Penulis :
OHH Ditjen Rehsos
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N
BOGOR (27 Agustus 2020) - Pemenuhan hak aksesibilitas bagi penyandang disabilitas netra menjadi hal yang terus diupayakan pemerintah, salah satunya akses terhadap literasi.
Salah satu Unit Pelaksana Teknis Kementerian Sosial RI yang mengelola literasi braille adalah Balai Literasi "Abiyoso" Cimahi. Balai ini di bawah naungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI.
"Balai ini menjadi pusat rujukan nasional dan laboratorium untuk mengembangkan literasi braille dalam lingkup nasional," ungkap Dirjen Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat dalam webinar Peningkatan Literasi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (PDSN) melalui Literasi Braille.
Hak penyandang disabilitas terhadap literasi tertuang dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2020. Mulai dari hak memiliki pendidikan, hak aksesibilitas, hak pelayanan publik hingga hak berekspresi, berkomunikasi dan memperoleh informasi.
Berdasarkan Statistik Sosial Budaya Tahun 2015, Penduduk di atas 10 Tahun yang mengakses media televisi berbanding terbalik dengan akses terhadap radio dan surat kabar. Persentase penduduk yang mengakses televisi sebanyak 91,47 % sedangkan penduduk yang mengakses surat kabar mengalami penurunan setiap tahunnya menjadi 13,11 %.
Ini menggambarkan bahwa upaya memikirkan strategi literasi ini tidak hanya bertumpu pada metode untuk membaca. Kemensos terus membangun literasi yang mengarah pada budaya membaca. Namun jika ada keterbatasan, maka secara khusus dikembangkan teknologi literasi braille.
"Oleh karena itu, salah satu inovasi Balai Literasi "Abiyoso" Cimahi yaitu Buku Bicara bisa memfasilitasi PDSN untuk akses terhadap bahan bacaan. Mulai dari buku pelajaran, buku cerita hingga buku terapi psikososial yang sudah tersedia di Balai," ungkap Dirjen Rehsos.
Selain Buku Bicara, sebelumnya Balai Literasi "Abiyoso" Cimahi juga sudah memproduksi buku braille, audio mobile library, digital pen dan peta taktual.
Produksi buku braille terus berlangsung hingga kini untuk memenuhi kebutuhan di Sekolah Luar Biasa (SLB), Balai/Panti Rehabilitasi Sosial PDSN dan Lembaga Kesejahteraan Sosial yang memiliki kepedulian pada PDSN.
Capaian pemenuhan hak disabilitas hingga kini masih terbilang rendah berdasarkan Susenas Tahun 2018. Akses informasi kelompok disabilitas usia 15 tahun ke atas masih 34,89 % yang menggunakan ponsel atau laptop dan hanya 8,5% dapat akses terhadap internet.
Kemensos hingga kini sangat terbuka untuk membangun kerja sama agar inovasi yang diciptakan Balai Literasi "Abiyoso" Cimahi dapat diproduksi secara masif. Swasta dan CSR pun dipersilahkan untuk ikut berperan.
Hal serupa disampaikan oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, Eva Rahmi Kasim bahwa Kemensos melalui Balai Literasi "Abiyoso" Cimahi terus menjembatani pihak-pihak yang ingin ikut berperan dalam mendukung pemenuhan hak-hak PDSN.
Tersedianya akses merupakan salah satu faktor penting yang memungkinkan aktifivitas literasi dapat dilakukan. "Kita bangun budaya literasi yang mengarah pada budaya membaca, khususnya budaya baca dengan teknologi literasi bagi PDSN," kata Harry.
Peningkatan literasi bagi PDSN ini dapat dilakukan melalui Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) dengan 3 pendekatan yang saling beririsan, yaitu pendekatan berbasis keluarga, komunitas dan residensial (Balai/Panti).
Untuk pendekatan berbasis residensial (Balai/Panti), seluruh Balai Rehabilitasi Sosial wajib menggunakan produk dari Balai Literasi "Abiyoso" Cimahi agar terstandardisasi secara nasional.
Sedangkan berbasis komunitas sangat dimungkinkan kerja sama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) atau Organisasi Penyandang Disabilitas untuk memastikan akses PDSN terhadap literasi ini berjalan. Apalagi jika kita bisa menjangkau langsung ke keluarga.
Harry menambahkan bahwa ATENSI Literasi berbasis keluarga salah satu komponen program yang akan dikembangkan adalah story telling bagi keluarga. Selain itu, perlu juga parenting skill bagi orang tua yang memiliki anak PDSN.
"ATENSI kedepan jadi strategi yang dinamis, integratif dan saling menguatkan antara pendekatan keluarga, komunitas dan residensial. Hal ini dalam rangka pemenuhan hak-hak PDSN," pungkas Harry.
Eva juga menyampaikan bahwa dalam ATENSI PD, Balai Literasi "Abiyoso" Cimahi tidak hanya memproduksi bahan bacaan braille, lebih jauh juga mengedukasi ke masyarakat tentang berbagai produk dan bagaimana menggunakannya.
Webinar ini diikuti oleh 440 peserta dari berbagai unsur, yaitu teman-teman PD, penyuluh sosial, pendamping, guru, dosen, pustakawan dan para penggiat literasi.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber berkompeten dibidangnya. Narasumber tersebut yaitu Eva Rahmi Kasim, Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, Weningsih, Educational Specialist & Country Representative Perkins School for the Blind USA, Rina Prasarani, PDSN yang merupakan karyawan inspiratif di hotel Grand Melia Jakarta dan Dimas Parasetyo Muharam, PDSN yang merupakan Pegawai Negeri Sipil Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Bagikan :