Senyum Ceria Memey, Anak Penderita Mikrosefalus Setelah Dapatkan Kursi Roda Adaptif dari Kementerian Sosial

  • Senyum Ceria Memey, Anak Penderita Mikrosefalus Setelah Dapatkan Kursi Roda Adaptif dari Kementerian Sosial
  • IMG_20230303_171212

Penulis :
Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
Editor :
David Myoga
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

JAKARTA (2 Maret 2023) – Kementerian Sosial Republik Indonesia menerima laporan pengaduan masyarakat mengenai Memey, seorang anak perempuan berusia 9 tahun yang menderita Mikrosefalus pada Kamis (21/2). Pengaduan masyarakat tersebut kemudian ditanggapi dan ditindaklanjuti oleh Kementerian Sosial RI melalui Sentra “Handayani” di Jakarta.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Meerada Saryati, menyampaikan bahwa harus segera dilakukan penelusuran ke keluarga agar dapat mengetahui kondisi anak secara komprehensif. “Asesmen yang dilakukan kepada anak dan keluarga benar-benar harus memperhatikan kepentingan anak dan apa kebutuhannya. Pastikan apakah anak sudah mendapatkan treatment atau terapi kesehatan atau belum? Bagaimana kondisi keluarganya? Bagaimana pemenuhan kebutuhannya sehari-hari,” ujar Meerada.

Petugas Sentra “Handayani” langsung menelusuri informasi terkait keberadaan Memey dan mendatangi tempat tinggalnya untuk melakukan asesmen. Petugas bertemu dengan Ibu Memey, Ardita, yang kemudian menjelaskan kondisi anaknya. Memey lahir prematur saat ia berusia 6 bulan, dengan berat 1,3 kg atau hanya sebesar botol. Memey cukup lama berada di dalam inkubator karena kondisinya yang sangat lemah. Setelah pulang dari rumah sakit, ia tidak menunjukkan perkembangan perubahan berat badan yang signifikan. Sementara itu, Memey juga mengalami kaku pada sekujur tubuhnya sehingga ia tidak bisa bergerak bebas seperti anak-anak seusianya. Selain itu, tubuh Memey berulang kali bergerak-gerak tanpa ia sadari.

Saat berusia tiga tahun, Ibu Memey membawanya ke Rumah Sakit, dan ia pun di diagnosa menderita Mikrosefalus. Mikrosefalus merupakan kondisi dimana seseorang memiliki ukuran otak yang lebih kecil daripada ukuran normal. Kondisi tersebut menghambat pertumbuhan otak dan pada akhirnya berpengaruh pada kinerja tubuh lainnya. Memey memiliki ukuran kepala yang kecil diikuti dengan ukuran kaki, tangan, dan bagian tubuh lainnya yang juga berukuran kecil. Di usianya yang kesembilan, berat badannya hanya 8 kg dengan tinggi badan 135 cm. Sehari-hari, Memey hanya tidur di kasur dan bantal yang lusuh karena ia tidak bisa berpindah tempat tanpa bantuan orang lain.

Ardita pun mengaku bahwa ia hanya membawa Memey ke Rumah Sakit saat ia berusia 3 tahun, karena ia merasa cukup kesulitan untuk membawa Memey ke Rumah Sakit seorang diri, sementara suaminya bekerja dan anak pertamanya merupakan seorang siswi SMP. Ia menyadari bahwa hal tersebut tidak seharusnya menjadi alasan untuk tidak membawa Memey ke rumah sakit, namun kondisinya yang juga menderita diabetes dengan gula darah tinggi, serta kondisi ekonomi juga mempengaruhinya. Ia harus menyewa mobil atau memanggil taksi online untuk membawa Memey ke rumah sakit karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk membawa Memey menggunakan angkutan umum.

Sementara ini, Ayah Memey yang berprofesi sebagai tenaga kebersihan di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta tidak bisa bekerja karena kondisi anaknya. Memey dan keluarga menempati rumah warisan keluarga yang ditempati oleh empat kepala keluarga dan anak-anak lainnya. Kondisi rumah yang ditinggali Memey pun kurang memadai untuk perawatannya, karena terdapat banyak debu di sekitar tembok dan lantai serta barang-barang yang tidak terawat dan jarang dibersihkan.

Petugas Sentra “Handayani” memberikan rekomendasi kepada Ardita untuk tinggal sementara di rumah asrama yang dimiliki Sentra “Handayani” untuk memudahkan  pemeriksaan dan terapi Memey, dan ia dapat belajar berwirausaha sambil menjaga Memey. Ardita perlu mempertimbangkan hal tersebut dan berdiskusi dengan suaminya, mengingat anak pertamanya bersekolah di dekat rumah dan suaminya yang bekerja dari pagi hingga tengah malam. 

Sembari mempertimbangkan hal tersebut, Sentra “Handayani” sementara memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan hidup layak bagi Memey berupa biskuit, pampers, susu, madu, pakaian, peralatan tidur, serta alat bantu aksesibilitas berupa kursi roda adaptif. Senyum Memey terus mengembang setelah mendapatkan Kursi Roda Adaptif dari Kemensos. 

“Alhamdulillah, sekarang saya bisa ajak Memey jalan-jalan pagi dan sore keluar rumah, kasihan selama ini ia tidak pernah bisa bermain dengan teman-temannya. Terima kasih banyak untuk Kementerian Sosial telah membantu anak saya”, ujar Ardita dengan penuh haru.

Saat ini, Sentra “Handayani” akan mencari solusi bagi keluarga Memey, agar Memey bisa mendapatkan terapi yang diperlukannya dan kondisi keluarganya juga teratasi.
Bagikan :