Kelasi Satu Raditaka Mardiansyah Ingin Adiknya Menjadi Tentara
Penulis :
Humas Balai Residen Galih Pakuan Bogor
Editor :
Aryokta Ismawan
Penerjemah :
Intan Qonita N
TUBAN (26 April 2021) - Kementerian Sosial melalui Balai Residen Galih Pakuan Bogor masih bergerak untuk memberikan layanan dukungan psikososial bagi keluarga korban KRI Nanggala 402, sesuai dengan arahan Menteri Sosial Tri Rismaharini bahwa Kementerian Sosial turut berempati dan memberikan dukungan moril bagi keluarga korban KRI Nanggala 402.
Kabupaten Tuban menjadi lokasi terakhir yang dikunjungi oleh tim dari Balai Residen Galih Pakuan. Tim mengunjungi keluarga korban Raditaka Mardyansah yang beralamat di Dusun Kesamben Timur RT 05 RW 01 Kesamben Plumpang Tuban.
Tim bertemu dengan ayah dan ibu korban serta beberapa kerabat dan keluarga yang juga hadir di sana untuk memberikan dukungan. Orang tua korban tampak tegar menghadapi peristiwa yang menimpa anaknya.
Ibu korban, Sutiah menceritakan tentang kronologi ketika pertama mendapatkan informasi tenggelamnya KRI Nanggala dimana anaknya menjadi salah satu awak kapal tersebut. "Saya panik, menangis, saya coba panggil saudara saya, saat itu kami hanya bisa menangis," ujar Sutiah.
Selanjutnya ayah korban yaitu Mugiono menambahkan bahwa yang dapat dia lakukan saat itu adalah menenangkan istrinya. "Alhamdulillah ibu sekarang sudah agak mendingan, dari kemarin sampai dengan jam 10 pagi tadi ibu masih belum mau banyak bicara, baru dari tadi siang ibu mulai bisa ngobrol lagi," kata Mugiono.
Kelasi Satu Raditaka Mardiansyah yang biasa dipanggil Dika, kelahiran 27 Maret 1994, diketahui sebagai anak ke dua dari empat bersaudara. Bapaknya adalah seorang mantan Tukang Ojek yang sekarang sudah berhenti karena sering sakit dan perannya digantikan oleh Raditaka, dan ibunya adalah Ibu Rumah Tangga biasa. Kakaknya, Ari Sugiono adalah juga prajurit Angkatan Laut kini bertugas dan tinggal di Sulawesi Tengah bersama istri dan anaknya. Adiknya yang nomor 3, Ahmad Faisal Setiawan, saat ini telah lulus SMA dan sedang proses pendaftaran untuk mengikuti sekolah Angkatan Laut, mengikuti jejak kedua kakaknya. Sedangkan adik yang paling kecil, Bima Yuda Prawira masih duduk di bangku kelas 2 SDN Kesamben 01.
Dari cerita yang disampaikan orang tua Dika, tim dapat mengetahui bahwa Dika adalah sosok kakak yang sangat memberikan inspirasi bagi adik adiknya, dan dia juga adalah sosok anak yang mampu membanggakan orang tuanya. Orang tua korban juga bercerita bahwa Dika adalah sosok anak yang mandiri, tidak menyusahkan orang tuanya, malah menjadi tulang punggung keluarga yang juga membantu adik-adiknya sekolah.
Satu cita-cita Dika yang belum kesampaian adalah membantu adiknya yang nomor 3 untuk menjadi tentara. “Dek, kamu harus jadi tentara agar ada yang bisa gantiin Mas Dika bantuin Bapak dan Ibu dan juga nyekolahin Bima, setelah Mas Dika menikah nanti." Itu adalah pesan Dika yang disampaikan kepada Ahmad seperti yang diceritakan ibunya.
Raditaka juga sebelumnya berencana untuk bertunangan bulan Juli mendatang setelah menjalin hubungan selama 9 tahun dengan pasangannya. Musibah ini juga tentunya meninggalkan kesedihan mendalam bagi calon istrinya tersebut.
Selain memberikan dukungan psikososial untuk menguatkan orang tua agar tetap tabah saat kehilangan anaknya, tim juga berusaha menghadirkan kembali momen momen bahagia mereka saat masih bersama Raditaka. Salah satu anggota tim, Lukman Fajar Suwardiana memberikan penguatan bagi orang tua korban. "Banyak yang kehilangan Radit pasti, sedih itu juga wajar, tapi saat ini yang penting adalah keluarga tabah, tetap semangat dan saling menguatkan," kata Lukman.
Keluarga juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kementerian Sosial atas perhatian dan dukungannya. Pada kunjungan ini, keluarga korban Raditaka sudah mulai terlihat tegar, ada senyum dan semangat dalam diri mereka.
Layanan dukungan psikososial ini dilakukan sebagai bentuk penguatan bagi keluarga korban agar mereka kuat dan mampu bangkit dari kesedihan yang dialaminya.
Bagikan :