Penulis :
Alif Mufida Ulya
Editor :
Alek Triyono; Annisa YH
Penerjemah :
Lingga Novianto; Karlina Irsalyana
SENTUL, BOGOR (18 Februari 2020) - Sebagai upaya pengembangan konsep Community-Based Disaster Management (CBDM) atau Penanganan Bencana Berbasis Komunitas, dan melaksanakan penguatan kapasitas SDM relawan Tagana sebagai petugas penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial, Kementerian Sosial melakukan pelatihan penjenjangan Tagana Madya bidang Manajemen Kesehatan Relawan.
"Tagana perlu diberikan pelatihan layanan yang terkait dengan kesehatan, sebab di samping melakukan penanganan bencana, Tagana juga harus mampu menjaga dirinya", kata Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kementerian Sosial, Rachmat Koesnadi saat membuka kegiatan penjenjangan Tagana Madya di Tagana Center, Sentul, Selasa (18/2).
Rachmat mengatakan, dalam melaksanakan tugasnya, personel Tagana seringkali mengabaikan kesehatannya sendiri di lapangan sehingga jatuh sakit. Bagaimanapun, hal ini tidak diinginkan terjadi kepada siapapun.
"Banyak yang overlimit, over waktu dalam melaksanakan tugas karena saking militannya, saking tingginya keterpanggilan jiwanya untuk membantu sesama, namun mengabaikan kesehatannya sendiri sehingga banyak yang jatuh sakit, bahkan meninggal dunia", ujar Rachmat.
Di tempat yang sama, Kepala Subdirektorat Kesiapsiagaan dan Mitigasi Direktorat PSKBA, Iyan Kusmadiana menyampaikan data jumlah personel Tagana yang sudah mencapai angka 38 ribu orang di seluruh Indonesia.
"Sesuai kebijakan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kemensos akan melatih teman-teman sekalian, Tagana Muda menjadi Tagana Madya", kata Iyan.
Hal ini, lanjut Iyan, guna menciptakan pemimpin-pemimpin Tagana yang bisa ikut serta memimpin berbagai layanan kegiatan perlindungan sosial di lapangan, seperti memimpin shelter pengungsian dan dapur umum.
"Pemantapan Tagana Madya ini bertujuan untuk membentuk pemimpin Tagana yang mampu menjadi komandan regu suatu layanan mulai dari layanan shelter, dapur umum, hingga Layanan Dukungan Psikososial (LDP)", terangnya.
Mengusung tema 'Manajemen Kesehatan Relawan', Kementerian Sosial menggandeng CHIBA Institute of Science (CIS) Jepang untuk ikut mengisi pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 22 Februari mendatang.
Tim dari CIS Jepang didapuk sebagai salah satu pengisi materi Incident Command System for Camp and Health Management of Tagana Members kepada para peserta calon Tagana Madya.
Pada pembukaan juga dilakukan pengukuhan tim CIS Jepang menjadi instruktur Tagana, serta penandatangan kerja sama teknis antara Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial diwakili oleh Direktur PSKBA dan CIS Jepang.
Kerja sama yang dimaksud adalah terkait dengan penerapan Program Penguatan Kapasitas Respon Tanggap Bencana bagi Tagana, yang sebelumnya telah melalui serangkaian diskusi dan disepakati bersama antara kedua belah pihak.
Selain itu, Kemensos juga bekerja sama dengan lembaga-lembaga organisasi lain, diantaranya World Food Programme (WFP) dalam kaitannya dengan logistik personil. Kemudian, International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) dan International Organization for Migration (IOM) terkait shelter sebagai proses dan kerawanan dalam shelter. Adapun, kerja sama dengan Register of Engineers for Disaster Relief (RedR) Indonesia berkaitan dengan kesiapan pribadi menuju medan penanggulangan bencana.
Sebanyak 60 orang berasal dari 34 provinsi di Indonesia hadir mengikuti pemantapan. Kegiatan dihadiri juga oleh para Tagana Utama dari DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai upaya pemantauan agar pemantapan Tagana Madya sesuai dengan kebutuhan Tagana. Dihadiri juga para Tagana Madya dari Jawa Barat dan DKI Jakarta untuk menjadi asisten instruktur.
Sementara itu, Menteri Sosial, Juliari P. Barubara dijadwalkan akan berdialog langsung dengan para peserta pelatihan penjenjangan Tagana Madya di Tagana Center pada Kamis (20/2) esok.
Bagikan :