sasta bekerja sebagai penjual mainan dan juga memulung barang bekas. Untuk membantu mereka, Kemensos turut memberikan bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berupa warung sembako.
"Kementerian Sosial menyerahkan bantuan dalam dua tahap. Tahap pertama pada 15 Februari 2024 berupa modal usaha sembako, serta memberikan sembako dan nutrisi. Tahap kedua pada 22 Februari 2024 berupa empat unit rak besi untuk usaha mainan ayah Sasta dan Gelang Grita," tutur Rahmat.
Tak hanya memberikan bantuan, Kemensos melalui Sentra Budi Perkasa juga akan senantiasa melaksanakan monitoring dan evaluasi. Dengan begitu, diharapkan usaha sembako bisa terus berjalan dan Sasta beserta keluarganya bisa hidup lebih baik.
Sasta menderita down syndrome sejak lahir. Saat kecil, Sasta sering sakit-sakitan. Akan tetapi, keluarganya yang masuk dalam kategori rawan ekonomi tidak mampu membawanya ke rumah sakit sehingga hanya ditangani seadanya.
Sekitar 10 tahun lalu, Sasta pernah mengenyam bangku sekolah. Sayangnya, Sasta hanya bisa bersekolah satu tahun saja. Bukannya merangkul Sasta, teman-temannya saat itu justru merundungnya dan membuatnya tidak mau sekolah lagi. Syukurlah, saat ini lingkungan Sasta sudah bisa memahami kondisinya dan tidak merundungnya lagi.
Uniknya, tak hanya berfungsi untuk mengurangi risiko dilanda bahaya, Grita juga bisa membantu pemakainya untuk mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya.
"Saat ini Sasta tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Tapi dengan gelang ini (Grita), orang-orang di sekitar Sasta bisa mengetahui bila Sasta sedang merasa takut, sedih atau gembira," ungkap Rahmat Kurniawan, pekerja sosial Sentra Budi Perkasa Palembang.
Sasta sangat dekat dengan sosok ibunya. Meninggalnya ibu Sasta pada Desember 2023 lalu membuat Sasta sering memberontak dan mencari-cari ibunya. Kadang, kakaknya membawa Sasta ke makam ibunya. Sasta yang pandai berdzikir ini pun selalu berdzikir saat merindukan ibunya.
Kakak Sasta yang diberhentikan dari pekerjaannya membuat ekonomi keluarga makin sulit. Kini kakaknya sering berjualan di live salah satu media sosial dan membuat konten tentang Sasta. Ayah Sasta bekerja sebagai penjual mainan dan juga memulung barang bekas. Untuk membantu mereka, Kemensos turut memberikan bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) berupa warung sembako.
"Kementerian Sosial menyerahkan bantuan dalam dua tahap. Tahap pertama pada 15 Februari 2024 berupa modal usaha sembako, serta memberikan sembako dan nutrisi. Tahap kedua pada 22 Februari 2024 berupa empat unit rak besi untuk usaha mainan ayah Sasta dan Gelang Grita," tutur Rahmat.
Tak hanya memberikan bantuan, Kemensos melalui Sentra Budi Perkasa juga akan senantiasa melaksanakan monitoring dan evaluasi. Dengan begitu, diharapkan usaha sembako bisa terus berjalan dan Sasta beserta keluarganya bisa hidup lebih baik.
Bagikan :