Penulis :
Alek Triyono
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Intan Qonita N
SLEMAN (22 Februari 2020) - Menteri Sosial (Mensos) Republik Indonesia, Juliari P. Batubara mengunjungi rumah duka korban meninggal dunia pasca kegiatan susur sungai SMPN 1 Turi Sleman, Yogyakarta.
"Pertama-tama, untuk korban yang meninggal dunia, kami sangat berduka. Mereka adalah anak-anak yang masih sangat remaja," tutur Juliari di Puskesmas Turi, Sleman, Sabtu (22/2).
Mensos mengungkapkan bahwa pihaknya sangat berduka, harapannya agar keluarga bisa tabah menerima cobaan ini.
Setibanya di Sleman, Mensos bergegas menjenguk korban luka yang dirawat di Puskesmas Inap Turi. Selanjutnya, Mensos langsung melihat lokasi kejadian yaitu Sungai Sempor.
Kunjungan dilanjutkan ke rumah duka korban untuk menyampaikan belasungkawa kepada orangtua korban.
Kunjungan pertama adalah kediaman keluarga almarhumah (almh.) Nur Azizah yang beralamat di Desa Wisata Kembang Arum, Donokerto, Turi. Kemudian, dilanjutkan mengunjungi kediaman keluarga almh. Lathifa Zulfa di Desa Kembang Arum RT 4 RW 33, Donokerto, Turi, Kabupaten Sleman.
Pasca kejadian tersebut, Kementerian Sosial telah menyerahkan santunan ahli waris bagi korban yang meninggal sebanyak delapan jiwa senilai 120 juta rupiah. Sementara, dua orang lainnya masih menunggu hasil pencarian korban.
"Santunan dari Kemensos, 15 juta perkorban yang meninggal. Sementara, yang luka-luka ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah daerah hingga bisa dipulangkan ke rumah masing-masing," papar Mensos.
Mensos menyampaikan bahwa mewakili pemerintah, pihaknya hadir untuk melihat langsung bagaimana penanganan bencana tersebut.
Dan juga, lanjutnya, pihaknya berdoa bagi kesembuhan anak-anak yang masih dirawat agar dapat segera pulih, agar normal kembali dan dapat beraktivitas seperti sedia kala.
"Dan saya juga mendengar ada dua (korban) yang belum ditemukan. Kita semua berdoa supaya segera ditemukan dan keluarga segera mendengar berita terhadap anak-anak kesayangannya tersebut," tutur Ari, sapaan akrab Mensos.
Kegiatan susur sungai Pramuka yang dilaksanakan SMPN 1 Turi diikuti oleh 249 siswa kelas VII dan kelas VIII. Yang cukup disayangkan oleh berbagai pihak adalah pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan pada saat musim penghujan.
Mensos Juliari menyesalkan atas terjadinya musibah, yang menurutnya merupakan kelalaian dari penyelenggaranya, sehingga tetap harus ada pihak yang bertanggungjawab.
"Safetynya itu harus diperhatikan. Saya dengar tidak pakai helm, tidak pakai pelampung, ini 'kan lalai sekali. Makanya, tadi saya sampaikan kita menyesalkan, kita berduka, tapi tentunya, juga harus ada investigasi, harus ada yang bertanggungjawab," ungkap Ari di hadapan wartawan.
Kedepannya, imbuhnya, tidak boleh ada lagi kegiatan-kegiatan yang membahayakan, terlebih tidak didukung dengan adanya perlengkapan-perlengkapan keamanan. Saya kira itu pesan saya, mudah-mudahan dipatuhi dan didengarkan.
Sementara itu, menurut ibu almh. Nur Azizah, kegiatan tersebut tidak ada pemberitahuan kepada orangtua sebelumnya.
"Saya tidak tahu kalau mau ada kegiatan tersebut, karena tidak ada pemberitahuan dari sekolah," tuturnya.
Dalam kunjungan tersebut, Mensos didampingi oleh Bupati Sleman Sri Purnomo, Dirjen Rehabilitasi Sosial Edy Suharto, Direktur PSKBA Rachmat Koesnadi, Kepala Dinas Sosial Provinsi DIY Untung Sukaryadi dan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sleman, Eko Suhardono.
Kementerian Sosial juga menurunkan tim trauma healing untuk memberikan layanan psikologis kepada korban yang mengalami trauma akibat peristiwa tersebut.
"Bagi korban yang dirawat, dari Kementerian Sosial sudah melakukan layanan psikososial, trauma healing. Nanti, jika diperlukan, bagi anak-anak yang masih memerlukan trauma healing, kita juga sediakan layanan tersebut," pungkasnya.
Bagikan :