Penulis :
OHH Ditjen Rehsos
Editor :
Annisa YH
Penerjemah :
Ferenia Febi A; Karlina Irsalyana
JAKARTA (15 Juli 2020) - Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Harry Hikmat mewakili Menteri Sosial RI, Juliari P. Batubara menjadi pembicara dalam kegiatan Webinar dengan tema "Pahami Lansia, Bahagia Seluruh Keluarga". Webinar ini diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam rangka Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-27 Tahun 2020.
Dirjen Rehsos menyampaikan materi tentang Kebijakan Rehabilitasi Sosial untuk Kesejahteraan Sosial Lansia. "Kebijakan ini dibuat agar lansia tidak dipandang jadi beban penduduk, tetapi lansia punya potensi untuk mengawal bangsa ini," katanya.
Data lansia yang tercatat di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik Kemensos Tahun 2019 sebanyak 12,6 juta lansia miskin dan rentan (40% Status Sosial Ekonomi terbawah), 10,7 juta lansia di dalam keluarga dan 1,9 juta lansia di luar keluarga.
Kemudian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2020, populasi lanjut usia sebanyak 25,64 juta jiwa. Dari jumlah di atas menunjukkan bahwa jumlah lansia sudah menyentuh 9,6% dari total penduduk Indonesia dan akan mengalami aging population.
kepala BKKBN, Hasto Wardoyo menambahkan bahwa jika jumlah lansia mencapai 10% dari total penduduk di Indonesia, maka kita memasuki masa aging population dimana semakin banyak lansia yang harus ditanggung kehidupannya oleh warga usia produktif.
"Jumlah lansia yang besar ini akan menjadi persoalan bagi negara dan bangsa apabila kualitas hidup lansia tidak ada," ungkap M. Yani, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN.
Dirjen Rehsos menyampaikan bahwa Kemensos hadir untuk kesejahteraan sosial lanjut usia dengan kebijakan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI). Arah kebijakan ini dalam bentuk penguatan sistem rehabilitasi sosial yang terintegrasi dengan perlindungan lansia.
Selain itu, Kemensos hadir untuk perluasan jangkauan perlindungan lansia berbasis keluarga, komunitas dan residensial, penguatan kapasitas & kelembagaan Balai Rehabilitasi Sosial dan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Lanjut Usia, peningkatan kampanye kelanjut usiaan di seluruh sektor dan peningkatan peran masyarakat dan swasta dalam pelayanan sosial lansia.
"Kami sepakat untuk mengedepankan keluarga dalam hal rehabilitasi sosial lansia," kata Dirjen Rehsos. Kemensos sangat mengedepankan pendekatan berbasis keluarga. Jika keluarga terbatas melakukan penanganan, bisa dilakukan oleh LKS di komunitas maupun Balai sebagai basis residensial.
Bisnis Proses ATENSI Lanjut Usia dilakukan berdasarkan asesmen awal untuk menentukan pelayanan yang diberikan. ATENSI berbasis keluarga lebih diutamakan karena keluarga menjadi tempat lansia memenuhi kebutuhan fisik, psikis dan keluarga menjadi tempat terbaik bagi lansia. Proses ATENSI ini akan dikawal oleh para pendamping/pekerja sosial.
Berkat ketelitiannya dalam mengurus kedua orang tuanya yang menderita Diabetes, dengan cara tidak membatasi mereka maka mereka akan merasa senang dan bahagia. Perlakuan tersebut membuat kondisi gula darah orang tuanya dalam kondisi baik.
"ATENSI berbasis komunitas diberikan ketika keluarga mengalami keterbatasan dalam menangani lansia," tutur Dirjen Rehsos. Komunitas sebagai lingkungan terdekat lansia didampingi juga oleh LKS agar lebih sensitif dan responsif dalam mencegah dan menyelesaikan permasalahan yang dialami lansia.
Sedangkan ATENSI berbasis residensial yaitu perawatan lansia melalui Balai Rehsos, Panti Rehsos atau LKS Lanjut Usia. Layanan ini diberikan bagi lansia yang tidak memiliki kelurga, ditelantarkan oleh keluarga atau keluarga tidak mampu mengurus lansia karena permasalahan ekonomi.
Beberapa antisipasi peningkatan jumlah lansia juga disampaikan oleh Dirjen Rehsos. Mulai dari peningkatan kualitas dan kuantitas program pelayanan sosial, salah satunya melalui ATENSI, peningkatan peran keluarga dalam perawatan lansia, peningkatan layanan publik, kampanye nasional kelanjut-usiaan, peningkatan peran masyarakat dan swasta serta peningkatan kualitas kesejahteraan sosial masyarakat.
Dirjen Rehsos menambahkan bahwa Perawatan lansia berbasis residensial bisa melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kemensos dalam bentuk Balai/Loka Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, yaitu Balai Lansia "Budhi Dharma" Bekasi, Balai Lansia "Gau Mabaji" Gowa dan Balai Lansia "Minaula" Kendari.
Pelaksanaan ATENSI lanjut usia memerlukan sinergi semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, LKS dan masyarakat. Layanan yang diberikan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan dasar, terapi, perawatan/pengasuhan sosial dan dukungan keluarga.
Pengalaman terbaik yang disampaikan narasumber Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan Periode 2014-2019 saat mengurus kedua orang tuanya membenarkan bahwa keluarga menjadi tempat terbaik bagi lansia. "Satu hal yang saya sampaikan dalam mengurus lansia adalah make them as normal as possible. Jangan batasi mereka dan jangan perlakukan mereka seperti orang sakit," pungkasnya.
Dukungan keluarga juga menjadi hal penting yang disampaikan Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo dalam mengurangi stres pada lansia. "Masalah psikologis yang menimbulkan stres pada lansia yaitu kondisi sakit, ekonomi lemah, kondisi sosial yang tidak baik dan kesepian. Fungsi keluarga yang asah, asih dan asuh menjadi pendukung penuh dalam mengatasi ini," katanya.
Sejalan dengan hal tersebut, President - Indonesian Geriatrics Society, Siti Setiati mengungkapkan bahwa berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2019 dikatakan bahwa 40,64% lansia tinggal bersama 3 generasi, 27,3% lansia tinggal bersama keluarga. Sisanya tinggal bersama pasangan, tinggal sendiri dan lainnya. "Artinya bahwa keluarga berperan sekali dalam menjaga dan melibatkan lansia dalam berbagi aktivitas. Ini penting dan harus diupayakan," ungkapnya.
Siti Setiati juga menambahkan bahwa perlu mengenali masalah kesehatan pada lansia. "Sebagian besar lansia memiliki masalah kesehatan dikarenakan penurunan sistem imun, penyakit kronik degeratif seperti hipertensi, diabetes gangguan gigi, jantung, stroke gangguan oral. Kemudian malnutrisi dan penurunan kekuatan otot," katanya.
Untuk memberikan perawatan pada lansia maka perlu memperhatikan kebutuhan nutrisi, kebutuhan jasmani seperti aktivitas fisik, mengelola stres dan jangan biarkan lansia sendiri. Pelaku rawat juga sangat penting bagi lansia. sebanyak 79% caregiver (pelaku rawat) lansia adalah anggota keluarga.
Kegiatan Webinar ini diikuti oleh 5.000 peserta melalui virtual meeting Zoom maupun melalui kanal media sosial seperti Youtube, Instagram dan Facebook. Webinar ini juga menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya, yaitu Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, Menteri Perikanan dan Kelautan periode 2014-2019, Susi Pudjiastuti dan President - Indonesian Geriatrics Society, Siti Setiati.
Bagikan :