Menembus Batas: Program Kementerian Sosial untuk Penyandang Disabilitas
Penulis :
Rizka
Editor :
Dwi
Jakarta (24 November 2024) - Bagi Indah Permata Sari (21), seorang penyandang disabilitas fisik asal Magelang, Jawa Tengah, hidup tak lagi hanya soal bertahan. Berkat program vokasional dari Kementerian Sosial, kini ia menjadi wanita yang percaya diri, mandiri, dan mengejar impiannya berkarir di salah satu bank ternama di Indonesia. Program-program bagi penyandang disabilitas di Kementerian Sosial tak hanya memberikan harapan, tetapi juga membuka pintu masa depan yang lebih cerah bagi penyandang disabilitas di Indonesia.
Menteri Sosial, Saifullah Yusuf, menegaskan komitmennya untuk memberikan perlindungan sepanjang hayat bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesejahteraan sosial, termasuk penyandang disabilitas. Komitmen tersebut diwujudkan melalui tiga pilar utama: pengembangan (habilitasi) dan pemulihan (rehabilitasi) fungsi sosial, pemberian perlindungan dan jaminan sosial, serta peningkatan akses terhadap peluang kerja dan kewirausahaan.
Dalam konteks penyandang disabilitas, habilitasi dan rehabilitasi sosial menjadi fokus utama. Salah satu upaya nyata adalah melalui program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI). Program ini mengadopsi pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial, meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial, pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, terapi psikososial, pelatihan vokasional, kewirausahaan, serta bantuan aksesibilitas.
Habilitasi dan Rehabilitasi dalam Program ATENSI
Pada ATENSI, habilitasi diwujudkan dalam program-program yang mendorong penerima manfaat disabilitas untuk memiliki keterampilan baru yang belum pernah mereka miliki sebelumnya, sedangkan rehabilitasi berfokus pada pemulihan fungsi sosial. Sepanjang 2024, ATENSI telah memberikan manfaat kepada 69.835 penyandang disabilitas di seluruh Indonesia.
ATENSI bagi penyandang disabilitas diselenggarakan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas, 31 sentra terpadu dan sentra yang tersebar di seluruh Indonesia, dan 6 Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial. Masyarakat dapat datang langsung atau menghubungi unit pelaksana teknis terdekat atau sesuai wilayah jangkauan jika ingin mendapatkan program ATENSI.
Alat Bantu untuk Peningkatan Kemandirian
Untuk mendukung pengembangan kemampuan fisik, program ATENSI menyediakan berbagai alat bantu bagi penyandang disabilitas sesuai dengan kebutuhannya. Alat bantu tersebut meliputi kursi roda standar, kursi roda elektrik, dan kursi roda khusus untuk penyandang cerebral palsy, tongkat, kruk, kaki palsu prostetik, serta alat bantu dengar bagi lansia, anak, atau penerima manfaat lain yang memiliki masalah pendengaran. Selain itu, tersedia perangkat adaptif canggih untuk penyandang disabilitas sensorik netra, yang dilengkapi sensor pendeteksi air dan api.
Tidak hanya itu, Kemensos juga menciptakan alat bantu inovatif seperti Gelang Rungu dan Wicara (GRUWI) serta Gelang Tuna Grahita (GRITA). Kedua alat ini dilengkapi sensor gerak dan pendeteksi denyut nadi yang berbunyi saat pengguna dalam kondisi darurat, sehingga dapat membantu mencegah tindak kejahatan.
Beberapa alat bantu bahkan dirancang untuk meningkatkan pendapatan penerima manfaat, seperti motor roda tiga yang dilengkapi bak untuk membawa barang dagangan. Menariknya, motor ini dirakit oleh penyandang disabilitas melalui program vokasional di sentra. Sepanjang 2024, Kemensos telah menyalurkan lebih dari 9.600 alat bantu.
Layanan Terapi yang Komprehensif
Sentra-sentra Kemensos juga menyediakan berbagai terapi baik fisik maupun psikososial bagi masyarakat yang kurang mampu. Terapi fisik diberikan kepada penyandang disabilitas fisik, sedangkan terapi psikososial untuk penyandang disabilitas mental dan intelektual. Di Sentra, terapi fisik dilengkapi dengan Sumber Daya Manusia dan alat-alat terapi yang lengkap.
Sentra Terpadu Kartini Temanggung dan Sentra Terpadu Soeharso di Surakarta misalnya. Kedua sentra ini mengembangkan berbagai layanan khusus untuk membantu individu yang mengalami hambatan fisik hambatan fisik, mental, intelektual, serta keterbatasan bicara dan sensori seperti anak dengan autisme, ADDH, speech delay, dan cerebral palsy.
Kemensos juga mendirikan Sekolah Ramah Cerebral Palsy di Sentra Terpadu Inten Soeweno, Cibinong. Sekolah ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan khusus penyandang cerebral palsy.
Di berbagai Sentra, penyandang disabilitas mental atau Orang dengan Gangguan Jiwa diberikan terapi melalui pengembangan keterampilan seperti berkebun, mengolah bahan makanan, hingga menjadi barista.
“Di sentra, saya diberikan kesempatan untuk mandiri, tidak tergantung dengan orang lain,” ujar Peter (52), seorang penyandang disabilitas mental yang suka berkebun di Sentra Wirajaya di Makassar.
Program Permakanan dan Akses Kesehatan
Sentra dan balai di Kemensos juga memfasilitasi individu dan keluarga yang mengalami penyakit berat agar bisa mengakses fasilitas kesehatan yang mumpuni. Beberapa di antaranya adalah anak-anak yang jika penyakitnya tidak ditangani akan mengalami keterbatasan fungsi tibu. Pada layanan ini, individu dan keluarga akan dirujuk di sentra atau balai dan mendapat fasilitas berupa akomodasi dan bantuan pengurusan BPJS Kesehatan. Baik sentra maupun balai telah dilengkapi dengan ambulance untuk mengantar jemput penerima manfaat ke rumah sakit.
Bagi penyandang disabilitas tunggal, Kemensos memberikan bantuan berupa permakanan atau makan bergizi gratis yang diberikan setiap hari sebanyak dua kali. Program ini sudah menyasar 36.000 penyandang disabilitas. Selain itu, Kemensos juga menyelenggarakan operasi katarak di berbagai pelosok nusantara bagi lanjut usia. Program ini bertujuan untuk mencegah kebutaan yang mengakibat kondisi disabilitas.
Pemberdayaan melalui Pelatihan Vokasional
Dalam aspek pemberdayaan, Kemensos melalui sentra dan sentra terpadu menyelenggarakan bermacam pelatihan vokasional bagi penyandang disabilitas. Pelatihan untuk menyiapkan para penyandang disabilitas agar siap kerja atau mampu membuka usaha saat proses rehabilitasi sosial di sentra selesai.
Di Sentra Phalamartha Sukabumi, penyandang disabilitas mental diajari cara mengolah makanan. Hasil olahan mereka dijual di Sentra Kreasi Atensi dan dapat dibeli oleh masyarakat yang datang ke sentra. Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi para penyandang disabilitas yang ingin membuka usaha.
Sementara itu, Sentra Terpadu Intern Soeweno (STIS) Cibinong memiliki berbagai macam keterampilan vokasional bagi penyandang disabilitas fisik. Mulai dari otomotif, contact center, menjahit, desain grafis, komputer, decoupage, teknik elektro, pengelasan logam, dan berbagai pelatihan lainnya. STIS Cibinong telah berhasil menghantarkan lulusannya bekerja di berbagai perusahaan. Selain itu, Sentra Mulya Jaya di Jakarta juga berhasil mengirimkan lulusannya yang kebanyakan adalah penyandang disabilitas rungu wicara ke dunia kerja.
Perlindungan Sosial
Kemensos melalui Program Keluarga Harapan (PKH) memberikan perlindungan sosial yang berfokus pada penyandang disabilitas berat dalam keluarga miskin sebagai salah satu komponen penerima manfaat. Dukungan ini berupa bantuan tunai sebesar Rp600.000 setiap tiga bulan atau total Rp2,4 juta per tahun. Bantuan ini dirancang untuk membantu keluarga memenuhi kebutuhan dasar penyandang disabilitas berat, seperti biaya perawatan, aksesibilitas, dan kebutuhan khusus lainnya, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka dan mengurangi beban ekonomi keluarga penerima.
Bagikan :