Mensos Risma Beri Perhatian Kepada Gadis dari Keluarga Tidak Mampu Pengidap Tumor Uterus

Mensos Risma Beri Perhatian Kepada Gadis dari Keluarga Tidak Mampu Pengidap Tumor Uterus
Penulis :
Husnun Faridah
Editor :
Laili Hariroh

KOTA MOJOKERTO (5 September 2024) - Senyuman terpancar dari wajah Septi (32), kakak dari Oktavia Dwi Rahmadani (18) ketika rumahnya dikunjungi Menteri Sosial Tri Rismaharini pada Kamis (5/9) siang. Akrab disapa Okta, gadis berusia 18 tahun tersebut kini sedang berjuang melawan tumor uterus yang diidapnya sejak 2022 lalu.

 

Bermula dari scanning media oleh tim Kemensos, ditemukan informasi bahwa Okta yang kini hanya tinggal bersama sang kakak karena kedua orangtuanya telah meninggal, memiliki tumor uterus dan mengalami hambatan dalam biaya pengobatan. Kondisi Okta yang semakin menurun, menghambat aktivitasnya dan kini hanya bisa terbaring lemah di atas kasur. Okta juga sudah tidak bersekolah lagi sejak tahun 2023. Mensos Risma lantas memerintahkan jajarannya untuk segera memberikan penanganan pada Okta.

 

Septi mengetahui ada benjolan di perut sebelah kanan Okta saat akan memakaikan baju seragam sekolah. Kemudian ia memeriksakan Okta ke RS Gatoel Mojokerto. Disana ia dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar yaitu di RS Angkatan Laut Surabaya. Perjuangan Septi bukan berhenti sampai disitu saja, ia rutin membawa Okta diperiksa ke Surabaya hingga terdapat perawatan yang tidak tercover BPJS. Akhirnya Septi sempat berhenti membawa Okta diperiksa ke rumah sakit karena tidak memiliki biaya dan berakibat mengalami penurunan kondisi kesehatan. Namun karena tekat dan semangatnya ia tetap berusaha dalam pengobatan Okta, dibantu oleh kerabatnya dengan membuka donasi ke komunitas-komunitas sosial. 

 

"Okta harus bahagia ya, kalau mau cepat sembuh harus bahagia," ujar Mensos Risma memberi motivasi kepada Okta saat menyambangi rumah nya. Mensos juga menyarankan Okta untuk konsumsi daun kelor sebagai alternatif penanganannya. Mensos juga menjelaskan saat menjadi walikota Surabaya dulu, pernah menemui kasus seperti ini dan bisa sembuh dengan bantuan konsumsi daun kelor. Okta sejak lahir mengalami disabilitas intelektual (slow leaner) dan speach delay. Semenjak orang tua mereka meninggal dunia, septi menjadi tulang punggung bagi Okta dan kedua anaknya yang masih balita. Seharj-hari Septi menjaga stand minuman di alun-alun Mojokerto dengan upah Rp35.000 per hari. Dari penghasilan tersebut, Septi membiayai kebutuhannya sehari-hari dan untuk pengobatan Okta.

 

Di hadapan awak media, Mensos menyampaikan kepada Septi (kakak dari Okta) untuk tidak bekerja dulu selama proses penanganan Okta. Mensos juga berpesan kepada Dinas Kesehatan dan tim dari Kemensos untuk terus memantau kondisi kesehatan Okta dan tindak lanjut pengobatannya. Kemensos melalui Sentra Margo Laras Pati memberikan bantuan ATENSI berupa sembako, nutrisi, perlak, pampers dewasa, kasur, sandang, alat bantu kursi roda, uang bantuan operasional perawatan untuk menunjang penanganan Okta. Untuk pemberdayaan kepada Septi dikarenakan ia menjadi tulang punggung keluarga, Septi juga mendapatkan bantuan usaha toko kelontong di depan rumahnya dan diharapkan bisa fokus merawat Okta dan tetap memiliki pendapatan. Kemensos juga memberikan bantuan perlatan sekolah dan mainan edukatif kepada kedua anak Septi.

 

Septi menjelaskan bahwa Okta kemarin sudah dilakukan CT scan dan saat ini tinggal menunggu hasil untuk penetuan tindakan. "Saya sangat tidak menyangka akan mendapatkan perhatian sebesar ini, Bu Risma juga bergerak cepat, saya sangat mengucapkan terima kasih kepada Bu Risma, Kemensos, dinas kesehatan, dinas sosial, atas bantuan yang diberikan, saya tidak bisa membalas satu-satu, terima kasih sekali," ucap Septi dengan air mata penuh haru.

Bagikan :