Sejarah Lahirnya Tulisan Braille
Jakarta (5 Januari 2023) – Tanggal 4
Januari, hari kelahiran Louis Braille diperingati oleh dunia internasional
sebagai "Hari Braille". Louis Braille lahir pada tanggal 4 Januari
1809 di Coupvray, Perancis. Berkat inovasinya, lebih dari 40 juta orang Tunanetra
di seluruh dunia dapat belajar membaca dan menulis, serta oleh karenanya dapat
mengenyam pendidikan sebagaimana rekan-rekannya yang awas.
Usaha untuk menciptakan tulisan bagi orang tunanetra
telah dimulai. Sekurang-kurangnya 17 abad yang lalu, ketika seorang cendekiawan
tunanetra Jepang pada abad ke-4 mengukir huruf-huruf pada kayu dan mendirikan
sebuah perpustakaan yang cukup besar untuk menghimpun karya-karyanya itu.
Hingga awal abad ke-19, orang-orang di Eropa masih memusatkan usaha membantu tunanetra
belajar membaca dan menulis itu dengan memperbesar huruf latin atau romawi
dengan menggunakan tali-temali, potongan-potongan logam, kulit atau kertas, tetapi
hasilnya masih jauh dari memuaskan.
Puncak keberhasilan usaha-usaha ini dicapai oleh
Louis Braille, seorang anak tukang sepatu yang menjadi buta akibat tergores
matanya oleh pisau pemotong kulit milik ayahnya. Louis Braille mendapatkan
inspirasi bagi ciptaannya itu dari Kapten Charles Barbier, seorang bekas
perwira artileri Napoleon. Dalam peperangan Napoleon, Barbier menciptakan
tulisan sandi yang terdiri dari titik-titik dan garis-garis timbul yang
dinamakannya "tulisan malam". Dia menggunakan tulisan ini untuk
memungkinkan pasukannya membaca perintah-perintah militer dalam kegelapan malam
dengan merabanya melalui ujung-ujung jari. Meskipun ciptaan Barbier ini telah
terbukti berhasil untuk keperluan militer, tetapi tidak cocok untuk keperluan
membaca dan menulis biasa. Akan tetapi, ini memberi petunjuk yang sangat
berharga bagi Louis Braille ke arah apa yang sedang dicari-carinya.
Setelah pertemuannya dengan Charles Barbier, Louis
Braille selalu memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk membuat
titik-titik dan garis-garis pada kartu-kartu untuk berusaha menciptakan tulisan
yang cocok bagi tunanetra. Dia selalu mencobakan setiap perkembangan tulisannya
itu kepada kawan-kawannya yang tunanetra. Menyadari bahwa jari jari
kawan-kawannya lebih peka terhadap titik daripada terhadap garis, maka dia
memutuskan untuk hanya menggunakan titik-titik saja dan mengesampingkan
garis-garis bagi tulisannya itu.
Akhirnya, pada tahun 1834, ketika Louis Braille
berusia awal 20-an,sempurnalah sistem tulisan yang terdiri dari titik-titik
timbul itu. Louis Braille hanya menggunakan enam titik domino sebagai kerangka sistem
tulisannya itu. Satu atau beberapa dari enam titik itu divariasikan letaknya
sehingga dapat membentuk sebanyak 63 macam kombinasi yang cukup untuk
menggambarkan abjad, angka, tanda-tanda baca, matematika, musik, dan
sebagainya. Ketika'Louis Braille masih sedang menyederhanakan sistem tulisannya
itu, dia diangkat sebagai guru di L'Institution Nationale des Jeunes Aveugles
(Lembaga Nasional untuk Anak-anak Tunanetra) di Paris yang didirikan oleh
Monsieur Valentin Hauy pada tahun 1783. Dia segera menjadi guru yang sangat
disukai. Dia dipercaya untuk mengajar sejarah, geografi, matematika, tata
bahasa Perancis, dan musik. Ketika sistem tulisannya sudah cukup sempurna, dia
mulai mencobakan kepada murid-muridnya. Mereka menyambutnya dengan gembira dan
sangat merasakan manfaatnya. Meskipun Dr. Pignier, kepala lembaga itu,
mengizinkan sistem tulisan itu dipergunakan dalam pengajaran di sekolah itu, namun
tak seorang pun di luar lembaga itu mau menerima keberadaannya, karena mereka
belum pernah melihat betapa baiknya sistem tulisan ini, mengajarkan tulisan
yang berbeda dari tulisan umum, dianggapnya sebagai sesuatu yang amat ganjil
dan tidak masuk akal.
Karena badan pembina lembaga itu pun tidak menyukai
sistem tulisan ini, maka mereka memecat Dr. Pignier ketika ia merencanakan
menyalin buku sejarah ke dalam braille. Kepala yang baru, Dr. Dufau tidak
menyetujui sistem Braille itu dan melarang keras penggunaannya, karena
murid-muridnya telah mengetahui kebaikan tulisan Braille itu. mereka tidak
kurang kecewanya daripada Braille sendiri, maka mereka meminta Braille
mengajarnya secara diam-diam demi murid-muridnya itu.
Dia setuju mengajar mereka di luar jam sekolah,
karena guru dan semua murid di dalam kelas itu tunanetra, maka tidaklah
mustahil bagi guru guru lain untuk mengintip kelas rahasia itu dan
memperhatikannya tanpa mereka ketahui.
Kepala staf pengajar, Dr. Guadet, sering mengamati
pelajaran rahasia ini dengan penuh minat dan simpati. Setelah melihat betapa
cepatnya murid-murid itu memahami pengajaran yang disampaikan oleh Braille itu,
maka Dr. Guadet mengimbau kepada Dr. Dufau agar mengubah
pendiriannya dan mengizinkan penggunaan sistem tulisan itu. Akhirnya Dr.
Dufau setuju, dan menjelang tahun 1847 LouiBraille kembali dapat mengajarkan ciptaannya
itu secara leluasa.
Pada tahun 1851 Dr. Dufau mengajukan ciptaan
Braille itu kepada Pemerintah Perancis dengan permohonan agar ciptaan tersebut
mendapat pengakuan pemerintah, dan agar Louis Braille diberi tanda jasa,
tetapi, hingga dia meninggal pada tanggal 6 Januari 1852, tanda jasa ataupun
pengakuan resmi terhadap ciptaannya itu tidak pernah diterimanya. Baru
beberapa bulan setelah wafatnya, ciptaan Louis Braille itu diakui secara resmi
di L'institution Nationale des Jeunes Aveugles, dan beberapa tahun
kemudian dipergunakan di beberapa sekolah tunanetra di negara-negara
lain.
Baru menjelang akhir abad ke-19 sistem tulisan ini
diterima secara universal dengan nama tulisan "Braille". Kini sudah
lebih dari satu setengah abad sejak tulisan braille itu tercipta dengan
sempurna, namun kemajuan teknologi masih belum dapat menyaingi kehebatannya.
Bahkan akhir-akhir ini tulisan braille sekalilagi telah membuktikan
kesempurnaannya karena dengan mudah dapat diadaptasikan untuk keperluan
transmisi informasi dari alat-alat pengolah data seperti komputer.
Untuk mengenang jasanya yang tak terhingga itu, pada
tahun 1956 The World Council for the Welfare of the Blind (Dewan Dunia untuk Kesejahteraan
Tunanetra) menjadikan bekas rumah kediaman Louis Braille yang terletak di
Coupvray, 40 km sebelah timur Paris, sebagai museum Louis Braille. Karena pada
tahun 1984 WCWB melebur diri dengan International Federation of the Blind
(Federasi Tunanetra Internasional) menjadi World Blind Union (Perhimpunan Tunanetra
Dunia), maka sejak tahun itu pemeliharaan dan pengembangan museum ini menjadi
tanggung jawab WBU.