Menunggu Huntap, Kemensos Penuhi Kebutuhan Dasar Warga Aholeang - Rui
Penulis :
Alif Mufida Ulya (OHH Ditjen Linjamsos)
Editor :
Alek Triyono (OHH Ditjen Linjamsos) ; Annisa YH
Penerjemah :
Karlina Irsalyana
MAJENE (20 Januari 2022) – Satu tahun pasca gempa Sulawesi Barat (Sulbar) yang berpusat di Kabupaten Majene terjadi pada Januari 2021 lalu, warga dari dua dusun, yaitu Dusun Aholeang dan Dusun Rui, Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, masih bertahan di lokasi pengungsian di Desa Mekkatta.
Pengungsian masih ada sampai saat ini lantaran program Hunian Tetap (Huntap)/rumah bagi warga dua dusun tersebut masih dalam proses pembangunan. Di tengah proses pembangunan Huntap itu, Kementerian Sosial berupaya melakukan pendampingan kepada 150 KK atau 604 jiwa dari dua dusun tersebut.
“Sembari menanti proses pembangunan Huntap selesai dilaksanakan oleh instansi yang berwenang, Kementerian Sosial melakukan pendampingan kepada penyintas di Dusun Aholeang dan Rui, Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda,” ujar Subkoordinator Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), Fahri Isnanta, mewakili Kementerian Sosial di Malunda, Rabu (19/1).
Pendampingan itu diberikan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dan Layanan Dukungan Psikososial (LDP). Hal ini sesuai dengan tugas Kementerian Sosial dalam pembagian klaster nasional penanggulangan bencana, dimana Kementerian Sosial mempunyai tugas dalam pemenuhan kebutuhan dasar logistik, pengungsian dan LDP.
Untuk mengetahui kebutuhan dasar warga, Kementerian Sosial bersama Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Barat, Dinas Sosial Kabupaten Majene, BPBD Majene, hingga Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BRSPDI) "Nipotowe" Palu, serta melibatkan Camat Malunda, Kepala Desa Mekkatta, dan personel Tagana, melakukan pemetaan dan assessment awal.
Dari hasil pemetaan itu, kebutuhan dasar warga yang diupayakan Kemensos berupa tenda serbaguna 5 unit, tenda gulung 150 lembar, family kit 170 paket, selimut 170 lembar, kasur 170 buah, sembako 150 paket, makanan anak 150 paket, makanan siap saji 300 paket, seragam sekolah 100 stel, listrik, air untuk MCK, hingga alat bantu untuk penyandang disabilitas.
Berbagai bantuan itu, dikatakan Fahri, dikirim dari Gudang Regional Makassar, Gudang Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Barat, Gudang Dinas Sosial Kabupaten Majene dan Gudang BRSPDI "Nipotowe" Palu.
“Pembagian tugas ini dimaksudkan agar penanganan pemenuhan kebutuhan dasar penyintas dapat terlaksana secara terpadu dan komprehensif,” tambahnya.
Saat ini, telah berdiri 5 unit tenda serbaguna di lokasi pengungsian Desa Mekkatta, yaitu 2 unit tenda untuk sekolah dan 3 unit tenda untuk shelter penyintas.
“Selanjutnya, tenda-tenda tersebut juga dilengkapi dengan bantuan logistik dan fasilitas pendukung lingkungan pengungsian lainnya, seperti sarana listrik dan air bersih,” kata Fahri.
Pengungsian ini, sebelumnya, mengalami keterbatasan penerangan. Warga memakai satu sumber daya listrik yang tersambung dari rumah ke rumah, sehingga tidak semua tenda warga bisa menggunakan listrik dalam waktu yang bersamaan.
“Kini, tenda merah putih telah dilengkapi sarana listrik dan penerangan yang cukup baik, sehingga dapat menerangi aktivitas malam hari warga,” terangnya.
Terkait hal ini, Kemensos telah mengupayakan pihak PLN setempat untuk memasok kebutuhan listrik, termasuk penambahan daya KWH meteran untuk jangka pendek. Adapun, untuk jangka panjang, PLN akan membangun infrastruktur perluasan jaringan.
Sementara itu, guna mendukung terpenuhinya kebutuhan akan air, Tagana dibantu warga Dusun Aholeang melakukan pengeboran sumur di sekitar lokasi untuk mencari sumber air pada kedalaman 30 meter. Air tersebut kemudian dipompa untuk memenuhi tandon air yang telah disiapkan di dekat MCK.
Aspek sanitasi, termasuk adanya pasokan air bersih dan sarana MCK yang memadai ini, disampaikan Fahri, menjadi penting untuk diperhatikan di tempat pengungsian. “Dengan adanya sanitasi yang baik, maka kondisi kesehatan penyintas juga dipastikan baik,” jelas dia.
Warga Aholeang - Rui Merasa Tenang dan Nyaman
Adanya tenda serbaguna berwarna merah putih milik Kementerian Sosial, yang terpasang sejak Sabtu (15/1) dan dapat mulai ditempati pada Rabu malam (19/1) itu, memunculkan berbagai tanggapan dari warga Dusun Aholeang, salah satunya, Rismawati (22). Ibu beranak satu, yang mulai menempati tenda dari Kemensos ini, mengungkapkan perasaannya setelah pindah dari tenda yang lama.
“Alhamdulillah, dengan bantuan tenda ini, kami sudah tidak terlalu khawatir. Kami tidak perlu takut lagi kalau angin kencang, tidak perlu takut lagi kalau pohon tumbang. Karena ini memakai besi, sedangkan yang kemarin, kami pakai itu hanya tali rafia dan kayu. Jadi, di sini kami terlindungi karena tidak berdekatan dengan pohon juga,” ungkapnya.
Kesediaannya untuk pindah dilatarbelakangi oleh kekhawatiran yang kerap membayanginya. “Selama saya di pengungsian, belum pernah nyenyak tidurnya. Karena kalau angin kencang, kami takut sama pohon kelapa, khawatir nanti tendanya rusak lagi, dibawa sama angin,” terangnya.
Untuk itu, dia menyampaikan rasa terima kasihnya atas kenyamanan tenda, beserta fasilitas pendukung lainnya yang diberikan. “Terima kasih atas bantuan tenda ini, kami sangat bersyukur karena adanya tenda dari Kementerian Sosial, kami tinggal itu jadi lebih aman dan nyaman,” tuturnya yang diikuti anggukan dari warga lainnya.
Pada dasarnya, kolaborasi Kementerian Sosial, bersama pemerintah daerah setempat, dimaksudkan untuk dapat memberikan kontribusi nyata dan cepat pada berkurangnya beban masyarakat di Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, pasca gempa Sulbar setahun lalu.
Sebagai langkah keberlanjutan, Kementerian Sosial masih akan terus melakukan pendampingan terhadap warga. Ini bukti bahwa negara hadir untuk setiap penyintas bencana, dalam hal ini, penyintas pasca gempa Sulbar 2021.
Selanjutnya, Kementerian Sosial akan kembali mendistribusikan tenda-tenda skala kecil berbasis keluarga dan toilet portable dalam mendukung pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak.
Tidak hanya itu, Kementerian Sosial juga memastikan LDP kepada warga kedua dusun tersebut dengan melibatkan kelompok seni/sanggar dan pilar-pilar sosial di Provinsi Sulawesi Barat sehingga diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan warga.
Bagikan :