Kemensos Kirim Tim LDP Dampingi Pengungsi Gempa di Lumajang
Penulis :
Humas Balai Anak Antasena Magelang
Editor :
David Myoga
Penerjemah :
Intan Qonita N
LUMAJANG (11 April 2021) – Kementerian Sosial melalui Unit Pelaksana Teknis Balai Anak “Antasena” di Magelang mengirimkan Tim Layanan Dukungan Psiksosial (LDP) untuk mendampingi pengungsi korban gempa di Dusun Iburaja Desa Kaliuling Kecamatan Tempursari Kabupaten Lumajang. Tim yang terdiri dari Pekerja Sosial, Pembimbing Mental dan Perawat juga bertugas untuk melakukan asesmen kebutuhan kepada anak-anak yang terdampak gempa di dusun tersebut.
Sesuai arahan Menteri Sosial, Tri Rismaharini bahwa Balai Besar/Balai/Loka harus merespon cepat permasalahan sosial yang ditemukan di masyarakat, oleh karenanya Balai Anak "Antasena" mengirimkan Tim LDP untuk memberikan dampingan psikososial dan mengasesmen kebutuhan anak-anak yang menjadi korban gempa di Lumajang.
“Balai Anak “Antasena” perlu dan wajib memberikan layanan dukungan psikososial untuk mengurangi trauma psikis pada anak korban bencana gempa bumi” ujar Kristin Anita Sufiani, Pekerja Sosial Muda yang mewakili Kepala Balai.
Berdasarkan pantauan di lapangan dan informasi yang didapat dari Petugas Posko Pengungsian, di Dusun Iburaja Desa Kaliuling Kecamatan Tempursari terdapat 59 pengungsi, terdiri dari 18 balita, 18 anak, 8 lansia dan 15 orang dewasa. Saat ini mereka berlindung dibawah tenda pengungsian dengan pengaturan setiap 10 rumah yang rusak berat atau tidak bisa ditempati menempati satu tenda.
Walaupun pusat gempa berada di selatan Kabupaten Malang, gempa yang berkekuatan 6,1 SR tersebut menimbulkan kerusakan yang cukup parah di Kabupaten Lumajang. Data kerusakan bangunan di Desa Kaliuling tercatat 447 bangunan rusak dengan rincian 141 bangunan rusak berat, 305 rusak sedang dan 1 bangunan rusak ringan. Proses pendataan pengungsi berjalan lambat dikarenakan rumah perangkat desa banyak yang mengalami kerusakan berat termasuk rumah Kepala Desa dan Sekretaris Desa.
Tim LDP Balai Anak “Antasena” memberikan dukungan psikososial pada anak korban gempa melalui pendekatan holistik agar mereka perlahan lahan dapat menghilangkan trauma psikis akibat bencana alam yang baru dialaminya, rata-rata anak masih mengalami trauma yg berarti, mengajak anak bermain secara bersama-sama agar mereka dapat mulai membuka diri untuk tersenyum dan menerima kehadiran orang luar serta melakukan asesmen pada anak yang terdampak gempa untuk mengetahui kebutuhan mendesak mereka.
“Mohon adanya sinergitas berbagai pihak dalam penanganan dampak korban pasca gempa bumi baik secara moril maupun materiel,” ucap Peny Tumitah, Kepala Desa Kaliuling.
Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan, saat ini kebutuhan mendesak untuk segera dipenuhi adalah makanan dan minuman suplemen untuk anak, peralatan sekolah dan sarana edukasi anak. Mengingat hampir seluruh rumah mereka rata dengan tanah sehingga perlengkapan sekolah mereka tidak dapat digunakan lagi dan kondisi cuaca yang sering berubah-ubah karena mulai memasuki masa pancaroba.
Salah satu pengungsi, Riris, menyampaikan agar adanya gerak cepat dari petugas dalam menangani rumah yg hancur rata tanah, “Karena kami bertahan dibawah tenda pengungsi dan jika hujan basah semua,” ujarnya.
Adapun kondisi para pengungsi saat ini rata-rata dalam keadaan sehat, meskipun ada yang diperban kepala, tangan dan kakinya akibat reruntuhan material bangunan dan kayu. Balai Anak "Antasena" juga menurunkan tenaga medis untuk membantu kesehatan para pengungsi agar segera membaik dan pulih baik fisik maupun psikis. Untuk kebutuhan orang dewasa, lansia dan disabilitas telah terpenuhi oleh Tagana yang berada di dapur umum.
Bagikan :